Dulu Jalan Kaki Berkilometer, Sekarang Air Masuk Dapur
Oleh: Abdul Gafur Suneth
Faskel Sosial Program KOTAKU Kota Tidore Kepulauan
Air menjadi sumber kehidupan manusia. Keberadaanya tidak bisa dipisahkan dari aktivitas keseharian. Hamper seluruh aspek kehidupan selalu berhubungan dengan air. Air memang begitu urgen bagi kehidupan. Sayang tidak semua warga bisa mendapatkan air itu dengan mudah. Ada warga di sebagian wilayah atau tempat memperolehnya dengan susah payah. Mereka harus menempuh jarak berkilometer dengan medan sulit untuk mendapati satu atau dua gallon air.
Acap kali air yang layak menjadi topic pembicaraan berbagai kalangan. Pasalnya akibat kesulitan mendapatkan air bersih hidup juga menjadi terganggu bahkan mempengaruhi aktivitas manusia.
Saat ini banyak mucul persoalan air bersih di masyarakat. Selain sumber air yang sulit, ancaman tercemar juga banyak. Hal ini bisa saja disebabkan ulah manusia atau pun bencana alam. Dampaknya kemudian memunculkan krisis air di masyarakat.
Hal yang sama juga terjadi di Desa Gosale Kecamatan Oba Utara Kota Tidore Kepulauan Provinsi Maluku Utara. Desa di bawah bukit Gosale tak jauh dari kawasan pusat pemerintahan Ibukota Sofifi Provinsi Maluku Utara di Pulau Halmahera itu, mengalami persoalan dengan penyediaan air bersih bagi warganya. Desa ini menghadapi persoalan ketersediaan air bersih selama ini hanya diharapkan dari sumur warga. Bahkan sebagian menggunakan air sungai yang dipikul menggunakan gallon dengan jarak tempuh lumayan jauh. Masalah ini nampaknya ada sejak mereka dipindahkan dari puncak Gosele awal 2000 an lalu.
Beruntung desa ini mendapatkan Program Kota Tanpa Kumuh ( KOTAKU). Dari program ini Desa Gosale mendapatkan bantuan dana bagi masyarakat yang dikenal dengan Bantuan Pendanaan untuk Masyarakat (BPM). Dari anggaran yang ada masyarakat lalu bersepakat menyelesaikan permaslahan yang ada. Selanjutnya dilakukan perencanaan partisipatif terutama Rencana Penataan Lingkungan Permukiman.
Melalui musyawarah, akhirnya ditetapkan skala prioritas kegiatan melalui Lembaga Keswadayaan Masyarakat (LKM) yang dibentuk di desa. Melalui lembaga ini bersama masyarakat bersepakat membangun sarana air bersih. Sarana itu berupa Pengelolaan Air Sederhana (IPAS) melalui bak pembagi beserta pipanisasi sampai ke rumah warga. Memang awalnya untuk menghadirkan Pengeloaan Air Sederhana (PAS) ini menghadapi masalah. Sumber airnya berada jauh kurang lebih 2 kilometer dari desa dan berada di atas gunung serta di tengah hutan. Meski kesulitan akses dan jauhnya sumber air, demi menjawab kebutuhan air yang menjadi salah satu sumber kumuh maka tetap diusahakan hingga sumber air itu bisa dijangkau dan dialirkan.
Melalui usaha dan sumber pendanaan yang ada dibangunlah dua bak penampung yang sangat besar hingga mampu menampung dan mencukupi kebutuhan air warga. Anggaran yang di manfaatkan untuk pembangunan tersebut sebesar Rp 250,460 juta dan swadaya dari warga senilai Rp18,587 juta. Dari penggunaan anggaran tersebut dibangunlah bangunan pendukung, pengelolaan air berbasis penyehatan sehingga masyarakat sudah bisa menikmati air bersih hingga hari ini. Padahal sebelum adanya progam ini, warga setiap saat berbondong-bondong ke kali mengambil air. Kini kondisinya berubah air sudah bisa masuk sampai ke dapur warga.
Dikki Bedu salah satu warga yang juga rumahnya sudah teraliri air bersih berujar, program Kota Tanpa Kumuh di Desa Gosale setidaknya telah membantu 6775 jiwa atau 165 KK warga Gosale memenuhi kebutuhan akan air bersih sebagai kebutuhan pokok. Dikki yang rumhanya berada tak jauh dari bak penampung air bersih itu mengatakan, prasarana pengelolaan air bersih berbasis masyarakat ini, setidaknya sudah bisa dimanfaatkan warga. Kebutuhan air sudah terpenuhi dan mereka bisa menikmati air bersih. Ini bagian dari upaya menuntaskan persoalan kekemuhan desa dari aspek air bersih. “Saat ini masyarakat bisa mengkonsumsi air kurang lebih 60 liter per hari untuk satu kepala keluaraga/kk.”jelasnya.
Keberhasilan ini juga katanya, bukan usaha satu pihak. Apa yang ada saat ini adalah upaya dan dukungan bersama serta adanya kolaborasi. Pembangunan sarana air bersih dalam program KOTAKU ini juga karena ada kerjasama dengan pemerintah sehingga bisa menambah sarana maupun akses pipanisasi dengan sumber air yang berada jauh dengan debit air yang lebih besar. Hal ini memberikan kepuasan yang cukup. “Ini semua karena ada kolaborasi antara program KOTAKU dan Pemerintah Desa, serta Pemerintah Kota Tidore Kepulauan,” katanya di Desa Gosale (18/9/2021) lalu. (*)
