POSSI-BASARNAS Teken MoU
Maluku Utara terdiri dari pulau-pulau serta dikelilingi wilayah laut yang sangat luas. Karena itu pergerakan warganya selau mengandalkan transportasi laut. Kondisi ini ikut menyimpan sejumlah persoalan. Salah satunya ketika terjadi kecelakaan transportasi laut.
Dalam kasus seperti ini, penangannya membutuhkan rescue atau penyelamatan yang pelakunya mesti memiliki kemampuan dan keahlian khusus. Untuk penanganan korban lakalaut membutuhkan perlakuan dan kemampuan selam dan penyelamatan pertama yang mumpuni. Atas masalah inilah membuat Persatuan Olahraga Selam Seluruh Indonesia (POSSI) Maluku Utara berkolaborasi dengan Kantor Search and Rescue (SAR) Ternate menggelar pelatihan penyelamatan bagi korban kecelakaan laut selama dua hari, yakni Sabtu (4/2/2023) dan Minggu (5/2/2023) dipusatkan di Nukila Dive Taman Nukila Kota Ternate. Selain pelatihan itu, POSSI dan Kantor SAR Ternate melakukan penandatanganan kerja sama atau MoU untuk berbagai kegiatan yang berhubungan dengan SAR.
Pelatihan yang diikuti 33 penyelam dari dive center di Ternate dan Tidore itu, mereka dibekali pengetahuan menyangkut manajemen penanganan korban, serta memberi pengetahuan basic life support dan resusitasi jantung paru (RJP) bagi korban lakalaut.
“Pematerinya dari POSSI, Kantor SAR Ternate dan PMI Maluku Utara,” jelas Idham Kurniawan Andili Sekretatris POSSI Maluku Utara usai pembukaan pelatihan.
Kepala Kantor SAR Ternate, Faturahman sebelum penandatanganan kerjasama mengatakan, apa yang digagas ini sangat baik dan didukung penuh. Yang melakukan ini adalah pihak-pihak yang masuk dalam potensi SAR yang tentu ikut membantu tugas SAR.
Ini adalah potensi SAR. Bahwa semua masyarakat yang memiliki potensi pencarian dan pertolongan sesuai UU Tetang SAR sebagaimana diatur dalam Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2014 tentang Pencarian dan Pertolongan, yang mengamanatkan adanya Peraturan Pemerintah tentang pembinaan Potensi Pencarian dan Pertolongan. Ketentuan dalam Pasal 9 ayat (5) UU 29 Tahun 2014 tentang Pencarian dan Pertolongan dilaksanakan dengan PP 21 tahun 2017 tentang Pembinaan Potensi Pencarian dan Pertolongan.
Menurutnya, ketika ada bencana sesuai SOP yang ada Basarnas adalah koordinator pencarian. Nah di sini ada peran pihak lain yang bertujuan meng-klsuter, siapa mau berbuat apa ketika ada kejadian. Adanya MoU ini menjadi bertukar kerja dengan peran masing masing pihak. Begitu ada kejadian kapal atau kondisi apapun yang membahayakan, para pihak mengerjakan perannya masing-masing.
“Kami sangat berterima kasih dengan hadirnya POSSI sebagai potensi SAR termasuk TNI dan polisi. Jika ada kejadian, potensi SAR yang ada disitu bisa langsung melakukan pertolongan awal,” jelasnya.
Basarnas juga katanya welcome tidak hanya membantu korban di air saja, termasuk di darat dengan tingkat resiko yang sudah di-cluster. Misalnya ketika adanya fenomena gempa bumi.
Ketua POSSI Maluku Utara M Rahmi Husen mengatakan Maluku Utara yang memiliki daerah perairan yang sangat luas dan dikelilingi laut, sangat rentan dengan bencana dan kejadian kecelakaan laut. Nah, untuk menguatkan potensi SAR yang ada, perlu ada pelatihan khusus tidak hanya berharap Basarnas dan Lanal.
