Prasasti Wallace dan Tonggak Penyelamatan Kehati Malut

William Bill Wallace  cicit-AR Wallace (tengah) bersama Dubes Inggris untuk Indonesia Dominic Jerme (Kaus  Putih) serra Pj Gubernur Malut Samsudin-A-Kadir  foto di depan prasasti AR-Wallace, foto M Ichi

William Bill Wallace cicit-AR Wallace (tengah) bersama Dubes Inggris untuk Indonesia Dominic Jerme (Kaus Putih) serra Pj Gubernur Malut Samsudin-A-Kadir foto di depan prasasti AR-Wallace, foto M Ichi

Sabtu (5/10/2024) siang itu terasa terik. Meski begitu, warga Desa Dodinga Kecamatan Jailolo Selatan Kabupaten Halmahera Barat Maluku Utara tak mengiraukan.  Mereka tumpah ruah ke jalan   menyambut peresmian prasasti Alfred Russel Wallace di kampung mereka. Kedatangan Duta Besar Inggris untuk Indonesia Jeremey bersama William (Bill) Wallace cicit Alfred Russel Wallace, pemerintah provinsi dan kabupaten Halmahera Barat ke kampung itu, seperti memutar balik memori kedatangan pertama kalinya, Wallace ke Dodinga pada 1858 lalu.

Tidak hanya disambut dengan tarian adat dan memanjatkan doa,  para tamu dan undagan  juga diterima secara adat selamat datang–joko kaha (injak tanah,red)  sebagai petanda kembalinya tokoh naturalis Inggris itu, yang diketahui belakangan menjad,i perintis teori evoluasi. Keberadaan prasasti itu juga menandai tonggak perlindungan terhadap  keragaman hayati di Halmahera dan pulau-pulau lainnya di Maluku Utara. Terutama dari aktifitas destruktif  terutama ancaman kekayaan keanekaragaman hayati.

Desa Dodinga memiliki peran strategis dalam perjalananan ilmiah Wallace saat ke Ternate. Pulau Halmahera serta pulau lainnya.  Di desa ini ketika Wallace  sampai dan tinggal  dia sempat menderita sakit yang diduga malaria. Dari kondisi sakit yang dialami  menginsiprasinya menuliskan teori evolusi dalam bentuk makalah. Makalah ini  selanjutnya dikirimkan  Charles Darwin yang kemudian menghasilkan tesis besar tentang On The Origin of Species.

Sebuah teori besar dunia, yang ditulis Charles Darwin ilmuan Inggris juga ahli biologi paling terkenal. Teori ini menyita perdebatan ilmuan dunia sampai saat ini. Namun tak banyak orang Maluku Utara yang tahu,  jika teori ini lahir  berdasarkan sebuah makalah yang ditulis Wallace  saat perjalanan ilmiah ke Maluku Utara, dari  Halmahera dan pulau-pulau sekitarnya. Dia juga sempat menyinggahi  Desa Dodinga. Dari desa inilah  Alfred Russel Wallace menulis makalahnya

Dodinga sendiri adalah sebuah desa kecil di Pulau Halmahera. Secara administrasi masuk wilayah administrasi Kabupaten Halmahera Barat. Tepatnya di Kecamatan Jailolo Selatan   Luas desa ini mencapai 6,02 km persegi. Sesuai data BPS tahun 2019 , jumlah penduduk di desa Dodinga mencapai 1.362 jiwa yang sebagian besar adalah petani, pedagang, dan nelayan. Desa yang terbilang terpencil ini, dulunya pernah ditinggali wallace seorang naturalis dan ahli di bidang biologi.

Dari pikiran dan tulisan dialah teori evolusi tersebut lahir. Selama perjalanan Wallacea ke Pulau-pulau di Maluku Utara, Dodinga menjadi titik mula  lahirnya karya  tulisan  berjudul On the Tendency of Varieties to Depart Indefinitely from the Original Type atau dikenal juga sebagai Letter from Ternate atau Ternate Paper. Melalui surat inilah  mendorong Charles Darwin menghasilkan teorinya.

