Pada 5 Juni lalu, bertepatan dengan Hari Lingkungan Hidup sedunia, public membuat petisi untuk KH Yahya Cholil Staquf, Ketua Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) diluncurkan. Firdaus Cahyadi, penggagas petisi bertajuk, ‘Ketua PBNU: Kelola Energi Terbarukan Bukan Tambang Batubara’. Melalui link https://www.change.org/p/ketua-pbnu-kelola-energi-terbarukan-bukan-tambang-batu-bara sudah ditandangani kurang lebih 245 orang. “Insya Allah, penandatangan petisi akan terus meningkat. Ketua PBNU harus lebih mendengarkan suara publik ini, daripada bisikan para oligarki Batubara,” tulis Firdaus dalam rilisnya ke kabarpulau.co.id.
Dia mengungkapkan bahwa, tawaran pemerintah untuk mengelola tambang adalah bentuk jebakan kaum oligarki batubara di sekitar pemerintah. “Para oligarki batubara menyadari bahwa narasi nasionalisme sempit tidak laku lagi untuk melindungi keserakahan mereka dalam mengeksploitasi sumber daya alam. Aktivis Perubahan Iklim di 350.org Indonesia itu juga menyatakan bahwa Kaum oligarki Batubara ingin menggunakan narasi agama untuk melawan gerakan lingkungan hidup.
Dia bilang saat ini lembaga-lembaga pendanaan mulai enggan mendanai tambang Batubara karena merusak alam dan menyebabkan krisis iklim. “Jika PBNU menerima jebakan pemerintah mengelola tambang batubara, maka yang rugi bukan hanya PBNU, umat Islam saja, tapi publik, baik di Indonesia maupun di tempat lain, karena batu bara adalah penyebab krisis iklim secara global,” jelasnya.
Jika pemerintah berniat baik pada PBNU, seharusnya memfasilitasi PBNU untuk mengelola energi terbarukan berbasis komunitas. “Hasil penelitian Celios dan 350.org Indonesia, yang berjudul Dampak Ekonomi dan Peluang Pembiayaan Energi Terbarukan Berbasis Komunitas menunjukkan bahwa energi terbarukan berbasis komunitas mampu menciptakan kontribusi terhadap PDB (Produk Domestik Bruto) sebesar Rp10.529 triliun selama 25 tahun,”jelasnya, Penelitian itu juga mengungkapkan bahwa energi terbarukan berbasis komunitas juga mampu menurunkan angka kemiskinan hingga lebih dari 16 juta orang. Bukan hanya itu, dari sisi ketenagakerjaan, energi terbarukan berbasis komunitas juga membuka peluang kerja sebesar 96 juta orang.” Penelitian tersebut dapat diunduh di https://350.org/id/wp-content/uploads/sites/17/2024/05/Peluang-dan-Tantangan-Pendanaan-energi-terbarukan-Berbasis-Komunitas_compressed.pdf.
Kini, publik sedang menanti keberanian PBNU untuk menolak tambang Batubara. PBNU harus menolak menjadi tumbal para oligark tambang. “Publik ingin menyelamatkan PBNU melalui petisi ini.”katanya.
CEO Kabar Pulau