Home / LAUT dan Pesisir / Lingkungan Hidup

Kamis, 19 September 2024 - 09:59 WIT

8 Juto Ton Sampah Tiap Tahun Masuk ke Laut

Saatnya Pemerintah Batasi Plastik Sekali Pakai  

Pencemaran sampah plastic di lautan sudah sangat memprihatinkan. Di laut Maluku Utara terutama di sekitar laut Pulau Ternate misalnya, hampir setiap saat sampah terlihat memenuhi lautan.  Pasca  hujan dan  banjir, berbagai macam sampah yang dibuang ke kali mati dan saluran air, terbawa banjir dan memenuhi  permukaan laut  Ternate dan Halmahera. Sampah tersebut tidak hanya jadi ancaman biota di lautan. Alat transportasi warga yang  melintasi laut menuju pulau pulau terdekat, pakai kapal cepat seperti speedboat, juga terkena imbas.

Data Dinas Lingkungan Lingkungan Hidup Kota Ternate menyebutkan, setiap hari antara 80 sampai 100 ton sampah dihasilan rumah  tangga  di Ternate. Dari  jumlah itu sekira 20 ton tidak bisa terangkut dan dibuang ke barangka/kali mati atau tepi pantai. Sampah- sampah itu kemudian terbawa ke laut dan sebagian  hanyut ke laut lepas. Sebagian lagi terdampar kembali  ke tepian pantai di Ternate dan pulau-pulau sekitarnya.  Hingga kini penangangan sampah laut belum mendapat perhatian.

Akibat seriusnya ancaman sampah, terutama plastic ini, Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) mendorong  adanya inovasi untuk melakukan penanganan terhadap sampah plastic di lautan tersebut. Hal ini karena sampah plastic tidak hanya menjadi masalah masalah di tingkat lokal  tetapi juga sudah menjadi masalah global  yang semakin mengkhawatirkan.

Baca Juga  Sampah Plastik di Laut Malut Menghawatirkan
Aktivitas memungut sampah yang terdampar di pantai Ternate, foto FPIK Unkhair

Peneliti Pusat Riset Oseanografi BRIN, Muhammad Reza Cordova, menyampaikan  saat ini lebih dari 8 juta ton sampah plastik dibuang ke laut setiap tahunnya. Masalah ini mengancam kehidupan laut, ekosistem pesisir, dan kesehatan manusia yang bergantung pada hasil laut. “Lebih dari 70% sampah plastik yang berada di perairan berasal dari aktivitas manusia di daratan, termasuk melalui sungai dan pantai yang tidak dikelola dengan baik,” ujar Reza.

Berdasarkan data BRIN, jenis sampah plastik yang paling banyak ditemukan di perairan Indonesia adalah plastik sekali pakai seperti plastik sachet, kantong plastik, botol minuman, dan sedotan. Sampah-sampah ini membutuhkan ratusan tahun untuk terurai, mencemari laut, dan merusak habitat biota laut. Reza juga menyoroti bahaya mikroplastik, yakni partikel plastik yang berukuran kurang dari 5 milimeter.

Penelitian menunjukkan bahwa mikroplastik telah terdeteksi pada semua sampel air dan sedimen dan ditemukan pada berbagai spesies ikan dan kerang yang dikonsumsi masyarakat. “Mikroplastik sangat berbahaya karena dapat dikonsumsi oleh plankton dan ikan yang menjadi bagian penting dari rantai makanan laut, dan pada akhirnya masuk ke tubuh manusia,” jelasnya. 

BRIN terus melakukan penelitian untuk menemukan solusi penanganan sampah plastik di laut, termasuk teknologi inovatif untuk mendeteksi, mengumpulkan, dan mendaur ulang sampah plastik. Salah satu pendekatan yang sedang dikembangkan adalah pemanfaatan teknologi penginderaan jarak jauh, sensor bawah air serta kecerdasan buatan untuk memetakan sebaran sampah plastik secara lebih akurat.

Baca Juga  Ada Apa, Kecelakaan Nelayan Selalu Berulang?  

Selain itu, BRIN bekerja sama dengan komunitas nelayan dan pemerintah daerah dalam program pembersihan pantai dan edukasi masyarakat. “Pendekatan berbasis komunitas menjadi kunci utama dalam menekan jumlah sampah plastik yang masuk ke laut. Perubahan perilaku masyarakat dalam mengelola sampah adalah langkah penting untuk jangka panjang,” tambah Reza.

Sebagai langkah lanjutan, BRIN  mendukung regulasi terkait pengelolaan sampah plastik di Indonesia. “Kebijakan pembatasan penggunaan plastik sekali pakai dan penguatan infrastruktur pengelolaan sampah di perkotaan harus segera diimplementasikan untuk mencegah pencemaran laut,” kata Reza.

BRIN mengajak seluruh masyarakat dan pemangku kepentingan untuk bersama-sama menangani masalah ini melalui aksi nyata dalam pengelolaan sampah. “Masa depan laut kita sangat bergantung pada upaya kita semua untuk menjaga kebersihannya. Laut yang bersih bukan hanya untuk biota laut, tetapi juga untuk keberlanjutan hidup kita sendiri,” pungkas Reza.

Dengan penelitian dan inovasi yang dilakukan BRIN, diharapkan masalah sampah plastik di laut dapat diminimalkan dan lingkungan laut Indonesia tetap lestari untuk generasi mendatang. (aji/edit rilis BRIN)

Share :

Baca Juga

Lingkungan Hidup

NGO Soroti Peluncuran Investasi JETP yang Tertunda

Lingkungan Hidup

Keppres Moratorium Sawit Segera Terbit?

Lingkungan Hidup

Alihfungsi Lahan Penyebab Banjir di Halmahera Utara?

LAUT dan Pesisir

Merintis Ekonomi Nelayan Kecil dengan Koperasi

Lingkungan Hidup

Indonesia Petakan Kembali Mangrove untuk Karbon Biru

Lingkungan Hidup

Tohoko Burung Pitta Endemik Malut

Lingkungan Hidup

Jaga Pantai dan Laut Ternate dengan Mangrove

Lingkungan Hidup

Tersedia Rumah Kolaborasi dan Konsultasi Iklim