Dari Nyala Genset Hanya Enam Jam hingga 2 Tahun Proyek Solar Cell yang Mangkrak
Maluku Utara dengan julukan negeri seribu pulau, memiliki masalah cukup serius dalam pemenuhan kebutuhan energi. Salah satunya di Kabupaten Halmahera Selatan dengan pulau-pulau kecil yang tersebar, juga memiliki problem yang sama seriusnya. Terutama penyediaan energy untuk penerangan maupun kebutuhan lainnya.
Kebanyakan pulau kecil di daerah ini berada terpencil dan terisolir, membuat perusahaan listrik negara (PLN,red) yang memiliki kewajiban menyediakan listrik bagi warga juga belum sepenuhnya bisa dipenuhi.
Halmahera Selatan adalah salah satu wilayah yang memiliki pulau-pulau kecil paling banyak. Ada 6 pulau besar dengan ditambah pulau pulau kecil yang mengelilinginya. Dengan luas wilayah daratan 8.779,32 km, hanya 22 persen dari total luas wilayahnya yaitu 40.263,72 km2. Pulau besar di Halmahera Selatan itu adalah Pulau Obi, Pulau Bacan, Pulau Makian, Pulau Kayoa, Pulau Kasiruta, dan Pulau Mandioli. Dua pulau terluas yaitu Pulau Obi 3.111 km 2 dan Pulau Bacan 2053 km 2. Selain itu, Kabupaten Halmahera Selatan juga terdiri dari pulau-pulau kecil lain. Misalnya di dekat daratan Halmahera memiliki kawasan Kepulauan Joronga. Begitu juga pulau-pulau kecil yang tersebar di Obi dan Kayoa.(https://www.halmaheraselatankab.go.id/page/geografi-dan-topologi).
Mayoritas pulau pulau kecil berpenduduk minim dengan akses terbatas, tidak bisa memenuhi kebutuhan pasokan listrik secara penuh sehingga butuh energy alternative melalui program energi terbarukan. Sayang proyek tenaga surya yang turun ke desa desa di Halmahera Selatan juga tidak semanis “desa terang” seperti digaungkan selama ini. Sejumlah desa di Halmahera Selatan yang dapat proyek ini ada yang belum tuntas hingga saat ini.
Dikutip dari (https://www.liputan6.com/bisnis/read/3972243/5-desa-di- halmahera-selatan-kini-terang-benderang), PT PLN (Persero) terus berupaya meningkatkan Rasio Elektrifikasi di Maluku dan Maluku Utara dengan terus melistriki desa-desa yang belum berlistrik. Saat ini di Halmahera Selatan masih ada 36 desa belum memperoleh listrik dari PLN.
Disebutkan ratio elektrifikasi PLN di Provinsi Maluku Utara telah mencapai 88,16 persen dengan target 90,89
Dalam melistriki desa-desa, PLN memiliki dua misi yang sangat penting, yakni meningkatkan kualitas kehidupan masyarakat dan mendorong perekonomian masyarakat.
PLN juga memiliki cita-cita meningkatkan Rasio Elektrifikasi hingga tahun 2020-2021, namun terdapat beberapa kendala di lapangan yang belum memadai seperti infrastruktur yang belum siap, terutama jalan dan pelabuhan. Peningkatan rasio eletrifikasi kebanyakan dilakukan di daerah yang jauh dan minim infrastruktur.
Ikatan Mahasiswa Kasiruta Timur(IMKT) Kabupaten Halmahera Selatan (Halsel) pernah memprotes mirisnya listrik di daerah mereka ke pemerintah provisni pertengahan 2021 lalu. Kala itu mereka protes dengan belum adanya listrik sebagaimana program Indonesia Terang yang digadang- gadang pemerintah.
Para mahasiswa itu, menyuarakan masyarakat setempat mengalami kesulitan listrik. Mereka hanya bertahan dengan genset pribadi dan mengandalkan tenaga surya yang juga terbatas kapasitasnya.
“Masyarakat di Kasiruta Timur belum merasakan listrik negara. Mereka hanya mengandalkan mesin listrik pribadi dan listrik tenaga surya,“ teriak Iskandar Muhammad salah satu orator mahasiswa Kasiruta Timur saat aksi di kantor gubernur pertengahan 2021 lalu. Mereka meminta pemerintah provinsi melihat kondisi di daerah mereka.
Iskandar bilang, listrik tenaga surya yang menjadi sumber energi listrik di Kasiruta Timur tak mampu mememnuhi keseluruhan kebutuhan warga. Apalagi jika memasuki musim penghujan. Imbasnya warga kesulitan listrik.
“Masyarakat Kecamatan Kasiruta Timur sebagian besar mengandalkan Panel Surya serta mesin pribadi. Hanya saja tidak cukup. Di ibu kota kecamatan telah terpasang tiang dan jaringan listrik namun hanya jadi pajangan bertahun tahun,” katanya. Sejauh ini sebagian Kecamatan di Halsel termasuk Kasiruta Timur belum menikmati listrik dari negara. Di Kasiruta Timur sudah dua kali tiang PLN diganti karena rusak tetapi listrik negara tidak juga dinikmati masyarakat.
