Home / Kabar Kampung

Senin, 1 Februari 2021 - 13:41 WIT

Ini Cara Ibu- ibu Halmahera Selatan Belajar Ilmu Bertani

Buat Pupuk  Organik Lalu  Praktekan dengan Menanam  

Sebuah hal yang tidak biasa mereka kerjakan selama ini dalam bertani. Memelototi kertas  petunjuk bertuliskan cara membuat pupuk organic, lalu mengumpulkan    bahan-bahannya  di sekitar rumah.  Bahkan ada yang harus dibeli ke Ternate. Mereka juga harus  membaca secara seksama kertas petunjuk, tata cara pembuatan  kemudian  kumpul alat dan bahan  lalu  diproses  jadi pupuk organic  cair majemuk dan tunggal.

Ibu ibu Desa Samat Gane Barat Utara Halmahera Selatan     sejak 19 Januari 2021 lalu, mulai mengerjakan pembuatan  pupuk organic di desa mereka.

Setelah proses 4 hari empat malam mereka kemudian memanen hasilnya, kemudian dipraktekkan penggunaanya di demplot yang mereka buat di pekarangan rumah.   “Ini cara belajar  ibu-ibu  Desa Samat menambah pengetahuan bertani mereka  sekaligus praktek setelah  menimba ilmu  dalam kegiatan STS lalu,” jelas Faldi Hi Ibrahim pendamping  ibu-ibu desa Samat.  

Ibu ibu ini belajar dengan  mulai  mengenal dan membuat MOL (Mikro Organisme Lokal) yang berfungsi  mempercepat proses penguraian bahan- bahan  organic. Di mana dimulai dengan membuat sumber bakteri dengan bahan-bahanya  berasal dari bonggol pisang atau hati batang pisang, susu, limbah ikan, limbah perut ternak kambing limbah tahu 30 liter dan terasi.  Sumber karbohidrat berupa air cucian beras 30 liter, nasi basi atau singkong yang diparut, atau umbi-umbian lainnya, gula merah tetes tebu, air kelapa  dan biang bakteri  EM -4.

Baca Juga  14 Lurah di Ternate Utara Jadi Mahimo Gam   

Bahan bahan ini dipelajari ibu-ibu kemudian diproses menjadi MOL yang nanti berfungsi menggemburkan tanah  sebagai media tanam.

“Hal yang sama juga mereka lakuan dalam membuat pupuk tunggal dan majemuk  organic dengan bahan- bahan yang telah disiapkan berdasarkan buku petunjuk dan praktek yang telah diikuti  selama  sekolah lapang,” jelas Faldi

Dia bilang kelompok  melakukan proses  ini setelah  sebelumnya koordinator kelompok mereka Samina Hi Aba (49 tahun) mengikuti sekolah transformasi social (STS) yang digelar oleh Insist Jogjakarta dan Lembaga Pengembangan Teknologi Pedesaan (LPTP)   bersama EcoNusa Indonesia di Desa Samo Gane Barat Utara selama 15 hari pada pertengahan  2020 lalu.

Dalam kegiatan STS itu mereka diajarkan berbagai hal. Salah satunya belajar membuat pupuk organic selama sekolah lapang berlangsung. “Ini bentuk prakteknya dengan membuat kelompok dan mempraktekan  apa yang telah didapat selama  pendidikan tersebut,” jelasnya.

Saat ini  20  orang anggota  bersama  koordinatornya membuat demonstrasi plot (demplot)  di pekarangan masing-masing dan menanam berbagai jenis sayuran. Sayuran ini dipupuk    menggunakan pupuk organic hasil buatan mereka sendiri.

Baca Juga  Hati hati, Kawasan Wisata Dialihkan ke Asing

Dampak dari pembuatan demplot organik tersebut, bukan hanya pemanfaatan lahan pekarangan, namun juga berdampak pada pemahaman penggunaan pupuk organik cair.

Sebelumnya, hasil panen pembuatan pupuk organik cair, tersebut dibagi merata pada masing-masing anggota kelompok,  sesuai ukuran dan jenisnya.

Proses pembuatan pupuk organik cair oleh ibu ibu desa Samat/foto faldi

Samina Hi Aba yang juga koordinator kelompok bilang,  23    Januari 2021 lalu   melalui praktek pembuatan yang mereka lakukan 4 malam berhasil memanen pupuk tunggal organik, 20 liter   Nitrogen, 20 liter pupuk organik Kalium, 20 liter pupuk organik Pospor  serta   45 liter pupuk organik majemuk / NPK.

“Kami dapat hasil tersebut karena, kelompok Desa Samat, masih menggunakan media gelon takaran 25 liter dan 1 buah ember. Kami masih butuh 4 buah drum  dan bibit juga kurang, yaitu  10 sachet  Tomat,  10 bks rica nona super, 10 bks ketimnun herkules, 10 sachet   sawi besar, 10 sachet  kangkong, 10 sachet  pare, 10  sachet  terong ungu ,” kata  Samina.   

Tanaman atau sayur yang di budidayakan kelompok tani Desa Samat itu  di demplot pekarangan masing- masing dengan membuat 1 bedengan kangkong, 1 bedengan bayam hijau, 1 bedengan bayam merah dan 3 bedengan sawi. (*)

Share :

Baca Juga

Nelayan tidak melaut sehingga perahu mereka harus lego sauh

Kabar Kampung

Nelayan Tuna Morotai Terpukul Covid- 19

Kabar Kampung

Kelompok Tani Hutan di Tidore Kembangkan Minyak Kelapa

Kabar Kampung

FKIP Unkhair dan Warga Buat Peta Jalur Evakuasi Bencana Tsunami

Kabar Kampung

Bahan dan Para Pembuat Tikar Pandan yang Makin Langka

Kabar Kampung

Ini Cara Perkuat Kapasitas Warga Kampung

Etniq

Punahnya Sumber Daya Genetik Pangan Orang Tobaru

Kabar Kampung

Sisir Pulau dan Kampung Layani Warga

Kabar Kampung

Sungai Sagea Nasibmu Kini, Keruh Belum Usai