Setiap 8 Juni diperingati sebagai hari laut sedunia atau World Ocean Day. Peringatan ini untuk mengingatkan pentingnya lautan bagi kehidupan manusia karena menutupi lebih dari 70% planet Bumi. Dikutip dari https://tirto.id/hari-laut-sedunia-2021-tema-8-juni-cara-rayakan-world-ocean-day-gg) menyebutkan bahwa laut menjadi sumber kehidupan manusia, mendukung kesejahteraan umat manusia dan setiap organisme lain di bumi. Lautan menghasilkan setidaknya 50% oksigen Bumi, merupakan rumah bagi sebagian besar keanekaragaman hayati Bumi, dan merupakan sumber protein utama bagi lebih dari satu miliar orang di seluruh dunia. Belum lagi, laut adalah kunci ekonomi manusia dengan perkiraan 40 juta orang dipekerjakan oleh industri berbasis laut pada tahun 2030.
Terlepas dari segala manfaatnya, kondisi lautan semakin hari makin kritis. Dilansir PBB, 90% populasi ikan besar habis, dan 50% terumbu karang hancur, manusia mengambil lebih banyak daripada yang dapat diregenerasi. Untuk melindungi dan melestarikan laut dan semua yang menopangnya, manusia harus menciptakan keseimbangan baru, yang berakar pada pemahaman yang benar tentang laut dan bagaimana manusia berhubungan dengannya. “The Ocean: Life and Livelihoods” adalah tema Hari Laut Sedunia 2021.
Lalu bagaimana dengan pemanfaatan laut Maluku Utara dari potensinya saat ini?
Secara potensi Maluku Utara kaya potensi perikanan dan kelautan. Tidak hanya perikanan tangkap dan potensi budidaya perikanan laut. Dilihat dari potensi lestari perikanan Maluku Utara misalnya mencapai 517.000 ton/tahun. Sementara pemanfaatannya baru mencapai 150.232 ton.
“Pemanfaatannya baru 29 persen sementara yang belum dimanfaatkan 71 persen,” jelas Dr Irvan Koda Akademisi dari Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Khairun Ternate dalam sebuah seminar perikanan yang digelar di Ternate belum lama ini. Untuk perikanan tangkap misalnya, Maluku Utara memiliki potensi Standing Stock mencapai 1.035.230 ton/tahun.
Sumberdaya ikan yang tertangkap nelayan di Maluku Utara juga ada sekira 98 jenis, di mana 74 diantaranya bernilai ekonomis penting. Sementara 20 jenis merupakan komoditi perikanan yang bernilai ekonomis tinggi.
“Maluku Utara punya komoditi unggulan misalnya tuna, dan cakalang, rumput laut, kerapu, dan udang vannamei. Secara keseluruhan potensi sumberdaya (standing Stock) = 1.035.230 ton / tahun,” jelasnya.
Potensi yang ada didukung oleh wilayah laut Maluku Utara yang cukup luas. Di mana total luas wilayah mencapai 14.801,10 kilometer. Dari luasan itu daratanya hanya 32.004,57 kilometer. Sementara lautannya mencapai 113.795,53 kilometer.
Maluku Utara juga memiliki garis pantai sepanjang 6.823,53 kilometer atau kurang lebih 1/8 dari garis pantai Indonesia. Belum lagi banyaknya jumlah pulau. Di Maluku Utara memiliki 805 pulau, 82 yang berpenghuni sementara 723 pulau tidak berpenghuni dengan satu pulau berada di daerah terluar yakni Pulau Jiew di Halmahera Tengah.
Luasan itu juga mencakup desa di pesisir pantai sebanyak 856 desa dan 115 desa di pedalaman, atau total 1196 desa tersebar di 8 Kabupaten dan dua kota di Maluku Utara.
Potensi lainnya jumlah nelayan di Maluku Utara mencapai 19056 orang dan pembudiddaya ikan 7439 dari total penduduk 1.25, 771 orang.