Lalu bagaimana dengan kondisi pulau pulau kecil yang tersebar di kawasan Kayoa dan Obi?.
Sebuah fakta miris bisa disaksikan di Kayoa. Pulau pulau yang jauh dari akses PLN itu, suplai energy listriknya sangat minim. Di pulau Siko, Gahi. Laigoma, Gunange dan Talimau yang masuk gugusan pulau pulau Gura Ici punya problem yang sama. Semua berharap mesin genset. Dinyalakan hanya sampai pukul 24.00 WIT. Selebihnya menggunakan lampu teplok atau loga loga, atau jika ada panel surya mereka andalkan tenaga surya yang kapasitasnya hanya beberapa watt saja.
Listrik dari tenaga surya juga belum seluruhnya diperoleh masyarakat di pulau -pulau ini. Padahal kebutuhan energi untuk mereka sangatlah urgen.
“Di sini lampu genset hanya menyala sampai pukul 24.00 WIT. Itu jika ada bahan bakar solar. Jika tidak ada maka masih ada panel surya. Namun tidak semua warga memilikinya,” ujar Asis warga Laigoma.
Kata dia, saat ini harapan satu- satunya adalah peningkatan kapasitas tenaga surya karena PLN masuk ke pulau kecil seperti di kampungnya itu terasa sangat sulit.
Proyek Tenaga Surya 2 Tahun Terbengkalai
Di Pulau Laigoma sudah ada program pengadaan listrik tenaga surya yang dibangun pemerintah kabupaten Halmahera Selatan. Namun sayang setelah infrastrukturnya dibangun, malah dibiarkan terbengkalai dalam dua tahun belakangan ini.
Proyek ini dibangun akhir 2019 masuk 2020 namun hingga kini belum juga bisa dimanfaatkan masyarakat. Fasilitas pendukung didatangakan ke Laigoma sejak 2020 dan sudah dipasang, tapi hingga kini mangkrak, bahkan beberapa fasilitasnya juga sudah mulai rusak.
Saat mengunjungi pulau ini Oktberi 2021 lalu, kabarpulau.co,id menemukan beberapa fasilitas daro proyek ini tak terurus.
Mubin salah satu warga Laigoma yang mengantar langsung ke lokasi melihat dari dekat proyek ini menjelaskan, proyek ini dibangun sejak akhir 2019 dan hingga kini belum juga bisa digunakan. Di lokasi fasilitas panel surya ditempatkan sudah ditumbuhi semak semak yang menutupi hamper semua panel tenaga surya. Beberapa alat juga terlihat sudah mengalami korosi akibat diterpa panas dan hujan. Meski jaringan kabel sudah ditarik masuk ke dalam kampung dan rumah warga, hingga kini belum juga bisa dinyalakan. Padahal sebagai masyarakat di pulau pulau kecil seperti ini, adanya listrik melalui tenaga surya ini sangat dibutuhkan.
Kepala Desa Laigoma Makbul Hi Saleh ditemui di Desa Laigoma Oktober akhir 2021 lalu, menceritakan jika proyek di desanya itu mangkrak sejak 2020 lalu. Pasalnya sejak akhir 2019 proyek didatangkan ke kampungnya. Panel surya maupun alat alat pendukung lainnya juga ikut dipasang. “Mereka datang dan pasang tapi sudah hamper 2 tahun ini tidak kembali untuk tambah alat dan nyalakan. Proyek ini menurutnya nilainya miliaran rupiah. Antara Rp 1 miliar hingga Rp 2 miliar. Itu kata salah satu anggota dewan yang datang ke Laigoma,” ceritanya.
Dia bilang kurang tahu pasti karena tidak ada papan nama proyek yang dipasang saat pengerjaan. Sekarang kabel sudah dipasang mesin dan alat juga sudah tetapi tidak menyala bahkan sebagian alat mungkin sudah rusak,” kesalnya.
Di desa ini ada 63 KK sangat butuh listrik tenaga surya ini. “Bagi kami ini sangat penting. Karena selain penerangan juga membantu jika warga yang mayoritas nelayan ini bisa membuat es batu bisa dimanfaatkan untuk mengawetkan ikan nelayan,” ujar Mubin lagi.
Kepala Dinas Pekerjaan Umum dan Permukiman Kabupaten Halmahera Selatan Ali Dano Hasan dikonfirmasi via hand phonenya Sabtu (8/1/2022) tidak menampik adanya proyek yang mangkrak tersebut. Dia hanya mengatakan segera akan menyelesaikan proyek ini dalam waktu dekat. Dia segera menurunkan tim untuk segera menyelesaikan proyek yang bermasalah ini.
“Saya sedang di Kayoa. Besok tim kami menuju Pulau Laigoma untuk penyelesaian proyek ini. Kemarin saya sudah janjikan kepala desa Laigoma Desember lalu sudah dinyalakan tetapi karena persoalan alam kurang bersahabat sehingga tertunda. Dalam waktu dekat sudah bisa digunakan karena bulan puasa juga sudah dekat sehingga harus diselesaikan,” kilahnya.
CEO Kabar Pulau