Breaking News
light_mode
Beranda » Opini » Mudik Orang Pulau, Sebuah Coretan yang Tercecer

Mudik Orang Pulau, Sebuah Coretan yang Tercecer

  • account_circle
  • calendar_month Rab, 4 Jul 2018
  • visibility 134

Fenomena mudik kaum urban, terkadang memantik perdebatan panjang. Selain mengundang  keprihatinan, di mana mudiknya kaum urban ikut melibatkan negara dengan segala risiko,  mudik itu juga melibatkan jumlah yang demikian massif yang justru memang menimbulkan tantangan tersendiri, di mana emosi dan segala perhatian tertumpah di sana.

Tak ada perhatian ekstra keras yang dilakukan pemerintah jelang hari-hari besar keagamaan,  selain mengurus mudik kaum urban.  Yang dari tahun ke tahun selalu menumbalkan korban jiwa demikian besar.

Alhasil,  berbagai perbaikan,  termasuk meminimalisir jatuh korban, terus diupayakan. Sarana dan infrastruktur pendukung jalan raya dan transportasi ditingkatkan demi menghadirkan kenyamanan. Negara hadir ketika segala risiko benar-benar tertangani dengan baik.  Dan mudik,  merupakan parameter,  bagaimana negara bekerja,  dan serius mengurus rakyat.

Ternyata,  mudik bukan semata milik kaum urban.  Mudik telah menjadi tradisi yang “melembaga” hampir semua masyarakat di Indonesia mengenal dengan kuat tradisi pulang kampung ini.

Pun demikian halnya dengan masyarakat pulau.  Mudik merupakan sebuah kerinduan yang tak  terkatakan bagi mereka yang menjalaninya. Mudik tidak hanya sebuah perjumpaan fisik,  tetapi lebih dari itu adalah menggayuh makna dan kedalaman kerinduan ontologis, menemukan bilah maknawi keagamaan yang primordial.

Tentu,  antara mudik kaum urban dan mudik masyarakat pulau memiliki konstruk persepsi yang berbeda,  sekalipun mungkin saja memiliki silang singgung konsep yang sama.

Nah,  pada titik ini,  dan ini yang menjadi stand point coretan ini, bahwa mudik masyarakat pulau kurang memperoleh perhatian serius negara. Betapa tidak,  proses mudik orang pulau,  dilakukan apa adanya,  dengan fasilitas seadanya,  dukungan transportasi tak laik,  bahkan siap mengancam nyawa. Tetapi bagi orang pulau,  yang utama bisa “pulang kampung” walau dihantam ombak besar,  dibelai angin sakal jahat,  diselimuti hujan deras,  dan ditemani alam pekat. Tak surut nyali untuk menginjak pasir pulau yang pernah menancapkan memori dan pengalaman sejak kecil.

Pada konteks ini,  mudik masyarakat pulau kurang mendapat perhatian, bahkan terkesan diabaikan. Pernahkah berbagai fasilitas,  sarana,  infrastruktur untuk mudik masyarakat pulau menjadi perhatian? Apakah tol laut nanti dapat memberi nyaman masyarakat pulau ketika pulang kampung? Apakah pwrnah terlintas,  bagaimana mengatasi mudik masyarakat pulau yang rentan menumbalkan jiwa?

Syukur-syukur yang pulang kampung dengan kapal ferry, speed boat cepat.  Bagaimana dengan mereka yang mudik dengan perahu kayu?

Sejauh ini,  dan sejak lama,  mudik masyarakat pulau jauh dari kesan perhatian serius kita bersama.  Kita menganggap sebagai “tradisi” yang tidak berisiko.

Mudik orang pulau,  adalah pulang yang menautkan rindu,  cinta,  cita-cita, serta spirit transendensi untuk mengistirahatkan keegoan setelah penat diterpa deru bising materialisme di kota. Mudik adalah perjalanan menuju kebersamaan, walau jiwa harus dikorbankan.

