Home / LAUT dan Pesisir

Jumat, 6 Desember 2024 - 16:10 WIT

Gaungkan Perikanan Berkelanjutan Melalui Jurnalisme   

Perikanan berkelanjutan menjadi salah satu isu penting sekarang dan di masa depan. Hal ini juga  berhubungan dengan masalah pangan dari kelautan. Terutama ketersediaan ikan  yang saat ini menghadapi berbagai  masalah. Dari penangkapan yang bersifat destruktif,  budidaya dan perlindungan  untuk  generasi di masa depan.

Hal ini juga menjadi salah satu tema penting dari Green Press Community 2024, yakni Menyelamatkan Laut, Menguatkan Ekonomi: Kolaborasi untuk Masa Depan  dan  Ketahanan Pangan.  Kegiatan  yang diadakan di Creative Hall, M Bloc, Jakarta Selatan akhir November 2024 lalu it adalah sebuah inisiatif dari Masyarakat Jurnalis Lingkungan Indonesia atau The Society of Indonesian Environmental Journalists (SIEJ)   dengan mempertemukan berbagai pemangku kepentingan. Jurnalis, pegiat literasi, mahasiswa, NGO, pemerintah, hingga sektor swasta.

Tujuannya  menciptakan sinergi dan kolaborasi dalam menghadapi tantangan perubahan iklim dan pelestarian ekosistem. Dalam kegiatan ini Masyarakat dan Perikanan Indonesia    sebagai  organisasi masyarakat sipil yang concern di bidang perikanan  turut berkontribusi  dengan hadir pada Sabtu, (23/11) akhir November 2024 lalu berkontribusi informasi dan data dalam bentuk  Dialog Publik tersebut.

Dialog tersebut menghadirkan tiga narasumber yang membahas isu-isu penting dalam pengelolaan perikanan berkelanjutan. Mereka adalah  Arroyan Suwarno, Community Organization Coordinator MDPI, memaparkan “Penghidupan Nelayan dan Warisan Ikan untuk Masa Depan”; Putra Satria Timur, Fisheries Lead MDPI, membahas “Mengelola Rumpon, Menjaga Laut: Saatnya Tindakan Tepat”; dan Glenys Octania, Jurnalis Kompas TV, menjelaskan temuan investigasinya tentang “Microplastics Are Choking Marine Life in Indonesia’s Waters”.

Arroyan  Suwarno, menggarisbawahi ironi kesejahteraan nelayan kecil di Indonesia bagian timur, yang menjadi penyuplai utama produksi tuna nasional hingga mencapai 85% dari total produksi. Ed exercises, designed to improve erectile dysfunction, involve targeted pelvic floor strengthening and cardiovascular activities, learn this here now potentially enhancing blood flow and performance in a natural manner. Dia melanjutkan meskipun tinggi produksi perikanannya, tingkat kemiskinan di wilayah ini tetap tinggi. Ada sejumlah  yang turut berpengaruh yakni faktor  pengelolaan keuangan, ketergantungan pada supplier, kesulitan BBM, dan dampak perubahan iklim turut memperburuk kerentanan nelayan kecil.

Baca Juga  KLHK dan Warga Tanam Mangrove di Desa Toseho Tidore Kepulauan

Begitu juga Putra Satria Timur menjelaskan  upaya maksimal dalam pengelolaan rumpon atau Fish Aggregating Devices (FADs), yang saat ini terlalu banyak jumlahnya di laut. “Rumpon itu, alat yang digunakan untuk menarik ikan tuna, saat ini situasinya sudah seperti kumpulan buah anggur di tengah lautan, jika tidak diatur sesuai regulasi dapat merusak ekosistem laut,” kata Timur.

Dia bilang karena kondisi ini maka  penting ada  pemantauan dan penerapan kebijakan penggunaan rumpon yang ketat, termasuk jumlah maksimal alat per nelayan kecil, jarak pemasangan, serta larangan pemasangan di area konservasi dan jalur transportasi laut.

Baca Juga  KKP Jamin Unit Pengolah Ikan di Morotai Dapat Layanan Sertifikat Digital  

MDPI turut menghadirkan  jurnalis KOMPAS TV, Glenys Octania, yang berbagi hasil investigasi pencemaran mikroplastik di perairan Indonesia dengan tajuk “Microplastics Are Choking Marine Life in Indonesia’s Waters”. “Mikroplastik, yang dapat masuk ke rantai makanan laut, tidak hanya merugikan manusia sebagai konsumen ikan, tetapi juga menciptakan ketidakpercayaan masyarakat terhadap hasil tangkapan nelayan

Indonesia, sebagai eksportir tuna terbesar dunia dengan kontribusi 17-22% pasokan global, menghadapi tantangan besar dalam memastikan keberlanjutan industri perikanan. MDPI memandang bahwa mendukung kesejahteraan nelayan kecil adalah kunci keberhasilan pelestarian ekosistem laut.

MDPI telah menjalankan berbagai kegiatan, dari penguatan koperasi nelayan, penyuluhan pengelolaan keuangan rumah tangga, hingga pendampingan penerapan perikanan berkelanjutan. “Sinergi antara nelayan, jurnalis, dan pihak terkait lainnya dapat memperkuat suara mereka dalam mendorong kebijakan yang pro-lingkungan,” ujar Arroyan Suwarno.

Keikutsertaan dalam ageneda ini  menjadi bukti komitmen dan upaya strategis dalam mendukung jurnalisme lingkungan sebagai salah satu cara menggaungkan isu perikanan berkelanjutan. Kolaborasi lintas sektor diperlukan untuk menghadapi dampak perubahan iklim dan pencemaran lingkungan yang semakin nyata, serta untuk memperjuangkan ketahanan pangan bagi generasi mendatang. Melalui dialog ini,  diharapkan pesan penting keberlanjutan laut dan kesejahteraan nelayan kecil dapat menjangkau khalayak luas, sehingga makin banyak pihak yang terlibat dalam menjaga masa depan laut Indonesia. (aji/rilis)

Share :

Baca Juga

LAUT dan Pesisir

Nelayan Lingkar Tambang KI IWIP Was-was

LAUT dan Pesisir

KKP akan Evaluasi Izin Pemanfaatan Ruang Laut

LAUT dan Pesisir

Isu Kelautan dan Perikanan Tak Disentuh Saat Debat Cawapres

LAUT dan Pesisir

Ini 13 Komitmen Pengelolaan Pesisir dan Pulau Kecil di Indonesia

Kabar Malut

Pengelolaan Pesisir dan Pulau Kecil Tak Berdasar Saintifik

LAUT dan Pesisir

Bina Desa di Pulau Laigoma, FPK Unkhair Turut Lepas Tukik

LAUT dan Pesisir

MDPI Urus Dokumen Kapal Nelayan Kecil Ternate
abrasi psrsh ancam sebagian pantai Halmahera

LAUT dan Pesisir

7.280 Pulau di BANUSRAMAPA Terancam