Bagian dari Upaya Konservasi Ake Gaale
Selasa 22 Maret 2022 hari ini, menjadi momentum penting memperingati Hari Air Sedunia. Di berbagai belahan bumi, masyarakat atau komunitas memperingati hari air dengan berbagai kegiatan, baik ceremony maupun aksi nyata.
Di Ternate Maluku Utara terutama masyarakat yang bermukim di sekitar sumber mata air Ake Gaale di Kelurahan Sangaji Kota Ternate Utara, menggelar berbagai kegiatan untuk memperingatinya. Salah satunya dengan kegiatan ritual Sigofi Ake atau membersihkan air. Kegiatan ini dilaksanakan pada Senin 21 Maret pagi. Sebelumnya warga juga telah melaksanakan pembuatan sumur resapan, dan kampanye pentingya air tanah baik di media maupun kepada siswa siswi di kota Ternate. Sementara acara puncaknya pada 30 Maret nanti dengan menanam pohon sagu di kawasan Perumda Ake Gaale.
Untuk acara ritual sendiri, sejak pagi sekira pukul 06.30 WIT, puluhan orang berbaju putih dan berpeci itu sudah berkumpul. Mereka duduk di kursi di atas mulut air Ake Gaale Kelurahan Sangaji Kota Ternate. Kehadiran mereka di tempat tersebut, untuk melaksanakan sebuah acara ritual atau baca doa, sebagai sebuah ikhtiar, permntaan pada sang pencipta untuk melindingi alam di mana warga tinggal dan memanfaatkan apa yang ada di dalamnya termasuk air. Mereka adalah pengurus masjid, tokoh masyarakat dan tokoh agama. memanjatkan doa doa bagi sang pencipta, tujuannya agar kondisi air tanah Ake Gaale kembali seperti sedia kala. Sejumlah doa dipanjatkan untuk keselamatan air dan alam serta meminta keridhoan dari sang pencipta.
Kehadiran mereka itu, adalah bagian dari sebuah agenda ritual yang dikenal dengan Sigofi Ake atau ritual membersihkan air.
Warga setempat khususnya masyarakat adat Ternate meyakini ada kekuatan alam yang berada di luar kemampuan manusia yang perlu dimintai pertolongan yakni Allah. Dalam ritual ini, selain doa doa yang dipanjatkan termasuk juga tahlil dan puji-pujian kepada Allah, juga ada prosesi berdasarkan adat dan tradisi yang sudah dilaksanakan turun temurun yakni diawali dengan mendatangi tempat atau menziarahi tempat yang dianggap keramat dan memiliki tuah. Setelah itu dibacakan doa doa. Prosesi doanya tiga kali dilaksanakan di tiga tempat. Pertama di mulut air atau hilir mata air ake Gaale, setelah itu di sumber mata air dan terakhir di kolam besar ake gaale saat ini.
Tokoh masyarakat Ake Gaale Abdul Muthalib Ma’bud menjelaskan ritual ini adalah bagian dari cara masyarakat meminta pertolongan kepada pemilik alam untuk menjaga dan melindungi alam termasuk Ake Gaale ini.
“Doa doa yang dipanjatkan itu meminta kepada pemilik rahmat dan rezeki dari alam baik di darat dan laut. Lalu ada doa selamat pujia-pujian kepada sang pencipta,”kataya.
Menurutnya untuk menyelamatkan air ini tidak hanya proses secara ilmiah yakni tanam pohon, buat sumur resapan dan berbagai kegiatan konservasi lainnya. Tetapi juga ada kearifan lokal milik masyarakat juga turut dilakukan sehingga ikut menjaga dan melindungi air Ake Gaale yang menghidupi masyarakat Kota Ternate ini.
Ketua Komunitas Save Ake Gaale Alwan M Arif bilang soal air ini fokusnya pada bagaimana pemanfaatnya. Jika dimanfaatkan maka akan berdampak. Maka ada tiga hal yang dilakukan berhubungan dengan air bawah tanah. Pertama Pemanfatan Kedua Pelestarian dan Pengendalian. Guna air atau pemanfaatanya yang saat ini dilakukan Perumda Air Minum Ake Gaale, Kedua masalah pelestarian. Proses pelestarian lebih banyak dilakukan masyarakat.
“Apa yang dilakukan oleh masyarakat atau warga termasuk ritual ini adalah bagian dari pelestarian atau konservasi. Proses pembuatan sumur resapan biopori dan yang dilakukan oleh warga Ake Gaale dengan ritual Sigofi Ake ini adalah bagian dari pelestarian air,” jelasnya. Sementara untuk pengendalian terhadap daya rusak air baik fisik maupun kimia karena ada pencemaran maka ada tugas pemerintah dan ilmuan untuk menyelesaikannya. (*)
CEO Kabar Pulau