Dalam banyak literature ditulis , Wallace mengumpulkan sedikitnya 310 spesimen mamalia, 100 spesimen reptil, 8.050 spesimen burung, 7.500 spesimen kerang, dan 109.700 spesimen serangga (kupu-kupu, lebah, atau ngengat) selama perjalannya mengelilingi sejumlah pulau di Indonesia termasuk Maluku Utara.
Dalam buku, The Malay Archipelago (1869), menceritakan perjalananya ke Halmahera salah satunya menyinggahi Sindangoli dan Dodinga. Dodinga (juga disebut Dojinga atau Dodingo dalam literatur).

Wallace tiba di Ternate tepat di hari ulang tahunnya yang ke-35, 8 Januari 1858. 14 hari setelah tiba di Ternate, Wallace berlayar ke Halmahera. Saat mengunjungi Halmahera, ia pertama kali menginjakkan kakinya di Sidangoli (Sedingole). Di desa tersebut tak ditemukan kekayaan biodiversitas seperti yang diharapkan.

Dalam buku itu Wallace menggambarkan Sidangoli sebagai “dataran yang ditumbuhi rerumputan tinggi yang kasar, di sana-sini dipenuhi pepohonan lebat, kawasan hutan hanya dimulai dari perbukitan jauh di pedalaman. Tempat seperti itu hanya memiliki sedikit burung dan tak ada serangga”.

Dua hari di Sidangoli, Wallace dan asistennya Ali dan Charles Allen, melanjutkan perjalanan lewat jalur laut ke desa berikutnya, Dodinga. Dodinga tersembunyi di dalam sebuah teluk dikelilingi mangrove yang berhadapan dengan Ternate. Perahu sewaan Wallace memasuki sebuah kanal mangrove yang tembus ke desa. Kanal itu merupakan sungai yang melintasi desa dan berakhir di laut.

Di tepi sungai itu, ia menemukan sebuah pondok beratap bocor milik penduduk desa. Dia  menyewanya seharga 5 guilders sebulan. Di pondok itulah Teori Evolusi oleh Seleksi Alam Wallace tercetus.  Di Dodinga  juga ada sebuah benteng  di atas bukit desa itu. Benteng ini juga ditulis Wallace dalam The Malay Archipelago. Benteng dan menaranya, tulis Wallace, sudah lama hancur karena gempa bumi. Reruntuhannya membentuk kumpulan batu padat setinggi sekitar 10 kaki dan luas sekitar 40 kaki persegi.

Di bekas reruntuhan itu terdapat sejumlah gubuk jerami yang ditempati garnisun kecil yang terdiri atas seorang kopral Belanda dan empat tentara Jawa. Mereka merupakan perwakilan tunggal pemerintahan Belanda di Pulau Halmahera.
Hingga saat ini, masih ditemukan sisa benteng dan di sekitar reruntuhan masih banyak pecahan keramik dan porselen China berkualitas tinggi yang dipercaya berusia ratusan tahun.  Ada patok hitam putih di empat sisi benteng, penanda ada otoritas tertentu yang tengah melakukan penggalian di benteng tersebut. ((https://www.tandaseru.com/2024/02/10/dodinga-desa-kecil-di-halmahera-tempat-lahirnya-teori-besar-ar-wallace/2/#google_vignette)

