Hari Keanekaragaman Hayati sedunia 22 Mei dan Hari Lingkungan Hidup 5 Juni 2021 lalu ikut diperingati sejumlah kelompok di daerah ini. Mereka adalah komunitas anak muda Maluku Utara yang menyalurkan hobi fotografi kehidupan liar, bersama beberapa Lembaga lain yang concern terhadap isu keanekaragaman hayati. Komunitas itu adalah Halmahera Wildlife Photography (HWP), Kelompok Pencinta Satwa Liar Akejiri (KPSL-Akejiri) dan Burung Indonesia. Peringatan itu digelar dengan pameran kehidupan liar dan talkshow bertema “Peran Generasi Muda dalam Pelestarian Keanekaragaman Hayati Khas Maluku Utara”. Kegiatan ini akan dilaksanakan Senin, 14 Juni 2021 di Sofifi tepatnya di Kantor Gubernur Provinsi Maluku Utara.
Ketua Panitia, Gazali Marasabessy menjelasakan memperingati hari keanekaragaman hayati se-dunia dan hari lingkungan hidup se-dunia, tiga lembaga pemerhati isu lingkungan yaitu Burung Indonesia, Halmahera Wildlife Photography (HWP), dan Kelompok Pencinta Satwa Liar Akejiri (KPSL-Akejiri) berkolaborasi merayakan momentum ini bersama masyarakat dunia.
“Temanya Peran Generasi Muda dalam Pelestarian Keanekaragaman Hayati Khas Maluku Utara. Tujuannya mengenalkan kekayaan dan keindahan keanekaragaman hayati di Maluku Utara kepada masyarakat umum. Termasuk meningkatkan kepedulian dan rasa cinta terhadap keanekaragaman hayati Maluku Utara serta mendorong kesadaran sikap, perilaku dan partisipasi masyarakat dalam menjaga lingkungan agar tidak merusak habitat alami dari satwa liar di Maluku Utara,” jelasnya.

Dia bilang, ini juga bagian dari meningkatkan kesadaran akan pentingnya peran flora-fauna dalam kehidupan manusia. Kegiatan ini juga untuk mendukung sebuah agenda nasional yang diselenggarakan di Sofifi yakni Seleksi Tilawatil Qur’an (STQ) dengan memperkenalkan keanekaragaman hayati Maluku Utara. “Diharapkan kegiatan ini dapat mendorong pemerintah daerah Provinsi Maluku Utara serta pihak terkait mendukung pelestarian keanekaragaman hayati melalui peningkatan kebijakan lingkungan dan membangun Museum Keanekaragaman Hayati Khas Maluku Utara.
Sementara untuk pameran Fotografi Kehati Khas Maluku Utara merupakan pameran foto karya pemuda-pemudi yang bertemakan keanekaragaman hayati Maluku Utara. Foto-foto akan ditampilkan selama 3 (tiga) hari 14 – 16 Juni 2021.
Malut Rumah Kehati Dunia yang Terancam
Pembina HWP Akhmad David menjelaskan, kegiatan ini dilaksanakan karena menyadari betul Latar belakang Maluku Utara dengan kekayaan keanekaragaman hayatinya. Provinsi Maluku Utara merupakan salah satu daerah kepulauan di Indonesia yang masuk dalam kawasan Wallacea. Kawasan Wallacea merupakan wilayah megabiodiversity di Indonesia. Kawasan ini dijuluki sebagai “Sepenggal Surga di Bumi” karena menyimpan keragaman hayati yang tinggi,”jelasnya.
Pada kawasan ini terdapat garis imajiner yang memisahkan secara zoogeografis wilayah Sumatera, Jawa dan Kalimantan sebelah barat dan Nusa Tenggara, Sulawesi, Maluku dan Papua di sebelah timur. Dia bilang garis tersebut, flora-fauna di wilayah barat cenderung mirip dengan Benua Asia. Sedangkan spesies di sebelah timur dengan Benua Australia. Wallacea merupakan rumah bagi kehati dengan tingkat endemisitas sangat tinggi. Provinsi Maluku Utara adalah daerah yang kurang lebih 80% daratanya merupakan hutan yang menyimpan berbagai kekayaan alam berupa kehati yang sangat tinggi nilainya.

Terletak pada kawasan Wallacea menjadikan Provinsi Maluku Utara sebagai rumah bagi berbagai jenis tumbuhan dan satwa yang unik dan langka. Salah satunya, yaitu penemuan kembali Lebah raksasa-Wallace’s giant bee atau dikenal dengan nama ilmiah Megachile pluto di Halmahera pada Januari 2019 setelah terakhir kali dilihat pada tahun 1981. Maluku Utara merupakan wilayah yang menduduki peringkat 10 daerah EBA (Endemic Bird Area-EBA) terpenting di dunia berdasarkan jumlah jenis Burung. Keanekaragaman Hayati Khas Maluku Utara Sebaran Terbatas dengan jumlah 171 : Daerah Maluku Utara dalam EBA ini mencangkup kelompok Halmahera yang terdiri dari pulau-pulau utama yaitu, Halmahera, Morotai dan Rau, Bacan dan Obi, serta jajaran pulau-pulau gunung api kecil yang memanjang utara – selatan di sebelah barat Halmahera. Sama halnya daerah-daerah lain yang berada di kawasan Wallacea, Maluku Utara juga merupakan pusat kebudayaan yang sangat unik, dengan sumber daya alam melimpah menjadi bagian keseharian masyarakat. Namun, kekayaan ini menghadapi berbagai ancaman dalam pelestariannya, seperti perburuan, perdagangan dan kerusakan habitat akibat pesatnya laju pembangunan yang tak ramah bahkan destruktif. (*)

CEO Kabar Pulau