Home / Kabar Malut

Sabtu, 5 Juni 2021 - 17:40 WIT

Malut Punya Potensi Kepiting Kenari Berlebih

Setahun Hanya Boleh Ditangkap 15 Ribu Ekor     

Maluku Utara dengan 805 pulau memiliki beragam potensi baik dari laut maupun darat.  Salah satu potensi yang dimiliki adalah pulau pulau yang ada menjadi  tempat  hidup  salah satu hewan liar (wild life) kepiting kenari (Birgus latro ). Hewan  ini sangat diburu untuk dikonsumsi tidak hanya di Maluku Utara tetapi juga   dijual antarpulau hingga ke Jakarta dan Bali. Harganya yang mahal membuat hewan  yang masuk jenis artropoda darat  ini  semakin menurun populasinya. Di  Ternate menu kepiting kenari ini  hanya dihidangkan  di restaurant tertentu saja.

Perburuan kepiting kenari  massive  terjadi di beberapa pulau seperti di Obi, Yoi Gebe Halmahera Tengah  dan beberapa pulau lain di Halmahera Selatan. Hamper semua pulau kecil sebenrnya dihuni hewan ini. Di Pulau Ternate sendiri  ada  beberapa lokasi ditemukan hidup kepiting kenari  meski populasinya terbilang sedikit. 

Data Direktorat Konservasi Keanekaragaman Hayati (KKH) Dirjen KSDAE KLHK sesuai hasil riset LIPI 2017 lalu menunjukan bahwa   hamper semua pulau kecil di Malut punya potensi satwa ini. Ambil contoh di Halmahera Selatan ada di Pulau Pisang, Talimau, Pulau Kayoa, Gamumu. Begitu juga  Halmahera Tengah  Pulau Gebe  Halmahera Barat,  Halamhera Utara  Halmahera Timur  dan Halmahera Timur.  

Sementara di Ternate sesuai riset yang dilakukan Supyan dan kawan kawan dari  Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Khairun Ternate 20015 lalu, menemukan  potensi kepiting kenari  ada di bagian barat pulau Ternate.   Riset   pada Juli – September 2015  yang bertujuan  mengetahui besarnya potensi kepiting kenari (berukuran dewasa) sebagai salah satu upaya pelestarian terhadap hewan yang dilindungi ini, menemukan   potensi hewan ini.  

Pasalnya, selama pengamatan  induk kepiting kenari atau kelapa yang ditemukan di stasiun pengamatan secara total adalah 46 individu per 40.000m2. Jumlah sampel kepiting kelapa yang diperoleh selama penelitian berjumlah 20 ekor  terdiri dari 13 ekor  jantan dan 7 ekor  betina. Hasl riset  itu menunjukan bahwa di Ternate juga ada satwa ini meskipun sangat  sedikit. 

Sufyan menyimpulkan bahwa secara total, kepadatan populasi kepiting  di pesisir pantai barat Pulau ini adalah 0,00114 individu /m2.  Memang katanya  populasi ini sangat kecil, namun masih memungkinkan untuk dikembangkan mengingat rasio kelamin jantan dan betina secara umum masih dalam keadaan seimbang.

Baca Juga  Soal Sungai Sagea, Ini Hasil dari Tim Udara dan Darat

“Jika kita menginginkan adanya Kawasan konservasi kepiting kenari di pulau  Ternate   maka perlu penyediaan habitat yang ideal untuk kelangsungan hidup populasi hewan ini,” tulisnya dalam riset tersebut.

Mohdar Hasanat salah satu pengusaha yang  menggeluti bisnis jual beli kepiting kenari   menyebutkan bahwa kepiting jenis ini  banyak hidup di beberapa pulau di Halmahera Tengah dan Halmahera Selatan. Usahanya menjual dan membeli kepiting kenari  banyak disuplai dari  Pulau Yoi Gebe dan Patani Halmahera Tengah serta pulau pulau di Halmahera Selatan seperti Obi  Kayoa dan Gane.

Kepiting kenari yang baru diambil para penangkap di Pulau Obi Halmahera Selatan

Di Maluku Utara  katanya masih banyak populasi kepiting kenari tetapi yang berukuran kecil.  “Dari LIPI ada standar  yang bisa diambil itu beratnya 1,3 kilogram ke atas  kalua   dihitung cangkang punggung kepiting kenari  atau disebut dengan karapas, yakni   cangkang keras yang melindungi organ dalam pada tubuh crustacea sepanang 9,5 cm. Di bawah itu tidak dperbolehkan,” jelasnya.

Dia bilang populasi ketang kenari di Maluku Utara belum termasuk punah karena populasinya di alam masih banyak. Kalau  ibarat traffic light itu dari hijau menuju kuning. Karena itu pemerintah menetapkan  kapiting kanari ini  termask hewan yang dilindungi. Meski begitu  masih bisa ditangkap  dengan   batasan tertentu.   

