Home / Kabar Malut

Minggu, 17 Januari 2021 - 14:22 WIT

BMKG: Waspada, Hujan Hebat hingga 21 Januari

Kondisi-jenbatan-yang-putus-di-hantam-banjir-di-Galela-Barat-Halmahera-Utara foto-warga-Galela

Kondisi-jenbatan-yang-putus-di-hantam-banjir-di-Galela-Barat-Halmahera-Utara foto-warga-Galela

Banjir Hantam Halmahera Utara

Hujan deras yang melanda Kabupaten Halmahera Utara dan Maluku Utara umumnya Jumat (16/1), menyebabkan banjir  hebat   di Kabupaten Halmahera Utara. Kecamatan yang dilanda banjir besar hingga  rusaknya harta benda dan warga mengungsi itu,  terjadi di  Kao Barat, Galela Galela Utara Galela Selatan Galela Barat Loloda Utara dan Loloda Kepulauan. 

Data yang dihimpun kabarpulau.co.id  menyebutkan, di Kao Barat lima desa terendam banjir yakni Somahetek Bailangit Tiguis Parseba,Pitago dan Soa Hukum. Bahkan 485 warga Desa Bailangit terpaksa dievakuasi tim SAR Gabungan Kabupaten  Halmahera Utara ke Desa Kai Kao Barat. Banjir  juga terjadi di Desa Ngidiho dan Limau Galela. Akibatnya sarana jembatan penghubung antara Galela dan Loloda juga hancur.  

Pemerintah Kabupaten Halmahera Utara melalui Sekretaris Daerah  Yudihart Noya mengaku,  Tim SAR  gabungan  yakni Basarnas, BPBD dan TNI-Polri telah  melakukan evakuasi terhadap yang terdampak banjir.

“Di daerah terdampak banjir  jaringan listrik   belum berfungsi, sehingga kami menyediakan genset untuk penerangan. Untuk makanan siap saji dan perlengkapan lain sudah di geser ke lokasi bencana,”  kata Yudihart.

Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika melalui  Kantor Staisun Meteoroligi (Stamet) Ternate  menyebutkan,  hujan sejak hari Jumat malam hingga Sabtu malam  yang menyebabkan banjir di Halmahera Utara itu disebabkan adanya konvergensi di wilayah Maluku Utara khususnya bagian utara. Ini karena adanya penguatan angin monsun asia dan perlemahan monsun australia, dengan kondisi global yg masih dipengaruhi La nina kategori menengah dan nilai indeks osilasi selatan + 20.1. Hal ini  yang mengindikasikan adanya pergerakan massa udara dari pasifik timur ke pasifik barat.  

“Beberapa kondisi ini mengakibatkan adanya pertumbuhan uap air yang signifikan   hingga  hujan dengan intensitas sedang hingga sangat lebat untuk  wilayah Maluku Utara, terutama di bagian utara seperti Ternate, Tidore, Halmahera Utara, Halmahera Tengah, Halmahera Barat dan Haltim,” jelas Setyawan Kepala Seksi Data dan Informasi Stasiun Meteorologi (Stamet) Ternate.

Dia bilang  kondisi hujan ini berpotensi hingga akhir Januari.  Karena secara normal  Januari adalah puncak pertama musim penghujan  di wilayah Maluku Utara bagian utara yang memiliki 2 puncak musim hujan. Yaitu Januari  dan Mei sebagai ciri wilayah musim ekuatorial.

Baca Juga  Pulau-pulau Rentan Akibat Industri Ekstraktif

Sementara  rilis resmi  dari   Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) di Jakarta, mengimbau masyarakat meningkatkan kewaspadaan dalam menghadapi multi risiko baik dari aspek cuaca, iklim, gempa atau tsunami yang semakin meningkat terutama memasuki Januari, Februari hingga Maret 2021.

Polisi dan TNI Bahu membahu mengevakuasi warga Kao yang terjebak banjir, foto DOK SAR

“Sampai Maret masih ada potensi multirisiko, tapi untuk hidrometeorologi puncaknya pada Januari-Februari. Tapi seiring dengan itu, potensi kegempaan juga meningkat, mohon kewaspadaan masyarakat,” kata Kepala BMKG Dwikorita Karnawati dalam konferensi pers secara daring di Jakarta, Jumat 15/1) lalu.  

Dia bilang  sejak Oktober 2020, BMKG telah mengeluarkan informasi potensi bencana bersamaan dengan prakiraan musim hujan. Bahkan sejak awal Januari 2021, sejumlah daerah mengalami bencana banjir dan tanah longsor akibat peningkatan curah hujan.

Saat ini juga sudah memasuki puncak musim hujan sehingga patut diwaspadai peningkatan potensi bencana hidrometeorologi kata Kepala Pusat Informasi Perubahan Iklim Dodo Gunawan.

“Januari-Februari memasuki puncak musim hujan karena itu perlu ditingkatkan kewaspadaan terhadap bencana hidrometeorologi,” kata Dodo di Jakarta.

Berdasarkan data BMKG pada Dasarian III Januari 2021 terdapat daerah dengan potensi banjir menengah yaitu Banten, Jawa Barat, Jawa Tengah, DI Yogyakarta, Jawa Timur, Bali, Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur, Sulawesi Tengah, Sulawesi Selatan, Sulawesi tenggara, Maluku dan Papua.