Prasasti AR Wallace dan Perhatian Inggris untuk Kehati Malut
Setelah ratusan tahun, atau tepatnya 166 tahun berlalu para ilmuan dan wisatawaan menapaktilasi perjalanan Wallace. Mereka melakukan perjalanan melewati jalur jalur yang pernah dilalui Wallacea.
Pada Sabtu (5/10/2024) menjadi titik awal orang akan mengingat Wallacea dan perjalannya ke Halmahera. Tepatnya di Desa Dodinga didirikan prasasti Wallacea yang diresmikan oleh Dubes Ingris. Peresmian ini  menandai ilmuan dunia itu pernah tinggal dan menulis makalah penting  dan dikemudian hari menjadi cikal bakal teori besar kehidupan manusia .
Saat diresmikan prasasti tersebut, warga Desa Dodinga   tumpah ruah ke jalan. H Ramli salah satu warga Dodinga merasa bersyukur dan berterimakasih karena pendirian prasasti Wallace ini akan menjadikan desa mereka sebagai salah satu desa wisata.  Terutama terkait keanekaragaman hayati dan Wallace. “Kita sangat bersyukur dan berterimakasih karena desa ini akan ikut dikenal secara luas,” katanya.

Tidak itu saja warga juga menggelar upacara adat Joko Kaha kepada Duta Besar Inggris untuk Indonesia H.E. Dominic Jerme dan rombongan yang datang bersama William (Bill) Wallacea Cicit Wallacea. Dia berkesempatan datang dari Kanada ikut dalam peresmian prasasti kakek buyutnya bersama pemerintah Provinsi Maluku Utara dan Kabupaten Halmahera Barat.

H.E. Dominic Jerme usai peresmian menyampaikan bahwa apa yang dilakukan ini  adalah suatu kehormatan. Maluku Utara katanya kaya akan keindahan alam dan nilai sejarah. Kunjungan tersebut menjadi penanda perayaan atas penelitian ilmiah Alfred Russel Wallace, yang selamanya mengubah pemahaman manusia tentang alam. Dia bilang,  lahirnya teori seleksi alam dari Desa Dodinga merupakan warisan yang terus menginspirasi komunitas ilmiah dan upaya semua pihak,  bersama mengatasi tantangan lingkungan saat ini.

“Inggris bangga bermitra dengan Indonesia dalam berbagai isu utama seperti ketahanan iklim, konservasi keanekaragaman hayati, dan transisi energi bersih. Melalui berbagai inisiatif seperti program MENTARI (Menuju Transisi Energi Rendah Karbon Indonesia), UK PACT (UK Partnering for Accelerated Climate Transition), British Council’s Wallacea Week, dan Newton Fund, kami bekerja sama untuk membangun masa depan yang berkelanjutan, memanfaatkan kekuatan sains, penelitian, dan teknologi untuk mengatasi krisis iklim dan alam.” katanya.

Menurutnya, seiring merayakan tujuh puluh lima tahun hubungan diplomatik Inggris- Indonesia, dia yakin dapat memperkuat kemitraan yang lebih jauh dan bekerja sama untuk mewujudkan kesejahteraan. Turut melestarikan lingkungan dan menciptakan planet yang layak huni bagi generasi mendatang.

Cerita Cicit Wallacea Tentang Dodinga
Saat peresmian prasasti Wallace di Dodinga, William (Bill) Wallace cicit AR Wallace juga menyampaikan pidato berbahasa Inggris. Dalam kesempatan itu dia menyampaikan berbagai hal. Termasuk cerita tentang perjalanan AR Wallace dari Amazon hingga Dodinga Halmahera. Dia mengawalinya dengan menyampaikan bahwa kehadirannya adalah suatu kehormatan besar. Karena itu juga dia bisa hadir bersama warga Dodinga, di sebuah tempat yang memiliki hubungan yang sangat istimewa dengan Kakek Buyutnya.
Dia turut menyampaikan terima kasih pada yang telah memungkinkan dia dan istrinya, Natalie hadir dalam acara itu.
Dia menyampaikan bahwa Wallace menghabiskan waktu bertahun-tahun bekerja sebelum akhirnya menemukan Teori Evolusi oleh Seleksi Alam, bukanlah keberuntungan, tetapi studi, penelitian, dan ketabahan serta keteguhan hati selama bertahun- tahun membuat Wallacea mampu melihat kebenaran. Teori Evolusi oleh Seleksi Alam telah digambarkan sebagai “ide terbaik yang pernah ada.  “Saya pikir kita harus mengingat siapa orang pertama yang menulis teori lengkap yang siap dipublikasikan” – Alfred Russel Wallace. Di sini, di Dodinga pada tahun 1858,” katanya.

