Hari masih sangat pagi. Jarum jam baru menunjukan pukul 0.7.00 WIT. Kawasan Ruang Terbuka Hijau (RTH) Taman Nukila di Kelurahan Gamalama Ternate Minggu (28/2) sudah sangat ramai. Ratusan Ibu-ibu dan anak-anak sudah berkumpul di kawasan itu, untuk sekadar bermain dan menggelar senam.
Sementara beberapa anak muda yang tergabung dalam Komunitas Halmahera Wildlife Photografi (HWP) sibuk menyiapkan berbagai sarana kampanye berupa buku-buku konservasi, sarana swa foto bagi pengunjung dengan latarbelakang kampanye perlindungan burung paruh bengkok maupun sarana kampanye lainnya.
Anak muda yang tergabung dalam komunitas ini adalah beberapa aktivis yang tidak hanya pecinta fotografi, tetapi berasal dari ragam komunitas di Sofifi ibukota Provinsi Maluku Utara. Kegiatan kali ini adalah bagian dari kampanye perlindungan terhadap burung paruh bengkok yang saat ini terancam punah karena banyak ditangkap dan diperjualbelikan.
Berlabel kampanye dan cerita satwa liar, tujuannya mengkampanyekan keaneka ragaman hayati di Provinsi Maluku Utara. Kesempatan ini anak-anak muda ini berkampanye tentang satwa liar dengan membuka lomba foto dan caption di Instagram dengan menandai akun milik HWP dalam postingan.
Selain itu, dilakukan pembagian poster jenis-jenis burung di Maluku Utara termasuk satwa liar yang dilindungi. Mereka juga membagi pengalaman antar komunitas lingkungan dan satwa liar di Maluku Utara.
Kegiatan kali ini dihadiri juga Kelompok Pecinta Satwa Liar (KPSL) Akejiri, dan Rimpal Sofifi. Turut disupport juga oleh Balitbangda Provinsi Maluku Utara, Taman Nasional Aketajawe Lolobata dan Burung Indonesia.
Komunitas yang didirkan pada Maret 2020 ini sebenarnya ingin menumbuhkan rasa cinta satwa di daerah sendiri. Kehadiran komunitas ini karena yang dirasakan selama ini banyak dokumentasi kehidupan liar termasuk burung-burung malah didapatkan dari orang luar. Karena itu didoronglah pembentukan komunitas ini untuk mengajak anak-anak local termasuk yang mencintai fotogafi mendokumentasikan sendiri satwa liar yang ada. “Ini adalah kampanye dalam bentuk foto sebagai bagian dari cara memperkenalkan kepada public,” jelas Akhmad David Pembina HWP.
Karena itu HWP juga membangun kolaborasi dengan beberapa komunitas di Sofifi dan Ternate. Komunitas HWP ini berisi anak-anak local berjumlah 15 orang.
Akhmad David bilang kampanye ini merupakan kegiatan kedua. Sebelumnya telah digelar kegiatan Torang Camp, dengan menghadirkan beberapa komunitas di Sofifi dan sekitarnya. Ada banyak anak muda sebagai bibit-bibit komunitas pencinta kehidupan liar ikut bergabung. Misalnya dengan terbentuk Kelompok Pecinta Satwa Liar (KPSL) di Kampus Unkhair. Selain itu digelar juga kegiatan kedua yakni pameran foto flora fauna dan keanekaragaman hayati endemic yang dilaksanakan di Sofifi. Sementara kegiatan ketiga kampanye satwa liar terutama burung dengan baner- baner, foto selfi, maupun pembagian stiker dan brosur perlindungan burung dan satwa liar yang digelar di Ternate ini.
“Focusnya kampanye di beberapa tempat sementara ada dua tempat sofifi dan Ternate,” jelas Akhmad David.
Ketua HWP Risno Adnan menjelaskan, sebelum keiatan ini komunitas HWP telah melakukan beberapa kali pengamatan untuk melihat burung-burung local dan migran yang ada di Sofifi.
Beberapa waktu lalu mereka melakukan pengamatan burung migran yang hadir di Sungai Kali Oba. Dari pengamatan itu menemukan ada beberapa jenis burung migran yang sering hadir di sana. Begitu juga di Kawasan Mangrove Guraping dan Bundaran Sofifi. Padahal kalua dilihat kawasan tersebut terbilang sangat ramai tetapi masih didatangi burung migran. Burung-burung migran itu berasal dari Selatan misalnya Mongol, Siberia dan China. Sampai saat ini ada burung yang tertinggal satu dua, setelah singgah dari migrasinya.
Hasil identifikasi kurang lebih 20 jenis burung migran yang sering singgah di Sofifi.
Terkait komunitasnya sendiri ternyata tidak hanya untuk mereka yang mencintai fotografi kehidupan liar. Komunitas ini untuk semua yang mencintai kenakeragaman hayati bukan hanya dengan kamera foto tetapi juga untuk jaga alam, hutan dan lindungi alam Malut sebagai bagian dari cara mengedukasi public.
Karena ingin mengampanyekan kepada public tentang pentingnya menjaga dan melindungi burung dan satwa liar sehingga kali ini kampanye dengan memilih tempat ramai. “Tujuan kita memberitahukan kepada masyarakat jaga burung dengan kampanye di titik keramaian. Kita memberi tahu lindungi satwa. Jangan bilang sayang kalua masih piara burung,” jelasnya. (*)
CEO Kabar Pulau