Sepanjang perjalanan darat dari Jailolo menuju Ibu di Kabupaten Halmahera Barat Maluku Utara pertengahan Februari lalu disuguhi pemandangan menarik. Setiap kebun dan dusun kelapa atau pala yang dilewati hamper tak ada sela atau lahan kosong dibiarkan telantar.
Setiap lahan dipadati pohon pisang dari berbagai varietas. Ada empat varietas pisang paling familiar yang ditanam di setiap lahan kebun maupun pekarangan. Nama nama local pisang yang ditanam para petani di Halmahera Barat adalah mulu bebe, pisang raja, sepatu dan goroho. Dari jenis pisang itu ada satu yang paling banyak ditanam yakni mulu bebe. Jenis pisang ini karena rasanya yang gurih, dijual ke pasar juga mahal harganya. Setiap tandan pisang dijual dengan harga antara Rp25000 hingga Rp30.000.
Pisang mulu bebe atau pisang mulut bebek adalah salah satu jenis pisang endemic Maluku Utara. Jenis pisang ini diklaim tidak ditemukan di tempat lain di Indonesia.
Untuk masyarakat Tobaru di Halmahera Barat, pisang mulu bebe sudah menjadi komoditi utama yang ditumpangsarikan dengan tanaman perkebunan. Pisang sudah menjadi tanaman utama di setiap kebun warga selain lahan padi ladang yang ditanam setiap tahun.
“Petani belum menanam khusus di satu kebun pisang ini. Tetapi rata-rata jenis pisang mulu bebe mendominasi setiap kebun pisang yang diusahakan,” jelas Yosep Ugu petani dan tokoh masyarakat Togoreba Sungi Kecamatan Tabaru. Dia bilang saat ini, pisang jenis ini ditanam untuk dikonsumsi juga menjadi barang jualan paling laris. Karena itu tidak heran, hamper semua petani selalu menanam pisang mulu bebe dari pekarangan rumah dan kebun serta di bawah dusun kelapa dan pala.
Sejumlah literatur menyebutkan sampai saat ini, belum ada data yang menunjukkan bahwa pisang mulu bebe terdapat di daerah lain di Indonesia. Hal tersebut mengindikasikan bahwa pisang mulu bebe termasuk pisang khas yang menjadi sumber kekayaan genetic Maluku Utara.
Hasil riset BPTP Maluku Utara menjelaskan ciri pisang ini memiliki tinggi batang rerata 166,40 cm, lingkar batang atas 27,7 cm. Rerata panjang daun 120,13 cm, lebar daun bagian bawah 43,40 cm. Panjang buah rerata 13,8 cm, diameter rerata 3,4 cm.
Umur panennya 9-10 bulan setelah tanam. Jumlah buah rata-rata antara 3-6 sisir dan 30-50 buah per tandan. Sementara potensi hasilnya bisa didapat 4,35 ton/ha.
Secara fisik buah pisang mulu bebe juga memiliki ciri khas tersendiri. Di antaranya bentuk buah yang khas, dimana bagian buah di bagian pangkal dan semakin ke ujung mengecil mengerucut.
Sebenarnya penamaan pisang mulu bebe ini dikaitkan dengan bentuk kelopak jantung pisang yang terbuka pada waktu reproduksi yang menyerupai mulut bebek, sehingga dinamakan pisang mulu bebe. Daging buah yang telah matang dari pisang ini berwarna kuning kemerahan (oranye).
Pisang jenis ini memiliki kandungan gizi serta kaya akan mineral seperti kalium, fosfor, magnesium, besi, dan kalsium. Warna oranye yang terlihat pada pisang mulu bebe yang telah matang mengindikasikan bahwa buah pisang mulu bebe mengandung vitamin C.
Secara umum, 100 g daging buah pisang segar yang matang mengandung 70g air, 1,2g protein, 0,3g lipid, 27g karbohidrat, 400mg kalium, 20 mg asam askorbat, dan lain-lain
Pemanfaatan Pisang Mulu Bebe
Maluku Utara merupakan suatu daerah yang memiliki kondisi iklim dan lingkungan yang sangat sesuai bagi pertumbuhan dan perkembangan tanaman pisang mulu bebe. Penyebarannya yang telah mencapai hampir seluruh wilayah Maluku Utara menjadi salah satu bahan pangan lokal yang dapat membantu proses penganekaragaman pangan di wilayah Maluku Utara.
Pisang mulu bebe dapat diolah menjadi berbagai jenis makanan yang dapat dikonsumsi. Biasanya, masyarakat Maluku Utara mengolah buah pisang mulu bebe yang telah matang menjadi pisang santan, sedangkan buah pisang yang sudah tua namun belum terlalu matang, biasanya diolah menjadi pisang goreng dan dinikmati bersama air jahe. Buah pisang mulu bebe juga dapat diolah menjadi tepung sebagai bahan baku pembuatan crakers.
Pisang Mulu Bebek (Musa sp) telah terdaftar di Pusat Perlindungan Varietas Tanaman (PPVT) dengan nomor register 19/PVL/2009 tanggal 16 Juni 2009 atas nama Gubernur Maluku Utara.
Dengan kekhasannya tersebut, pengembangan pisang Mulu Bebek dijadikan komoditas unggulan khas Maluku Utara perlu dipertimbangkan.
Secara umum kondisi agroekosistem di Maluku Utara sesuai untuk tanaman pisang. Pisang Mulu Bebek tergolong pisang dengan ukuran sedang dan tergolong pisang olahan. Ukuran diameter batangnya 10-11 cm, warna hijau kekuningan dan biasanya menghasilkan jumlah anakan 5 buah. Dari segi produksi, Pisang Mulu Bebe menghasilkan sekitar 3 sisir/tandan dengan jumlah buah sebanyak 10 buah/sisir dan berat buah dalam satu tandan mencapai 2-3 kg.
Perhatian Pemerintah Belum Signifikan
Kabupaten Halmahera Barat memiliki potensi pengembangan pertanian horticulture terutama buah-buahan cukup luar biasa. Daerah ini menjadi penghasil buah-buahan terbesar di Maluku Utara.
Sayangnya hingga kini kawasan produktif itu belum dikembangkan menjadi sentra penting pengembangan pertanian kelas eksport.
Halmahera Barat di mana di dalamnya ada kelompok masyarakat Tobaru, merupakan penghasil hortikultura, selain perkebunan. Hasilnya beragam, antara lain pala, manggis, rambutan, durian, pisang dan sayur-sayuran. Ada beragam pisang local yang sudah dikembangkan turun temurun oleh para petani.
Data statistic menunjukan Halmahera Barat menjadi penyuplai kebutuhan pangan dan hortikultura terbesar ke kota Ternate Maluku Utara. Untuk urusan produksi pisang saja ada sekira 7 ribu ton dihasilkan setiap tahun oleh Halmahera Barat untuk menghidupi masyarakat Kota Ternate. (*)