Untuk menemukan sumber mata air yang mengalir di pulau kecil seperti Ternate, terutama di tengah pemukiman warga yang padat , hanya ada di dua tempat. Dua sumber mata air itu adalah, Ake Santosa, di Kelurahan Salero atau tepatnya berada sebuah bukit kecil di samping Kedaton Kesultanan Ternate. Sementara yang satunya lagi ada di Bagian Utara Kelurahan Sangaji, yakni sumber mata Air Ake Gaale. Jika Aer Santosa saat ini telah dilindungi dari sentuhan tangan jahil dengan dibuatkan semacam bendungan untuk memelihara ikan, juga dikelilingi tembok pagar keraton, tidak demikian dengan sumber air Ake Gaale. Selain sebagian lahannya telah dikuasai Perusaahaan Daerah Air Minum (PDAM) dan dibuatkan sejumlah sumur-sumur air raksasa, juga di luar lahan yang dikuasai PDAM, telah diserbu habis untuk pembangunan pemukiman.
Kecurigaan kuat ini adalah dampak dari dua proses eksploitasi itu. Itu kemudian membuat sumber mata air itu kering dan tinggal kenangan. Seiring eksploitasi yang dilakukan PDAM Ternate sejak berdiri di kawasan sumber mata air ini, air yang biasanya mengalir dengan jernih kini kering kerontang. Kisah pilu ini dimulai sejak 1993 ketika PDAM berdiri. Puncaknya Oktober 2014 ini, sumber air Ake Gaale benar-benar habis.
Sumber mata air yang berjarak kurang lebih 300 meter dari bibir pantai Sangaji atau tepat di samping Kanan Benteng Tolluko itu, turut berdiri kolam ikan milik warga. Saat ini jangankan kolamnya berisi ikan, setitik air juga sudah tidak ada. Selain sumber mata air yang kering karena dugaan kuat eksploitasi yang berlebihan dari PDAM, juga karena lahan dan vegetasi tutupan dia areal sumber mata air ini, telah beralihfungsi. Serangan karena kebutuhan lahan pemikiman yang tidak terkendali ini setidaknya juga harus menjadi bahan analisa dari mengeringnya sumber mata air ini.
Alwan M Arief Tokoh pemuda setempat menceritakan, sekitar 15 tahun lalu ketika air masih mengalir dengan jernihnya, kolam-kolam ikan warga masih banyak diisi beragam jenis ikan. Bahkan di mata air ini banyak sekali hidup udang, ikan gabus, lele. Warga setempat masih bisa menangkap udang atau bisa memancing ikan gabus. Kondisi kini berbalik, berbagai cerita itu tinggal kenangan. Menurutnya, sejak berdiri PDAM dengan mengeksploitasi air yang dari sumber mata air ini, dengan dibagunnya sumur-sumur PDAM, sumber air ini perlahan mulai kering. Awal 1990-an warga sekitar mata air ini sudah mengeluhkan menurunnya debit air dari sumber mata air ini. Hanya saja seperti tidak digubris. “Pertengahan 1990 an kita sudah membuat gerakan Save Ake Gaale ketika melihat tanda-tanda menurunnya debit air dengan mendatangi pemerintah kota Ternate meminta ada langkah seperti apa. Tetapi itu hanya dibiarkan. PDAM terus mengambil air dengan tidak memedulikan dampak yang ditimbulkan nanti,” katanya. Kini, mengeringnya sumber mata air ini merupakan puncak dari bentuk ketidakpedulian selama ini. ”Dulu orang China datang beli ikan sogili (Morea,red) di Ake Gaale. Cari udang dan ikan gabus juga gampang. Sekarang jangankan ikannya, air juga sudah tidak ada . Dalam kondisi seperti ini, untuk mengembalikan kondisi mata air seperti sedia kala adalah sebuah pekerjaan yang nyaris tak mungkin bisa terlaksana. Ini bukti, ketidakpedulian atas eksploitasi yang dilakukan selama ini,” katanya. Jika sudah begini tidak ada lagi cerita Puan, putri Cantik Ake Gaale yang masih kana-kanak bersama teman-temannya mencari udang dan dibakar untuk santap siang. Tidak ada lagi cerita Bibi Salma yang membasuh pakaian di Ake Gaale. Tidak ada lagi cerita Ongen yang dulu ketika nyetir angkot dan ingin mencuci mobilnya cukup parkir di depan Ake Gaale. Nyaris 10 tahun terakhir banyak cerita yang hilang, seiring mengeringnya dua sumber mata air itu. Yang tersisa hanya air selokan yang mengalir dari rumah-rumah warga.
Dampak buruknya, tidak hanya Ake Gaale yang mengering, sumur milik warga juga ikut mengering. Jika ada airnya, rasanya telah bercampur dengan air garam. “ Aer rasa salobar (rasa air tawar dan air asin bercampur, red) ini baru dua bulan belakangan ini,” aku Anwar A Wahab warga Ake Gaale. Karena keresahan warga dengan mengeringnya sumber mata air ini, warga beramai-ramai mendatangi pihak PDAM menggelar aksi atas keringnya sumber mata air tersebut. Aksi ini sekaligus menuntut pihak PDAM mengembalikan sumber air Ake Gaale yang telah kering dua bulan terakhir ini.
Pihak PDAM sendiri sulit menampik fakta ini. Saat didatangi warga mereka berjanji mencari solusinya. Kepala PDAM Ternate Saiful Jafar mengaku baru akan mengkonsultasikan dengan Pemkot Ternate mengambil langkah dalam jangka pendek ini. Salah satunya mengatasi kondisi air yang berubah rasa dengan memasang sambungan air PDAM Gratis pada warga. Untuk jangka panjangnya akan membangun beberapa sumur resapan di wilayah barat (*)