Baca Juga  Kolaborasi Bahas Lingkungan, Lahir Gagasan Ecoteologi  

Dodinga pada Februari 1858 , adalah tempat yang sangat berbeda dengan kota-kota besar di barat di mana ide-ide baru biasanya diusulkan. Alfred Russel Wallace berada di sini, bekerja sebagai pengumpul spesimen, yang akan dijual ke museum dan kolektor pribadi. Dia sedang dalam perjalanan ekspedisi 8 tahun ke Kepulauan Melayu, demikian sebutannya saat itu.Tinggal di dalam rumah kecil karena menderita serangan yang mungkin adalah malaria. Pada malam yang panas itu, dia memikirkan pertanyaan tentang spesies. Pada saat itu dia mendapatkan sebuah ide yang menjelaskan bagaimana sebuah spesies muncul.
Selama beberapa hari berikutnya, Wallace menuliskan ide barunya. Isinya adalah penjelasan tentang bagaimana spesies dapat berevolusi.

“Teori Evolusi melalui Seleksi Alam ditemukan di Dodinga pada Februari 1858,” katanya.
Dalam perjalanan Wallace ke kepulauan Melayu adalah dunia yang belum sepenuhnya dijelajahi. Dia menghabiskan waktu 8 tahun. Dia dan para asistennya mengumpulkan lebih dari 126.000 spesimen, banyak di antaranya yang baru bagi ilmu pengetahuan.
Salah satu bagian penting dari perjalanannya adalah ketika melakukan perjalanan dari Bali ke Lombok. Jarak antara kedua pulau ini hanya 20 mil, tetapi bagi Wallace perbedaan antara kedua pulau ini sangat signifikan. Bali memiliki tanaman dan hewan yang didominasi Asia, sementara Lombok memiliki tanaman dan hewan khas Australia. Laut sejauh 20 mil itu adalah penghalang yang tidak bisa dilewati. Sama tidak bisa dilewati seperti halnya Atlantik bagi tumbuhan dan hewan Amerika dan Eropa.
Wallace adalah orang pertama yang menyadari hal ini, dan dengan tepat dia membuat pembagian yang sekarang disebut Garis Wallace. Daerah di sebelah timur garis disebut Wallacea di dalamnya terdapat pulau Komodo. Jadi, Komodo adalah hewan khas Wallacea.
Untuk Halmahera dan Maluku Utara umumnya, dua keanakaraagaman hayati paling terkenal hingga kini bahkan menjadi icon Maluku Utara adalah burung Bidadari Halmahera (Semioptera Wallaci). Burung ini sangat dilindungi bahkan sudah menjadi Prasasti Wallace dan Tonggak Penyelamatan Kehati Malut