 Deputi bidang Meteorologi Guswanto mengatakan, saat ini ada beberapa fenomena cuaca yang harus diwaspadai yaitu MJO (Madden Julian Oscillation) serta fenomena lokal, regional dan global.

MJO saat ini teramati sedang aktif di wilayah Samudra Hindia sebelah barat Sumatera. Fenomena gelombang asmosfer (Kelvin Wave) diprakirakan cukup aktif di sebagian wilayah Indonesia bagian timur periode 14-17 Januari 2021.

Sedangkan Angin Monsun Asia mengalami penurunan intensitas dalam sepekan terakhir dan diperkirakan akan meningkat kembali dalam sepekan ke depan. Sementara suhu muka laut masih relatif hangat.

BMKG memprakirakan pada periode 16-21 Januari 2021 potensi hujan lebat dengan intensitas sedang-lebat terdapat di wilayah, Aceh, Sumatera Utara, Jami, Sumatera Selatan, anten, Jawa Barat, Jawa Tengah, DI Yogyakarta, Jawa Timur, Bali, NTB, NTT, Kalimantan Utara, Kalimantan Timur, Kalimantan Selatan, Sulawesi Utara, Gorontalo, Sulawesi Tengah, Sulawesi Barat, Sulawesi Selatan, Sulawesi Tenggara, Maluku Utara, Maluku, Papua Barat dan Papua.

Baca Juga  Petani Dapat Penguatan Usaha Kelapa dan Hortikultura
Rumah warga di Kap Barat yang terendam banjir, foto warga

Pada tujuh hari ke depan juga terdapat prospek pertumbuhan awan konvektif (Cumulonimbus) bercampur dengan awan konvektif lainya dengan tingkat kerapatan Occasional (OCNL) sekitar 50-75 persen di atas wilayah Aceh dan Sumatera Utara, Samudra Hindia sebelah barat Sumatera, Sumatera Selatan, Lampung, sebagian besar Pulau Jawa, perairan selatan Pulau Jawa, NTB, NTT, Kalimantan Timur, Kalimantan Tengah, Kalimantan Utara dan Laut Jawa. Perairan Selat Makassar, sebagian besar Sulawesi, Laut Sulawesi, Kepulauan Halmahera dan Kepulauan Maluku.

Ada juga potensi pertumbuhan awan CB dengan tingkat kerapatan Frequent (FRQ) diatas 75 persen terjadi di atas wilayah Riau, Kepulauan Riau, perairan Natuna, Bangka Belitung, perairan utara Kepulauan Halmahera.

Prakiraan potensi pertumbuhan awan konvektif periode Desember 2020-Januari 2021 yang menghasilkan gangguan penerbangan berpotensi pada sebagian besar wilayah Indonesia bagian tengah hingga bagian timur.

Wilayah paling berpotensi pertumbuhan awan konvektif terbesar terjadi di sekitar wilayah NTB hingga NTT pada periode tersebut.

BMKG juga memprakirakan potensi gelombang tinggi periode 15 – 24 Januari 2021 yaitu dengan ketinggian 2.5 – 4.0 meter (Rough Sea) berpeluang terjadi di Perairan barat Lampung, Selat Sunda bag.barat dan selatan, Perairan selatan Pulau Jawa, Samudra Hindia barat Lampung hingga selatan NTB, Laut Natuna, Perairan Kep. Anambas, Perairan timur Kep. Bintan – Kep. Lingga, Laut Jawa bagian Timur, Selat Makassar bagian selatan, Laut Sulawesi, Perairan Kep. Sangihe – Kep. Talaud,Samudra Pasifik utara Halmahera hingga Papua.

Selanjutnya tinggi Gelombang 4.0 – 6.0 meter (Very Rough Sea) berpeluang terjadi di Perairan utara Kepulauan Natuna dan tinggi Gelombang lebih dari 6.0 meter (Extrem Sea) berpeluang terjadi di Laut Natuna Utara.

Jadi untuk saat ini di dalam periode puncak musim hujan ini, masyarakat dihimbau utk tetap terus mewaspadai potensi multi-bencana hydrometeorologi, gempabumi dan tsunami. (*)

Share :

Baca Juga

Kondisi hutan di kawasan Taman Nasional Ake Tajawe Lolobata yang masih terjaga foto Opan Jacky

Kabar Malut

Presiden Resmi Cabut 11 Izin Kehutanan di Malut

Kabar Malut

Ekspedisi Maluku dan Festival Kampung Pulau

Kabar Kota Pulau

Daun Jambulang Berpotensi Jadi Obat Anticovid

Kabar Kampung

Sagu, Pangan Lokal dan Identitas Warga Sagea (2)
Logo WALHI

Kabar Malut

Gelar Program Save The Small Island, Warga dan Walhi Malut Tanam Mangrove

Kabar Malut

Temuan Ngengat Baru, Matikan Cengkih Petani

Kabar Malut

Setahun Ribuan Kali Gempa Terjadi di Malut

Kabar Malut

Soal Sungai Sagea, Ini Hasil dari Tim Udara dan Darat