Buat Pupuk Organik Lalu Praktekan dengan Menanam
Sebuah hal yang tidak biasa mereka kerjakan selama ini dalam bertani. Memelototi kertas petunjuk bertuliskan cara membuat pupuk organic, lalu mengumpulkan bahan-bahannya di sekitar rumah. Bahkan ada yang harus dibeli ke Ternate. Mereka juga harus membaca secara seksama kertas petunjuk, tata cara pembuatan kemudian kumpul alat dan bahan lalu diproses jadi pupuk organic cair majemuk dan tunggal.
Ibu ibu Desa Samat Gane Barat Utara Halmahera Selatan sejak 19 Januari 2021 lalu, mulai mengerjakan pembuatan pupuk organic di desa mereka.
Setelah proses 4 hari empat malam mereka kemudian memanen hasilnya, kemudian dipraktekkan penggunaanya di demplot yang mereka buat di pekarangan rumah. “Ini cara belajar ibu-ibu Desa Samat menambah pengetahuan bertani mereka sekaligus praktek setelah menimba ilmu dalam kegiatan STS lalu,” jelas Faldi Hi Ibrahim pendamping ibu-ibu desa Samat.
Ibu ibu ini belajar dengan mulai mengenal dan membuat MOL (Mikro Organisme Lokal) yang berfungsi mempercepat proses penguraian bahan- bahan organic. Di mana dimulai dengan membuat sumber bakteri dengan bahan-bahanya berasal dari bonggol pisang atau hati batang pisang, susu, limbah ikan, limbah perut ternak kambing limbah tahu 30 liter dan terasi. Sumber karbohidrat berupa air cucian beras 30 liter, nasi basi atau singkong yang diparut, atau umbi-umbian lainnya, gula merah tetes tebu, air kelapa dan biang bakteri EM -4.
Bahan bahan ini dipelajari ibu-ibu kemudian diproses menjadi MOL yang nanti berfungsi menggemburkan tanah sebagai media tanam.
“Hal yang sama juga mereka lakuan dalam membuat pupuk tunggal dan majemuk organic dengan bahan- bahan yang telah disiapkan berdasarkan buku petunjuk dan praktek yang telah diikuti selama sekolah lapang,” jelas Faldi
Dia bilang kelompok melakukan proses ini setelah sebelumnya koordinator kelompok mereka Samina Hi Aba (49 tahun) mengikuti sekolah transformasi social (STS) yang digelar oleh Insist Jogjakarta dan Lembaga Pengembangan Teknologi Pedesaan (LPTP) bersama EcoNusa Indonesia di Desa Samo Gane Barat Utara selama 15 hari pada pertengahan 2020 lalu.
Dalam kegiatan STS itu mereka diajarkan berbagai hal. Salah satunya belajar membuat pupuk organic selama sekolah lapang berlangsung. “Ini bentuk prakteknya dengan membuat kelompok dan mempraktekan apa yang telah didapat selama pendidikan tersebut,” jelasnya.
Saat ini 20 orang anggota bersama koordinatornya membuat demonstrasi plot (demplot) di pekarangan masing-masing dan menanam berbagai jenis sayuran. Sayuran ini dipupuk menggunakan pupuk organic hasil buatan mereka sendiri.
Dampak dari pembuatan demplot organik tersebut, bukan hanya pemanfaatan lahan pekarangan, namun juga berdampak pada pemahaman penggunaan pupuk organik cair.
Sebelumnya, hasil panen pembuatan pupuk organik cair, tersebut dibagi merata pada masing-masing anggota kelompok, sesuai ukuran dan jenisnya.
Samina Hi Aba yang juga koordinator kelompok bilang, 23 Januari 2021 lalu melalui praktek pembuatan yang mereka lakukan 4 malam berhasil memanen pupuk tunggal organik, 20 liter Nitrogen, 20 liter pupuk organik Kalium, 20 liter pupuk organik Pospor serta 45 liter pupuk organik majemuk / NPK.
“Kami dapat hasil tersebut karena, kelompok Desa Samat, masih menggunakan media gelon takaran 25 liter dan 1 buah ember. Kami masih butuh 4 buah drum dan bibit juga kurang, yaitu 10 sachet Tomat, 10 bks rica nona super, 10 bks ketimnun herkules, 10 sachet sawi besar, 10 sachet kangkong, 10 sachet pare, 10 sachet terong ungu ,” kata Samina.
Tanaman atau sayur yang di budidayakan kelompok tani Desa Samat itu di demplot pekarangan masing- masing dengan membuat 1 bedengan kangkong, 1 bedengan bayam hijau, 1 bedengan bayam merah dan 3 bedengan sawi. (*)
CEO Kabar Pulau