Sabtu (5/10/2024) siang itu terasa terik. Meski begitu warga Desa Dodinga Kecamatan Jailolo Selatan Kabupaten Halmahera Barat Maluku Utara tak mengiraukannya. Mereka tumpah ruah ke jalan dan kampung itu, menyambut peresmian prasasti Alfred Russel Wallace di mereka. Kedatangan Duta Besar Inggris untuk Indonesia Jeremey bersama William (Bill) Wallace cicit Alfred Russel Wallace bersama pemerintah provinsi dan kabupaten ke kampung itu, seperti memutar kembali memori kedatangan pertama kalinya Wallace ke Dodinga pada 1858 lalu. Tidak hanya disambut dengan tarian adat dan memanjatkan doa, mereka juga diterima secara adat selamat datang–joko kaha sebagai petanda kembalinya tokoh naturalis Inggris itu, yang diketahui menjadi perintis teori evoluasi .
Keberadaan prasasti itu juga sekaligus menandai proses tonggak perlindungan terhadap berbagai keragaman hayati di Halmahera dan pulau-pulau lainnya di Maluku Utara. Terutama dari aktifitas destruktif yang ikut mengancam kekayaan keanekaragaman hayati di Maluku Utara.
Desa Dodinga memiliki peran strategis dalam perjalananan ilmiah Wallace saat ke Ternate dan Pulau Halmahera serta pulau lainnya di Maluku Utara. Di desa ini ketika Wallace berada di desa ini dia menderita sakit yang diduga malaria yang kemudian menginsiprasinya menuliskan teori tentang evolusi yang dalam bentuk makalah selanjutnya dikirimkan kepada rekannya yang lain di Inggris yakni Charles Darwin yang kemudian menghasilkan sebuah tesis besar tentang On The Origin of Species.
On The Origin of Species. Sebuah teori besar dunia, yang ditulis Charles Darwin ilmuan Inggris juga ahli biologi paling terkenal. Teori ini menyita perdebatan lmuan dunia sampai saat ini. Namun tak banyak yang tahu terutama di Maluku Utara jika teori ini lahir berdasarkan sebuah makalah yang ditulis rekannya yang melakukan perjalanan ilmiah ke Maluku Utara terutama Halmahera dan pulau-pulau sekitarnya. Dia juga sempat menyinggahi sebuah desa terpencil bernama Dodinga.
Dari desa inilah yang tidak lain Alfred Russel Wallace menulis makalahnya kemudian dikirimkan kepada Darwin.
Dodinga adalah sebuah desa kecil di Pulau Halmahera. Secara administrasi masuk dalam wilayah administrasi Kabupaten Halmahera Barat. Tepatnya di Kecamatan Jailolo Selatan Kabupaten Halmahera Barat. Luas desa ini mencapai 6,02 km persegi. Sesuai data BPS tahun 2019 menunjukan, jumlah penduduk di desa Dodinga mencapai 1.362 jiwa. Mereka sebagian besar adalah petani, pedagang, dan nelayan.
Desa yang terbilang terpencil ini, dulunya pernah ditinggali seorang naturalis dan ahli di bidang biologi. Dari pikiran dan tulisan dialah sebenarnya teori evolusi tersebut lahir.
