Home / Kabar Kampung

Jumat, 16 November 2018 - 01:56 WIT

Ini Rencana Pesta Pesisir dan Pulau-pulau Kecil di Malut

Digelar di Kalaodi  dan  Kayoa  17  hingga 19 November

Sebuah  pesta  berbasis  lingkungan   segera digelar  Wahana Lingkungan  Hidup (WALHI) Maluku Utara. Pekan lingkungan ini akan  digelar  di  Kalaodi  puncak Kota Tidore Kepualuan  dan Kayoa Halmahera Selatan.  Bertitel Pekan Lingkungan Hidup Pesisir Laut dan Pulau-pulau Kecil  akan   digelar sejumlah  acara.  Mulai dari  seminar lingkungan hidup  dan pulau- pulau  kecil,  Festival Kalaodi  bahkan  menanam 5 ribu pohon mangrove di   Guruapin Kayoa Halmhera  Selatan. 

Direktur Eksekutif Daerah Walhi Maluku Utara, Ismet Soelaiman  menjelaskan, kegiatan ini dilaksanakan dalam rangka  memperingati Hari Ulang Tahun Walhi ke-38   yang  akan digelar  pada  17 hingga 20 November mendatang di Kalaodi – Tidore  dan Kayoa.  “Rangkaian kegiatannya meliputi Seminar Lingkungan Hidup, Festival Kalaodi, serta Pelestarian Hutan Mangrove dan Ekowisata Pesisir Laut Berbasis Komunitas di Kayoa,” ujar Ismet Selasa (13/11).

Kegiatan ini rencana dihadiri berbagai pihak, yakni Kementerian Kelautan dan Perikanan, Eksekutif Walhi Nasional, dan 17 Eksekutuf Walhi dari beberapa provinsi di Indonesia. Walhi Maluku Utara juga mengundang Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Maluku Utara, akademisi kelautan dan perikanan Universitas Khairun dan Universitas Nuku, serta berbagai lembaga dan organisasi yang concern  dalam isu   lingkungan hidup, terutama persoalan krisis pesisir laut dan pulau- pulau kecil di Maluku Utara.

Baca Juga  Kolaborasi Dorong Perdes Pesisir dan Laut Kayoa

Seminar  akan menjadi pembuka  rangkaian kegiatan  dengan pembicara dari KKP, Sultan Tidore, dan Direktur Eksekutif Walhi Nasional   Selanjutnya, Festival Kalaodi  menghadirkan keragaman hasil produksi, penampilan musik dan tarian tradisional, serta kegiatan lain   berkaitan dengan kehidupan sosial- ekologis masyarakat Kalaodi.  Selanjutnya   Desa Guruapin – Kayoa untuk proses penanaman mangrove dan ditutup dengan ekowisata berbasis komunitas di Guraici, Lelei – Kayoa.  Pemilihan Kampung Kalaodi di hulu Kota Tidore Kepulauan sebagai salah satu lokasi kegiatan, karena  dipercaya sebagai penjaga Tidore oleh sebagian masyarakat. Posisi kampung  di pegunungan (± 900 mdpl) menjadikan Kalaodi dan tiga kampung lainnya sebagai pelindung bagi perkampungan lain dan pusat kota   di pesisir.  Warga Kalaodi sendiri masih menjalankan tradisi yang berisi ritual-ritual kecintaan terhadap alam. Pala, cengkih, kenari, kayu manis, durian, pinang dan bambu yang menjadi sumber mata pencaharian warga, selain tanaman bulanan seperti tomat, cabe, sayur-mayur, dan rempah-rempah, berdampingan dengan hutan alam yang ada di sekitar perkampungan.

Sesuai tema kegiatan  berkaitan dengan pesisir laut dan pulau-pulau kecil, Kayoa menjadi pilihan selanjutnya untuk  kegiatan pelestarian mangrove dan ekowisata berbasis komunitas. Kayoa merupakan gugusan  pulau-pulau  di Halmahera Selatan yang memiliki cerita mangrove sebagai pelindung bagi wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil di sekitarnya. Beberapa desa pesisir  di Kayoa merupakan contoh kampung pesisir yang dikelilingi dan dilindungi berbagai jenis mangrove dan ekosisitem laut, sehingga hasil laut seperti ikan karang berlimpah.

Baca Juga  Kisah "Kampung Tua" Tifure di Pulau Batang Dua

Kearifan lokal masyarakat Kalaodi dan Kayoa dalam menjaga kelestarian dan keberlanjutan ekologi dapat menjadi pembelajaran bagi pengelolaan lingkungan hidup di Maluku Utara sebagai provinsi kepulauan, maupun di berbagai wilayah kepulauan lainnya di Indonesia. “Kalaodi adalah laboratorium bagaimana masyarakat lokal secara turun-terumun telah menjadi penjaga wilayah hutan dan pegunungan Tagafura yang melindungi perkampungan wilayah pesisir dari banjir dan bencana ekologi lainnya. Sementara  Kayoa merupakan miniatur kampung pesisir yang melindungi dan dilindungi mangrove. Pengetahuan lokal ini harusnya dijaga serta ditransformasikan, bukannya  direduksi dan diganti dengan kawasan lindung/konservasi yang ditetapkan  h pemerintah dan pengelolaannya diserahkan kepada investasi,” jelas Ismet. Peran warga Kalaodi dan Kayoa dalam menjaga dan melindungi lingkungan hidup di sekitar mereka haruslah diapresiasi dan diberikan dukungan penuh oleh negara.

Share :

Baca Juga

Kabar Kampung

Ini Potret Desa Sumber Pangan di Pulau Morotai
Pantai Pulau Pagama yang masuk dalam kawasan konservasi kepulauan Sula

Kabar Kampung

KKP Kepulauan Sula Kaya Potensi Belum Terkelola Baik

Kabar Kampung

Gane Dihantam Abrasi Parah dan Kesulitan Air Bersih

Kabar Kampung

Ini Win-win Solution Konflik Tenurial TNAL dengan Warga Adat Kobe

Kabar Kampung

Bangun Desa Harus Dimulai dari Tata Ruang

Kabar Kampung

Di Mare akan Dikembangkan Jambu Mente

Kabar Kampung

Kisah “Kampung Tua” Tifure di Pulau Batang Dua

Kabar Kampung

Melihat Festival Kalaodi, dan Pekan Lingkungan Hidup P3K