Berdasarkan Ekosistem | Potensi Kesesuaian Lahan (Ha) | Pemanfataan Lahan 2014 (Ha) | Presentase Pemanfaatan (%) |
Air Laut | 50.047,49 | 7,174.84 | 14.34 |
Air Tawar | 18.741,00 | 3,232.29 | 17,25 |
Air Payau | 12.528,50 | 1.586,68 | 12,66 |
Total | 81.315,99 | 11.933,81 | 14,75 |
Sumber: Fakultas Perikanan Universita Khairun Ternate.
Dr Irvan menyebutkan, potensi melimpah itu ternyata belum diikuti pengelolaan yang benar-benar menyejahterakan nelayan dan masyarakat Maluku Utara umumnya.
Karena itu dia berharap kekayaan luar biasa yang belum tergarap ini, perlu ada keseriusan pemerintah Provinsi Maluku Utara. Terutama mengambil langkah-langkah strategis menyejahterakan masyarakat terutama nelayan.
“Harus segera ada pembenahan sarana dan prasarana. Kapasitas SDM nelayan dan keluarga nelayan juga perlu ditingkatkan. Inovasi teknologi juga penting. Selain itu nelayan harus diberikan modal usaha dengan adanya dukungan dan kebijakan pemerintah daerah,” katanya.
PLT Kepala Dinas Perikanan dan Kelautan Provinsi Maluku Utara Abdullah Assagaf akui potensi itu terbentang di 4 Wilayah Pengelolaan Perikanan (WPP). Dari 11 WPP di Indonesia Maluku Utara masuk dalam 4 WPP yang pengelolaan wilayah lautnya bersama beberapa provinsi di Indonesia.
Dari 11 WPP Malut masuk 4 WPP yakni Teluk Tolo dan Laut Banda (WPP 714), Laut Maluku, Laut Halmahera dan Laut Seram (WPP 715), Utara Pulau Halmahera (WPP 716) dan Laut Pasifik (WPP 718).
“Potensinya sangat luar biasa dan terbanyak di seluruh Indonesia,” jelas Abdulllah saat menjadi pemateri dalam Seminar Nasional Perikanan Maluku Utara dan Tantangan Industri 4.0 di Ternate baru-baru ini.
Dalam seminar itu terungkap bahwa, di balik besarnya potensi yang dimiliki, tak seimbang dengan pemanfaatannya bagi masyarakat.
Tingkat pemanfaatan potensi pelagis besar, kecil, demersal, ikan karang dan hasil kelautan lainnya belum terkelola dengan baik.
Untuk pelagis kecil dari 4 WPP potensi 13.73,349 ton. Tapi tingkat pemanfaatannya baru 21,4 persen. Artinya masih ada 79,6 persen belum dikelola. Begitu juga untuk pelagis besar dari 583,378 ton pemanfaatannya baru 53,5 persen.
Ikan demersal tingkat pemanfaatan 9.2 persen dari total potensi yang ada di 4 WTP yakni 590,907 ton. Untuk ikan karang dari 474, 866 ton pemanfaatannya baru 14, persen.
Estimasi jumlah produksi perikanan tangkap di tahun 2019 misalnya, ada 257 ribu ton, masih didominasi pelagis besar. Sementara perikanan budidya dengan potensi 41 ribu ton tingkat pemanfaatan masih minim terutama budidaya perikanan laut.
Menjawab ragam persoalan perikanan yang dihadapi maka, saat ini mendorong dikembangkannya empat jenis ikan yakni pelagis besar dan kecil, demersal dan ikan karang dalam program penangkapan. “Maksudnya bukan kita abaikan yang jenis ikan lain. Pemerintah focus mengelola empat jenis ikan yang ada. Yang paling utama diperhatikan untuk pengembangan pemanfaatan sumbedaya adalah dengan memperhatikan pemanfaatan izin- izin usaha perikanan yang ada.
Untuk izin pemanfaatan ikan karang misalnya membutuhkan monitor secara ketat ketika izin izin itu dikeluarkan. Terutama penempatan perizinan atau lokasinya.
Peluang dan potensi sektor kelautan dan perikanan di Maluku Uara cukup besar. Maluku Utara juga punya posisi yang sangat strategis terutama mengatur dan menata wilayah- wilayah kelautan yang ada.
