Setiap hari para nelayan melakukan aktivitas menangkap ikan di laut. Meski begitu, tidak semua dari mereka memahami standar dasar keselamatan ketika di laut. Karena itu pula para nelayan kecil di Kota Ternate, khususnya nelayan ikan tuna Kelurahan Kampung Makassar Timur Kota Ternate Maluku Utara, diberi pemahaman tentang standar keselamatan di laut oleh Kantor Pencarian dan Pertolongan (SAR) Ternate yang difasilitasi oleh lembaga Masyarakat dan Perikanan Indonesia (MDPI) yang selama ini melakukan pendampingan terhadap nelayan kecil di sejumlah tempat di Maluku Utara.
Para nelayan yang tergabung dalam program nelayan fair trade dan non fair trade itu, antusias mengikuti pelatihan Keselamatan di Laut Nelayan Tuna Fair Trade Ternate yang dipusatkan di aula Kantor Lurah Makassar Timur. Sementara prakteknya di langsungkan di pantai Lelong Makassar Timur Sabtu (24/2/2023).
Field Implementer MDPI Hidayat D Muhammad menjelaskan, dalam program nelayan fair trade yang dijalankan MDPI, salah satu standar persyaratannya itu adalah mengikuti dan memahami pelatihan keselamatan untuk nelayan kecil. Melalui pelatihan ini para nelayan diharapkan mendapatkan ilmu mengenai tekhnik bertahan hidup di laut saat menghadapi keadaan darurat, mendapatkan pelatihan dasar P3K serta memahami teknik navigasi. “Ini syarat bagi nelayan fair trade karena sangat bermanfaat ketika mereka menjalankan aktivitas melaut,” jelas Hidayat.
Program MDPI terkait training atau pelatihan SAR adalah persyaratan latihan keselamatan yang masuk dalam program. Karena itu tiap nelayan wajib mengikuti.
“Kalau tidak ikut berarti tidak bisa bergabung. Kali ini pesertanya 38 orang. Ada 28 orang anggota nelayan fair trade. Sisanya adalah nelayan yang tertarik dengan pelatihan ini dan ingin paham proses pelatihan standar penyelamatannya seperti apa,”jelas Hidayat lagi.
Sementara dari 38 peserta, baik nelayan fair trade dan bukan fair trade, mendapatkan lima materi belajar yang diberikan dua pelatih dari Kantor Pencarian dan Pertolongan (SAR) Ternate. Dari lima materi ada dua trainer dari Kantor Pencarian dan Pertolongan (SAR) Ternate, masing masing Michael Janis dan Syarif Hidayat.
Materi yang diterima para nelayan masing-masing terkait dasar dasar navigasi laut, survival at sea atau bertahan hidup di laut, basic first aid atau pertolongan pertama, water rescue pertolongan atau penyelamatan di air dan terakhir masalah dehidrasi.
Saat disampaikan materi penyelamatan diri dan cara bertahan di laut, para peserta dilatih teknik penyelamatan diri tanpa life jacket dan menggunakan life jacket. Termasuk cara mengambang atau survival self rescue menggunakan pakaian. Caranya dengan menjebak udara di bahu untuk membantu mengambang.
Selain itu, yang menarik juga adalah materi mengenai survival di laut. Dalam materi ini para nelayan diberikan pengetahuan dasar mengenai teknik mempertahankan diri dari keadaan darurat di laut.
“Ketika seseorang sudah survival di laut 50 persen total keselamatan sudah ada,” kata Maikel Janis. Dalam hal ini kasus utamaya seperti dehidrasi, udara dingin, minum air laut dan bahaya terbesarnya adalah ketakutan dan panik. Ada juga beberapa bahaya dihadapi korban karena kondisi dingin. Misalnya hypothermia atau kehilangan panas tubuh akibat udara dingin, frostbite yang disebabkan oleh angin dingin yang membekukan tubuh dan kaki yang kaku karena tidak digerakan dalam waktu yang lama di dalam air yang dingin.
Selain itu ada juga bahaya lain seperti mabuk laut diare, minum air laut dan bahaya lainnya.
Dalam pelatihan ini banyak pertanyaan diajukan para peserta terutama menyangkut upaya penyelamatan kawan nelayan atau yang lainnya saat ada kejadian.
Iskanda Dano Dasim salah satu nelayan dari Kelurahan Kampung Makassar Timur mempertanyakan tata cara menyelamatkan teman atau korban panik apa yang harus dilakukan. Usai para peserta menerima materi dalam ruangan, para peserta dibekai dengan materi di dalam ruangan Bersama pelampung yang dimiliki melakukan praktek di laut pantai Kelurahan Makassar Timur. (*)
CEO Kabar Pulau