  • Penulis:

Rekomendasi Untuk Anda

  • Warga Hasilkan Produk Pangan dari Sagu dan Enau

    • calendar_month Kam, 11 Mar 2021
    • account_circle
    • visibility 202
    • 0Komentar

    Cerita KTH Mandiri Sejati Manfaatkan Hasil Hutan Warga yang tergabung dalam kelompok tani hutan (KTH) memanfaatkan pohon sagu dan enau menghasilkan berbagai produk makanan sekaligus jadi sumber pendapatan warga.   Seperti dilakukan oleh KTH  Mandiri Sejati  Ake Tobato Kelurahan Loleo Oba Tengah Kota Tidore Kepulauan  ini. Mereka mengolah dan menghasilkan beragam  produk bahan makanan dari dua […]

  • Merekam Sunset di Oba Tengah Tikep

    • calendar_month Kam, 17 Jun 2021
    • account_circle
    • visibility 168
    • 1Komentar

    Momen matahari terbit dan terbenam memang menakjubkan. Apalagi, jika  berada di tepi pantai, atau puncak gunung. Tidak heran banyak orang mencoba mengabadikannya menjadi sebuah foto. Meski kelihatannya mudah, namun untuk dapat foto sunset  dan surise yang sempurna cukup sulit. Apalagi, kadang turunnya sunset cukup sulit diperhitungkan waktunya. Dibutuhkan momen yang tepat dan kesabaran menanti momentum. Memang  bukan fotografer handal, […]

  • Demokrasi, Sebuah Ontologi Kecil

    • calendar_month Sen, 29 Jan 2018
    • account_circle
    • visibility 216
    • 0Komentar

    Catatan dari Timur Nusantara untuk Indonesia Sir WinstonChurchill sekali dalam pidatonya mengatakan bahwa demokrasi adalah sistem buruk diantara yang terburuk yang harus kita pilih karena tidak ada sistem lain yang lebih baik lagi. Padahal dalam sejarahnya banyak sekali bentuk-bentuk pemerintah maupun negara yang telah dipraktekkan sejak zaman Yunani kuno.Termasuk demokrasi sendiri berasal dari era Yunani […]

  • Menelisik Implementasi Kota Jasa berbasis Agro-marine Kota Tidore Kepulauan

    • calendar_month Sel, 20 Agu 2019
    • account_circle
    • visibility 300
    • 0Komentar

    Penulis M. Faizal Banapon, ST., MT Konsultan Perencanaan, Pengembangan Wilayah dan Kota Jum’at sore (15/02/19,) digelar diskusi publik  yang buat saya sebagai praktisi Perencanaan, dan Pengembangan Wilayah dan Kota cukup menarik perhatian. Diskusi itu memancing saya  memberikan opini ini. Poin dari diskusi tersebut mempertanyakan kinerja pencapaian Visi Pemerintah Kota (Pemkot) Tidore Kepulauan (Tikep) Periode 2016 – […]

  • Ini Gebrakan Komunitas Halmahera Wildlife Photografi

    • calendar_month Rab, 10 Mar 2021
    • account_circle
    • visibility 169
    • 0Komentar

    Hari masih sangat pagi. Jarum jam baru menunjukan pukul 0.7.00 WIT. Kawasan  Ruang Terbuka Hijau  (RTH) Taman Nukila di  Kelurahan Gamalama Ternate Minggu (28/2) sudah sangat ramai. Ratusan Ibu-ibu dan anak-anak  sudah berkumpul di kawasan itu, untuk  sekadar bermain dan  menggelar senam. Sementara beberapa anak muda yang tergabung dalam Komunitas Halmahera Wildlife Photografi (HWP) sibuk […]

  • Literasi Lingkungan dari Pulau Tulang Halmahera

    • calendar_month Rab, 23 Sep 2020
    • account_circle
    • visibility 275
    • 0Komentar

    Cerita Fahri Lolahi dan Rumah Botol Plastik untuk Perangi Sampah   Cuaca siang di Sabtu akhir Agustus lalu itu agak mendung. Ketika tiba dengan mobil di Tobelo dari Kao, saya dijemput oleh Fahmi Lolahi. Tujuan saya menuju pulau Tulang. Setelah menunggu sekira 30 menit, saya  melanjutkan perjalanan menuju Pulau Tulang.     Fahmi Lolahi adalah kakak  […]

expand_less