Peristiwa tidak biasa terjadi di pantai Kelurahan Sasa Kota Ternate Selatan Kota Ternate Maluku Utara Minggu (10/9/2023) pagi. Warga di kawasan pantai RT05/RW02 itu digegerkan adanya ribuan ikan mati terdampar. Kawasan pantai yang juga dipenuhi berbagai jenis sampah baik plastic dan sisa aktivitas rumah tangga itu berserakan bangkai beberapa jenis ikan.
Beberapa yang diidentifikasi adalah jenis ikan sembilan dan ikan baronang. Ikan ikan ini mati dan bercampur dengan sampah di pantai Sasa. Warga setempat mengaku baru tahu sekira pukul 09.00 WIT.
“Ikan mati ini baru ditemukan Minggu pagi ini. Saya ke sini sudah lihat ikan- ikan kecil mati berserakan,” kata Risno nelayan Kelurahan Sasa. Dia mengaku tak tahu penyebab ikan- ikan itu mati.
Akibat sampah juga ikan mati yang berserakan, tercium aroma tidak sedap mengganggu kenyamanan warga yang rumahnya dekat dengan bibir pantai. Haidir (60 tahun) warga Sasa mengaku, kejadian ini diketahui Minggu pagi. “Pagi tadi baru tahu, ada banyak ikan mati di pesisir pantai. Tapi, kita tidak tahu penyebabnya,” katanya.
Yunita juga warga Sasa menyampaikan bahwa selain ikan mati, sampah plastik yang terdampar di pesisir pantai ini juga sangat mengganggu. Sampah diakui berasal dari warga di ketinggian yang membuang ke selokan atau saluran air lalu terbawa dan menumpuk serta mengotori pesisir pantai Sasa. Dulunya pesisir pantai ini, menjadi tempat anak- anak mandai di pantai. Tapi belakngan sejak banyak sampah mereka enggan mandi di pantai lagi.
Terkait kematian ikan, Yunita mengaku,kejadian seperti ini sudah beberapa kali, tapi tidak sebanyak sekarang. “Ikan yang mati sekarang ini sangat banyak,” katanya. Lalu apa penyebab kematian ikan ini?
Pihak Dinas Lingkungan Hidup Kota Ternate mengaku sudah mengambil sampel. Baik ikan maupun air lautnya. “Kita baru akan lakukan uji sampel untuk mengetahui sumber pencemar hingga ikan di pesisir pantai Kastela ini alami kematian massal. Sampel yang diambil akan diuji di lab Balai/Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit (BTLPP) Manado,” jelas Kepala Bidang Pengendalian Pencemaran dan Kerusakan Lingkungan DLH Kota Ternate, Syarif Tjan.
Dikonfirmasi Minggu malam dia mengaku baru mengambil sampel. Dari sampel itu ada lima parameter yang akan diuji yakni parameter fisik, kimia, biologi, logam terlarut dan radiologi “Ini adalah data yang nanti dbutuhkan untuk mengetahui sumber pencemar matinya ikan di pesisir pantai Sasa ini,” jelasnya..
Doktor Muhammad Aris Peneliti dari Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Khairun Ternate bilang, soal ini diperlukan analisis sampel di laboratorium. Namun katanya kalau melihat kematian ikan secara massal seperti ini, merupakan karakteristik kematian ikan karena penyakit non pathogen. Artinya disebabkan bahan pencemar yang masuk badan air. “Nah ini yang harus dideteksi lebih mendalam jenis bahan pencemarnya kira- kira apa. Makanya perlu dilakukan studi secepatnya,”katanya.
Dia contohkan blooming algae itu salah satu penyakit non patogen tapi lebih karena faktor kualitas air yang turun secara drastis. Dia bilang lagi, kematian ikan massal seperti ini faktor pemicunya kualitas air yg tercemar atau menurun secara tiba-tiba sampai level letal/mematikan. “Air bersifat toxic atau mengandung bahan beracun,” tutupnya.
Sementara soal uji lab dan analisis sampel tidak bisa cepat karena tidak bisa dilakukan di lab FPIK Unkhair. Alat di laboratoium juga tidak ada. Karena itu sampel yang diambil mesti diuji di luar Maluku Utara. “Pengalaman saya uji sampel, dikirim ke Jakarta, Bogor atau Makassar,” katanya.
Senada, peneliti dari FPIK Unkhair lain Doktor Nurkhalis Wahidin mengatakan, mesti ada kajian dan analisis karena perlu ada pembuktian. Soal kematian ikan secara massal itu, biasanya karena ada perubahan ekstrim di lingkungan laut. Diantaranya perubahan suhu yang cepat, terlalu tinggi atau terlalu rendah. Kadar racun di badan air yang meningkat tinggi, atau kadar oksigen yang menurun drastic. Sumbernya dari banyak faktor.
“Saya belum bisa pastikan dari mana sumber penyebab perubahan lingkungan laut ekstrim, kalau sampah, ini bukan masalah baru, tapi tidak tau apakah ada unsure-unsur lain yang terikut di sampah di lokasi kejadian. “Itu perlu ada kajian,”tutupnya. (*)
CEO Kabar Pulau