“Berangkat dari itu sini POSSI ingin berpartisipasi jika ada kecelakaan di laut. Karena itu pesertanya diberikan penguatan manajemen pertolongan baik di bawah air maupun di permukaan air. Ini bagian dari sama sama peduli terhadap munculnya potensi kecelakaan laut,” katannya .
Komandan Pangkalan Angkatan Laut Ternate Kolonel Marinir Ridwan Azis yang juga sebagai Pembina POSSI Maluku Utara turut hadir dalam acara ini, memberikan dorongan penuh agar penanganan Lakalaut ini tidak hanya melatih para diver melakukan penyelamatan di dalam laut dan dipermukaan air. Lebih dari itu, perlu ada sosialisasi secara umum dan terbuka kepada masyarakat. Terutama para pemilik kapal hingga kapten dan Anak Buah Kapal (ABK). Hal ini penting demi membantu masyarakat ketika menggunakan transportasi laut.
Dia bilang, potensi bencana dan lakalaut sangat besar karena itu perlu mengorganisir potensi yang dimiliki. Butuh kampanye untuk komunitas maritim membekali diri. “Jangan sampai kita capek tapi mereka tidak mencegah kecelakaan di laut. Selama ini belum ada kegiatan begini, terutama berhubungan dengan upaya penyelamatan penumpang. Padahal ambil contoh kemana mana ketika kita naik pesawat, sebelum berangkat sudah ada anjuran. Bahkan penumpang tidak peduli sekalipun penyampaian itu tetap dilakukan,”ujar Danlanal.
Hal ini juga perlu dipraktekan di kapal terutama oleh para ABK. Karena itu dia meminta POSSI dan TNI Angkatan Laut bersama komunitas maritim harus memulai untuk melakukan sosialisasi terkait sarana angkut yang aman. Salah satunya harus memiliki peralatan penyelamatan. “Selain manifest, untuk meminimalisir kecelakaan bila perlu para motoris juga ikut dilatih agar punya pengetahuan soal ini. Penyelamatan tidak hanya diri mereka tapi juga penumpang yang dibawa,” harapnya.
Tingkat Kecelakaan Laut di Malut Tinggi
Tingkat kecelakaan laut di Maluku Utara terbilang sangat tinggi. Selain kecelakaan kapal melalui pelayaran rakyat, perahu milik masyarakat secara pribadi juga mengalami kecelakaan setiap saat. Berdasarkan informasi yang dihimpun dari berbagai sumber peristiwa terbaru sebuah longboat tenggelam dihantam ombak, di Perairan Taliabu Timur, Pulau Taliabu. Beruntung empat penumpang termasuk motoris ditemukan selamat di laut wilayah Perairan Kecamatan Mangoli Barat, Kepulauan Sula pada Jumat (3/2/2023). Long boat dalam posisi mengapung dan terombang-ambing penumpangnya berpegangan erat ke badan longboat yang awalnya dilaporkan tenggelam setelah dihantam gelombang sehari sebelumnya.
Korban yang ditemukan oleh warga,sudah dievakuasi anggota polisi perairan laut menuju Kabupaten Kepulauan Sula untuk dirawat intens di Puskesmas Mangoli Utara. Keduanya ditemukan oleh warga Desa Dofa dan dalam keadaan selamat. Kedua korban atas nama Asna Abjan dan Deni Hamang.
Sebelumnya tiga korban selamat setelah insiden kecelakaan ini adalah Amrin Amrudin, Rini Kadir, dan Imelda Asnar. Para korban kapal longboat ini sebelum tenggelam, dilaporkan bertolak dari Dofa menuju ke Desa Penu, Taliabu Timur. Sementara untuk data korban lakalaut sepanjang 2021 dan 2022 masih tinggi. Jumlah korban kecelakaan tahun 2022 meningkat dibanding 2021. Jasa Raharja Malut mencatat, sepanjang Januari hingga September 2021 ada 138 korban kecelakaan laut. Sementara di periode sama 2022 ada 164 korban kecelakaan laut.(*)
CEO Kabar Pulau