Home / LAUT dan Pesisir

Rabu, 8 Maret 2023 - 15:00 WIT

Laut Malut, Kuburan Bagi Mamalia Laut?

Laut Maluku Utara bisa dibilang menjadi kuburan bagi mamalia laut. Hewan hewan laut yang langka dan dilindungi hamper setiap saat  mati  dan terdampar di pesisir dan pulau pulau di Maluku Utara.  Mamlia laut itu seperti paus, dugong, dan lumba- lumba.

Kasus keterdamparan   terbaru adalah  seekor paus yang ditemukan mati dan terdampar di Pulau Tabalaa Desa Lede, Kecmatan Lede Kabupaten Pulau Taliabu Provinsi Maluku Utara Sabtu (4/3/2023) lalu.  Bangkai paus dengan panjang kurang lebih 10 meter  dan lebar kurang lebih 5 meter itu dicurigai mati sudah agak lama dan terdampar menjadi bangkai.

Soal keterdamparan  mamalia laut terbilang tinggi karena perairan laut di wilayah  Indonesia bagian timur termasuk Maluku Utara merupakan salah satu jalur migrasi serta habitat penting mamalia laut seperti paus, lumba-lumba dan dugong. Mati dan terdamparnya mamalia laut ini menjadi perhatian serius Loka Pengelolaan Sumberdaya Pesisir dan Laut (LPSPL) Sorong sebagai Unit Pelaksana Teknis (UPT) Direktorat Jenderal Pengelolaan Ruang Laut (DitjentPRL), Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP).

Dalam rilisnya Senin (23/1/2023) lalu  LPSPL menyampaikan bahwa telah  menangani 25 kejadian keterdamparan mamalia laut di tahun 2022. Keterdamparan tersebut terjadi di wilayah Maluku, Maluku Utara, Papua Barat, Papua, Papua Barat Daya, Papua Selatan, Papua Pegunungan serta Papua Tengah.

Baca Juga  Nelayan Lingkar Tambang KI IWIP Was-was
Dugong yang ditemukan mati dan terdampar di Desa Cendana Morotai pada 14 Februari 2022 lalu, foto PSPL Sorong (1)

Kepala LPSPL Sorong Santoso Budi Widiarto  menjelaskan, jenis paus mendominasi kejadian mamalia laut terdampar di wilayah timur Indonesia baik yang masih hidup maupun telah mati.

“Jenis paus mendominasi kejadian mamalia laut terdampar di wilayah timur, jumlahnya hampir 52% yaitu sebanyak 13 kejadian jenis paus terdampar, 10 kejadian jenis dugong terdampar dan 2 kejadian lumba-lumba terdampar,” ungkap Santoso di Sorong.

Menurutnya, dari seluruh kejadian mamalia laut terdampar di wilayah timur Indonesia, 50% penanganannya dilakukan secara langsung dengan turun ke lapangan, pendampingan dan pemberian rekomendasi teknis sedangkan 50% lainnya keterlibatan tidak langsung yakni melakukan pendataan dan pengumpulan bahan keterangan kejadian.

Lautan sampah di peisir Morotai, jadi ancaman serius mamalia laut foto Istimewa

Dia bilang,  penanganan keterdamparan mamalia laut adalah strategi KKP dalam menjaga kesehatan laut Indonesia dan menjadi salah satu implementasi kebijakan ekonomi biru untuk menjaga keberlanjutan keanekaragaman hayati laut di Indonesia.

“Berdasarkan data yang dimiliki LPSPL Sorong, hotspot kejadian mamalia terdampar di wilayah timur Indonesia tahun 2022 berlokasi di Provinsi Maluku Utara sebanyak 36%, dan Papua Barat Daya sebanyak 24% dari total kejadian mamalia laut terdampar. Banyaknya mamalia yang ditemukan di wilayah ini dikarenakan perairan di kedua provinsi tersebut adalah jalur migrasi bagi mamalia laut dan terdiri dari pulau-pulau membentang dari Samudera Hindia hingga Samudera Pasifik,” terangnya lagi.

Baca Juga  KKP Tetapkan Hiu Berjalan Dilindungi Penuh

Lebih lanjut Santoso juga menyebutkan mamalia laut terdampar paling banyak ditemui pada kondisi kode 4 dan 5 yakni mengalami pembusukan tingkat lanjut dan penguraian akhir. Banyaknya mamalia laut yang ditemukan dalam kondisi membusuk menunjukkan bahwa mamalia laut dalam kondisi sekarat atau terdampar dan sulit dijangkau manusia sehingga membutuhkan waktu untuk ditangani.

KKP sendiri saat ini telah menetapkan Rencana Aksi Penanganan Mamalia Laut Terdampar melalui Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor 79 Tahun 2018 tentang Rencana Aksi Nasional (RAN) Konservasi Mamalia Laut Periode 2018-2022 serta Pedoman Penanganan Mamalia Laut Terdampar. Dalam kurun waktu 2017 hingga 2022 kejadian mamalia laut terdampar cenderung meningkat setiap tahunnya khususnya untuk jenis mamalia laut paus dan dugong sedangkan untuk jenis lumba-lumba cenderung menurun kejadian keterdamparannya dari 2019 hingga 2022. (*)

Share :

Baca Juga

LAUT dan Pesisir

KKP Tetapkan Hiu Berjalan Dilindungi Penuh

LAUT dan Pesisir

Jaring Nusa: Visi Indonesia Emas 2045, Wajib Pastikan Hak Masyarakat Pesisir dan Pulau Kecil  

LAUT dan Pesisir

Ekologi Panglima Ekonomi Biru, Harus  jadi Mainstream Kebijakan

LAUT dan Pesisir

8 Juto Ton Sampah Tiap Tahun Masuk ke Laut

LAUT dan Pesisir

Dampak Industri Ekstraktif di Malut Sangat Serius

LAUT dan Pesisir

Data Berbeda-beda, BRIN Gagas Riset Ikan Hias   

LAUT dan Pesisir

Stok Tuna di Samudra Pasifik Barat Makin Menipis

LAUT dan Pesisir

Jumlah Pulau di Maluku Utara Bertambah