Selama perjalanan ilmiah Wallacea ke Pulau-pulau di Maluku Utara, Dodinga menjadi titik mula melahirkan karyanya dalam bentuk sebuah tulisan yang berjudul On the Tendency of Varieties to Depart Indefinitely from the Original Type atau dikenal juga sebagai Letter from Ternate atau Ternate Paper. Melalui surat inilah kemudian mendorong Charles Darwin menghasilkan teorinya.
Dalam banyak literature ditulis bahwa, Wallace mengumpulkan sedikitnya 310 spesimen mamalia, 100 spesimen reptil, 8.050 spesimen burung, 7.500 spesimen kerang, dan 109.700 spesimen serangga (kupu-kupu, lebah, atau ngengat) selama perjalannya mengelilingi sejumlah pulau di Indonesia termasuk Maluku Utara.
Dalam bukunya, The Malay Archipelago (1869), menceritakan perjalananya ke Halmahera salah satunya menyinggahi Sindangoli dan Dodinga, Dodinga (juga disebut Dojinga atau Dodingo dalam literatur). Wallace tiba di Ternate tepat di hari ulang tahunnya yang ke-35, 8 Januari 1858. 14 hari setelah tiba di Ternate, Wallace berlayar ke Halmahera.
Saat mengunjungi Halmahera, ia pertama kali menginjakkan kakinya di Sidangoli (Sedingole). Namun di desa tersebut tak ditemukan kekayaan biodiversitas seperti yang diharapkan. Dalam buku itu Wallace menggambarkan Sidangoli sebagai “dataran yang ditumbuhi rerumputan tinggi yang kasar, di sana-sini dipenuhi pepohonan lebat, kawasan hutan hanya dimulai dari perbukitan jauh di pedalaman. Tempat seperti itu hanya memiliki sedikit burung dan tak ada serangga”.
Dua hari di Sidangoli, Wallace dan asistennya Ali dan Charles Allen, melanjutkan perjalanan lewat jalur laut ke desa berikutnya, Dodinga. Dodinga tersembunyi di dalam sebuah teluk dikelilingi mangrove yang berhadapan dengan Ternate. Perahu sewaan Wallace memasuki sebuah kanal mangrove yang tembus ke desa. Kanal itu merupakan sungai yang melintasi desa dan berakhir di laut.
Di tepi sungai itu, ia menemukan sebuah pondok beratap bocor milik penduduk desa dan menyewanya 5 guilders sebulan. Di pondok itulah Teori Evolusi oleh Seleksi Alam Wallace tercetus. Di Dodinga ada sebuah benteng yang berada di atas bukit di desa itu. Keberadaan benteng ini juga ditulis Wallace dalam The Malay Archipelago. Benteng dan menaranya, tulis Wallace, sudah lama hancur karena gempa bumi. Reruntuhannya membentuk kumpulan batu padat setinggi sekitar 10 kaki dan luas sekitar 40 kaki persegi. Di bekas reruntuhan itu terdapat sejumlah gubuk jerami yang ditempati garnisun kecil yang terdiri atas seorang kopral Belanda dan empat tentara Jawa. Mereka merupakan perwakilan tunggal pemerintahan Belanda di Pulau Halmahera.
Hingga saat ini masih ditemukan sisa benteng dan di sekitar reruntuhan masih banyak pecahan keramik dan porselen China berkualitas tinggi yang dipercaya berusia ratusan tahun. Ada patok hitam putih di empat sisi benteng, penanda ada otoritas tertentu yang tengah melakukan penggalian di benteng tersebut. ((https://www.tandaseru.com/2024/02/10/dodinga-desa-kecil-di-halmahera-tempat-lahirnya-teori-besar-ar-wallace/2/#google_vignette)

