Menikmati Keindahan Ternate dari Puncak Hutan Pala dan Cengkih
Pagi jelang siang di pertengahan Juli lalu, ketika udara hutan pala dan cengkih masih segar, saya coba menyusuri punggung Gunung Gamalama. Lokasi ini berada tepat di kawasan puncak Kelurahan Moya Kota Ternate Tengah Maluku Utara. Lokasi ini dalam beberapa bulan belakangan menjadi salah satu spot paling diburu penggila swafoto di Ternate. Mereka talk sekadar mengabadikan keindahan dan pemandangan alam Ternate dari ketinggian. Tempat di titik 750 meter di atas permukaan laut dengan kemiringan 65 derajat,dengan luas tak cukup 1 hektar menjadi spot wisata yang banya diburu. Selidik punya selidik ternyata dari sini bisa menyaksikan Ternate dari ketinggian. Jika melepas pandangan ke selatan cukup indah gugusan pulau-pulau seperti Maitara, Tidore Mare dan Moti.
Kawasan yang dinamai “Taman Cinta” ini, menjadi destinasi wisata bagi warga Ternate bersama keluarga.
Untuk mencapai lokasi, memang tidak mudah. Berjalan menanjak, hamper 1,5 kilometer dari ujung Kelurahan Moya yang dekat dengan puncak Gamalama. Satu jam atau bahkan lebih bisa sampai ke sini. Pengunjung juga harus berjalan menyusuri jalan tanah menanjak yang baru dalam bentuk badan jalan hampir 1 kilometer. Dari situ, perjalanan sampai ke puncak bukit sekira 500 meter melewati jalan kebun.
Karena jalan yang menanjak, hampir semua pengunjung susah payah bisa sampai spot ini. Meski begitu, ketika mencapai puncak, semua lelah bisa terobati. Udara segar, pegunungan, pemandangan kota Ternate yang menawan bisa dinikmati. Tidak itu saja, dalam perjalanan menuju puncak, menghirup aroma wangi udara hutan cengkih dan pala. Bahkan di sepanjang perjalanan menyaksikan perkebunan pala, cengkih dan durian yang umurnya sudah ratusan tahun. Pengunjung juga bisa menyaksikan warga yang memanen hasil pala dan cengkih di tepi- tepi jalan.
Kawasan ini juga terbilang ramai pengunjung karena tidak hanya pemburu swa foto. Jalan ini juga menjadi perlintasan para pendaki puncak Gunung Gamalama yang naik maupun turun setiap waktu. Tidak itu saja, belakangan tempat wisata ini menjadi lokasi camping bagi berbagai kalangan yang ingin menikmati dinginnya alam pegunungan sambil melihat indahnya Kota Ternate di malam hari.
Tempat wisata ini, memang belum memiliki banyak fasilitas. Baru ada tiga cottage, taman bunga dan wahana outbond berupa flyng fox. Meski begitu karena memiliki panorama indah dan berada dalam kawasan hutan sangat memikat wisatawan lokal. Di sini juga bisa berburu foto kupu-kupu yang beterbangan dari satu bunga ke bunga lainnya.
Tempat wisata ini sebenarnya berada dalam kawasan hutan produksi konversi (HPK) atau berbatasan langsung dengan hutan lindung Gamalama. Hadirnya tempat wisata ini, awalnya digagas oleh Kesatuan Pemangkuan Hutan (KPH) Ternate Tidore. Selanjutnya pengelolaanya diserahkan kepada kelompok Perhutanan Sosial (PS) Kelurahan Moya yang membentuk Lembaga Pengelola Hutan Desa (LPHD) Ake Balanda. Kelompok ini diberikan izin untuk mengelola kawasan wisata ini. “Izin konsesi atau kelolanya selama 35 tahun. Modelnya pemberdayaan masyarakat. Semua hasil usaha dikelola kelompok dan warga kelurahan Moya. Hasil itu didapatkan warga terutama mereka yang memiliki lahan kebun di tempat wisata ini,” jelas Kepala KPH Ternate Tidore Ibrahim Tuhateru di lokasi wisata ini Juli lalu.
Ketua Kelompok LPHD Ake Balanda Rajab Hayat yang mengelola kawasan wisata ini menjelaskan, yang mereka kelola ini adalah kawasan ekowisata puncak Gamalama. “Ide awalnya dari KPH Ternate Tidore kemudian mereka mencari lokasi yang tepat dan memilih kawasan puncak Moya ini,” katanya. Beberapa fasilitas di taman ini dibangun secara swadaya oleh kelompok. Saat ini mereka mendapatkan dukungan berupa fly fox dari Balai Perhutanan Sosial dan Kementerian Lingkungan Hidup (BPSKL) Maluku Papua untuk menambah fasilitas di tempat wisata ini.
Karena masih butuh penambahan fasilitas, Rajab berharap ada dukungan pemerintah kota Ternate atau instansi terkait lainnya. “Ini demi pengembangan tempat wisata di punggung gamalama ini. Kita masih kekurangan banyak fasilitas terutama akses dan penunjang lainnya. Akses jalan ke lokasi juga butuh diaspal dan dibuat tangga. Ini kami butuh dukungan pemerintah daerah,” katanya.
Menurut dia, jika ada penambahan fasilitas, termasuk akses jalan yang baik, maka tempat wisata alam ini makin ramai dikunjungi dan memberikan nilai tambah ekonomi bagi warga Moya. Warga juga akan berjualan di sepanjang jalan menuju lokasi wisata sehingga memperoleh tambahan penghasilan.
Saat ini saja, di luar hari libur pengunjung yang datang bisa mencapai 200 orang. Jika libur Sabtu dan Minggu pengunjungnya bisa 500 bahkan sampai 1000 orang. Pengunjung yang datang ke lokasi ini ditagih karcis parkir kendaraan di ujung jalan menuju lokasi sebesar Rp 3000/pengunjung.(*)
CEO Kabar Pulau