“Izin saya di 2019 ada 4000 ribu ekor dalam setahun namun realisasinya  tidak sebanyak itu. Jatah yang tersisa hingga 2021 ini masih ada 2000 ekor lebih yang belum dihabiskan. Dia menambahkan SK Kepiting Kenari   menjadi satwa buru itu dikeluarkan  KLHK pada 8 Agustus 2017 dari semula dilindungi  menjadi bebas  menjadi satwa buru.   

Kepala Seksi BKSDA Maluku Utara  Abas Hurasan bilang  untuk  kepiting kenari yang sebelumnya  masuk hewan yang  terancam  saat ini  sudah jadi satwa buru. Hal ini melalui  hasil riset yang dilakukan LIPI pada   2017 lalu. Dari hasil itu kemudian jadi dasar Kementerian KLHK mengeluarkan SK izin buru kepiting kenari bagi beberapa pengusaha yang mengajukan izin usaha.

Di Maluku Utara  hampir semua pulau memiliki potensi  hidupnya kepiting kenari. Kelebihan populasinya juga menjadi hama. Kepiting kenari ini sebenarnya masuk satwa yang dilindungi karena kondisinya rawan  tetapi sesuai hasil survei populasinya di alam berlebihan akhirnya    LIPI   kemudian merekmondasikan  jadi satwa buru. “Satwa yang diburu mengikuti prosedur  berdasarkan aturan dan ketentuan.  Tidak boleh  melebihi  atau over  penangkapan yang menyebabkan  hewan ini habis. Tentu katanya dengan izin yang diberikan pemerintah.

Baca Juga  Pasca Longboat Terbalik, Bupati Instruksikan PNS Sumbang Pelampung

Maluku Utara diberi jatah penangkapan setahun sebanyak 15 ribu ekor.    Jatah  per tahun ini keluar pada Agustus 2017 dan sampai saat ini belum  dihabiskan.  

 Lembaga Ilmu Pengetahuan  Indonesia (LIPI)  dalam situs resminya (http://lipi.go.id/publikasi/kepiting-kenari-seri-metode-survei-dan-pemantauan-populasi-satwa-buku-viii/28283) menyebutkan,  populasi Kepiting kenari di dunia dianggap telah menurun dengan drastis sehingga Persatuan Internasional untuk Konservasi Alam (International Union for Conservation of Nature = IUCN) telah menetapkan bahwa Kepiting kenari adalah binatang langka dan perlu dilindungi walaupun termasuk dalam kategori “kurang data”.

Artikel yang ditulis oleh Dra. Rianta Pratiwi M.Sc.,Heryanto, Daisy Wowor menjelaskan  Kepiting kenari (Birgus latro) merupakan salah satu binatang liar (wildlife) yang hidup di laut pada saat stadia larva dan juvenil, sedangkan pada saat stadia muda dan dewasa lebih banyak menghabiskan hidupnya di daratan, sehingga binatang ini lebih dikenal sebagai kepiting darat yang aktif mencari makan pada malam hari.

Pusat penagkaran kepiting kenari milik Mohdar Hasanat

Kepiting kenari atau ketam kenari dikenal juga sebagai kepiting pencuri (robber crab) karena sering mencuri kelapa sebagai makanannya. Kepiting ini termasuk kelompok dekapoda darat yang paling besar dan bahkan sebagai Arthropoda daratan terbesar di dunia. Rentangan kakinya dari ujung capit kaki yang satu sampai dengan ujung capit kaki lainnya dapat mencapai 1 (satu) meter dengan berat maksimum 4 (empat) kilogram.   Masyarakat Indonesia dan juga masyarakat internasional belum banyak yang mengetahui mengenai Kepiting kenari (nama ilmiah: Birgus latro). Selain itu Kepiting kenari juga dikenal sebagai hewan yang memiliki kekuatan yang besar dalam mengangkat beban.

Kepiting ini dapat mengangkat beban hingga 29 kg. Lifespan (rentang hidup) kepiting ini juga besar, bila Kepiting kenari dibiarkan hidup maka ia dapat mencapai usia hingga 30 tahun. Hal ini sangat berbeda dengan kepiting-kepiting jenis lainnya yang berusia lebih pendek. Kepiting ini juga memiliki banyak nama yang diberikan  sesuai sebutan daerah masing masing. (*) 

Share :

Baca Juga

Kampanye WALHI soal isu pesisir dan laut

Kabar Malut

WALHI: Investasi Massive Mengarah ke Timur

Kabar Malut

Wilayah Kelola Hutan Oleh KPH Bertambah

Kabar Malut

Riset Kehati dan Lingkungan BRIN–UNIERA Kolaborasi
Logo WALHI

Kabar Malut

Gelar Program Save The Small Island, Warga dan Walhi Malut Tanam Mangrove
Kondisi hutan di kawasan Taman Nasional Ake Tajawe Lolobata yang masih terjaga foto Opan Jacky

Kabar Malut

Presiden Resmi Cabut 11 Izin Kehutanan di Malut

Kabar Malut

Cadangan Nikel Habis 6 Tahun Lagi  

Kabar Malut

Kaya Tambang, Malut Primadona Investasi Asing

Kabar Kampung

Sebuah Catatan di Hari Surya Dunia