Tidak itu saja, kelautan dan perikanan juga dikembangkan ke bidang wisata bahari dan perikanan budaya perairan. Begitu juga dengan pengembangan potensi perikanan budidaya, di Maluku Utara baru 2 persen dimanfatkan. Budidaya perikanan dan kelautan juga masih sangat minim.
“Malut sudah punya program unggulan Tuna, Tongkol dan Cakalang (TTC) serta udang vanamae. Program ini juga akan masuk dalam program Limbung Ikan Nasional (LIN).
“Konsep LIN yang akan dijalankan pada 2021 ini yakni rencana dibangun 4 Sentra Perikanan Terpadu (SPT). Yakni SPT di Pulau Morotai, membawahi Halmahera Utara, Halmahera Timur. SPT Sofifi membawahi Ternate Tikep dan Halmahera Tengah. Di Halmahera Tengah ada SPT khusus di Patani. SPT ini dikembangkan karena illegal fisihing sangat marak di kawasan tersebut. Banyak nelayan asing masuk sampai ke teritori Indonesia.
SPT ketiga di Halmahera Selatan keempat di Sanana membawahi Sanana dan Taliabu. Programnya ada tiga kegiatan yakni perikanan tangkap, budidaya dan pengolahan serta peningkatan sumberdaya perikanan.
Saat ini Pemerintah Maluku Utara juga telah membuat kebijakan pembangunan kelautan dan Perikanan 2020- 2024 . Yakni mendorong peningkatan iklim investasi di sektor perikanan, khususnya pengembangan Komoditi unggulan (TCT), Udang Vamane dan Rumput Laut. Selain itu penguatan industrialisasi dan sertifikasi unit pengolahan ikan sesuai standar SKP dan HACCP. Penguatan hasil tangkapan nelayan khususnya TCT. Ada juga program Cara Pembenihan ikan yang Baik (CPIB). Peningkatan kapasitas sarana dan prasarana untuk TCT. Penataan distribusi dan pemasaran hasil perikanan dalam rangka menjaga disparitas harga produk perikanan. Penguatan SDM dan manajemen kelembagaan seperti koperasi nelayan.
Peningkatan akses modal dan akses pemasaran bagi nelayan dan pembudidaya ikan. Perluasan pengembangan sentra budidaya laut dengan fokus komoditi udang vaname dan rumput laut. Peningkatan nilai tambah produk hasil perikanan. Peningkatan kapasitas sarana prasarana dan operasional.
Mufti Murhum Kepala Dinas Perikanan Halmahera Tengah berharap ada intervensi pemeritah provinsi yang memiliki pembiayaan besar mengurus juga nelayan di kabupaten/kota. Maluku Utara memiliki potensi besar dan belum dikelola dengan baik. Kondisi ini bukan berarti tidak melakukan apa apa. Baginya potensi perikanan di 4 WPP itu tidak stagnan tetapi dia akan ruaya ke mana saja. Karena itu perlu ada strategi bisa dilkukan. “Pertama mendorong armada dan nelayan untuk menyambut rencana program LIN yang akan dijalankan. Dengan jumlah nelayan yang begitu besar jika dikelola secara baik dengan difasilitasi fasilitas dan modal bagi nelayan yang ada, maka mereka akan meningkatkan produktivitas perikanan dan kelautan hingga eksport,” jelasnya.
Tiap tahun Dinas Perikanan Provinsi mendapatkan alokasi APBD hingga Rp60 miliar. Ini mestinya provinsi mendorong pemberdayaan nelayan terutama penambahan fasilitas dan permodalan mereka. Pemerintah provinsi perlu memikirkan mencari kawasan perikanan yang luas dan kaya potensi untuk dikembangkan dengan memberikan kesempatan kepada nelayan local agar mereka bisa berdaya.
“Tahun ke tahun bicara potensi tetapi potensi itu dimanfaatkan nelayan luar Maluku Utara. Di laut Halmahera banyak kapal ikan dengan kapasitas 150 sampai 200 GT milik nelayan luar Maluku Utara menangkap ikan di laut Halmahera kemudian dibawa ke luar. Mereka memanfaatkan potensi di Maluku Utara,” katanya. Jika pemerintah menyediakan fasilitas yang memadai perikanan Maluku Utara akan maju dan masyarakat nelayannya sejahtera. (*)
CEO Kabar Pulau