Baca Juga  Riset Kehati dan Lingkungan BRIN–UNIERA Kolaborasi


Prasasti AR Wallace dan Perhatian Inggris untuk Kehati Malut
Setelah ratusan tahun, atau tepatnya 166 tahun berlalu para ilmuan dan wisatawaan terutama menapaktilasi perjalanan Wallace. Mereka melakukan perjalanan melewati jalur jalur yang pernah dilalui Wallacea.
Pada Sabtu (5/10/2024) menjadi titik awal orang akan mengingat Wallacea dan perjalannya ke Halmahera. Tepatnya di Desa Dodinga didirikan sebuah prasasti Wallacea yang diresmikan oleh Dubes Ingris menandai ilmuan dunia itu pernah tinggal dan menulis makalah penting yang dikemudian hari menjadi cikal bakal teori besar kehidupan manusia itu.
Saat diresmikan prasasti tersebut, warga Desa Dodinga Kecamatan Jailolo Selatan Kabupaten Halmahera Barat tumpah ruah ke jalan. H Ramli salah satu warga Dodinga merasa bersyukur dan berterimakasih karena pendirian prasasti Wallace ini akan menjadikan desa mereka sebagai salah satu desa wisata terutama terkait dengan keanekaragaman hayati dan Wallace. Kita sangat bersykur dan berterimakasih karena desa ini akan ikut dikenal secara luas,” katanya.
Tidak itu saja warga juga menggelar upacara adat Joko Kaha kepada Duta Besar Inggris untuk Indonesia H.E. Dominic Jerme dan rombongan yang datang bersama William (Bill) Wallacea Cicit Wallacea. Dia berkesempatan datang dari Kanada ikut meresmikan prasasti kakek buyutnya itu bersama pemerintah Provinsi Maluku Utara dan Kabupaten Halmahera Barat.
H.E. Dominic Jerme usai peresmian menyampaikan bahwa apa yang dilakukan ini merupakan suatu kehormatan Maluku Utara katanya kaya akan keindahan alam dan nilai sejarah. Sementara kunjungan tersebut menjadi penanda perayaan atas penelitian ilmiah Alfred Russel Wallace, yang selamanya mengubah pemahaman manusia tentang alam. Dia bilang lahirnya teori seleksi alam dari Desa Dodinga merupakan warisan yang terus menginspirasi komunitas ilmiah dan upaya semua pihak bersama mengatasi tantangan lingkungan saat ini.
“Inggris bangga bermitra dengan Indonesia dalam berbagai isu utama seperti ketahanan iklim, konservasi keanekaragaman hayati, dan transisi energi bersih. Melalui berbagai inisiatif seperti program MENTARI (Menuju Transisi Energi Rendah Karbon Indonesia), UK PACT (UK Partnering for Accelerated Climate Transition), British Council’s Wallacea Week, dan Newton Fund, kami bekerja sama untuk membangun masa depan yang berkelanjutan, memanfaatkan kekuatan sains, penelitian, dan teknologi untuk mengatasi krisis iklim dan alam.” katanya.
Menurutnya, seiring merayakan tujuh puluh lima tahun hubungan diplomatik Inggris- Indonesia, dia yakin dapat memperkuat kemitraan yang lebih jauh dan bekerja sama untuk mewujudkan kesejahteraan. Turut melestarikan lingkungan dan menciptakan planet yang layak huni bagi generasi mendatang.
Cerita Cicit Wallacea Tentang Dodinga
Saat peresmian prasasti Wallace di Dodinga, William (Bill) Wallace cicit AR Wallace juga menyampaikan pidato berbahasa Inggris. Dalam kesempatan itu dia menyampaikan berbagai hal. Termasuk cerita tentang perjalanan AR Wallace dari Amazon hingga Dodinga Halmahera. Dia mengawalinya dengan menyampaikan bahwa kehadirannya adalah suatu kehormatan besar. Karena itu juga dia bisa hadir bersama warga Dodinga, di sebuah tempat yang memiliki hubungan yang sangat istimewa dengan Kakek Buyutnya.
Dia turut menyampaikan terima kasih pada yang telah memungkinkan dia dan istrinya, Natalie hadir dalam acara itu.
Dia menyampaikan bahwa Wallace menghabiskan waktu bertahun-tahun bekerja sebelum akhirnya menemukan Teori Evolusi oleh Seleksi Alam, bukanlah sebuah keberuntungan, tetapi studi, penelitian, dan ketabahan serta keteguhan hati selama bertahun- tahun yang membuat Wallacea mampu melihat kebenaran.
Teori Evolusi oleh Seleksi Alam telah digambarkan sebagai “ide terbaik yang pernah ada”. “Saya pikir kita harus mengingat siapa orang pertama yang menulis teori lengkap yang siap dipublikasikan” – Alfred Russel Wallace. Di sini, di Dodinga pada tahun 1858,” katanya.
Dodinga pada Februari 1858 katanya, adalah tempat yang sangat berbeda dengan kota-kota besar di barat di mana ide-ide baru biasanya diusulkan. Alfred Russel Wallace berada di sini, bekerja sebagai pengumpul spesimen, yang akan dijual ke museum dan kolektor pribadi. Dia sedang dalam perjalanan ekspedisi 8 tahun ke Kepulauan Melayu, demikian sebutannya saat itu.Tinggal di dalam rumah kecil karena menderita serangan yang mungkin adalah malaria. Pada malam yang panas itu, dia memikirkan pertanyaan tentang spesies. Pada saat itu dia mendapatkan sebuah ide yang menjelaskan bagaimana sebuah spesies muncul.
Selama beberapa hari berikutnya, Wallace menuliskan ide barunya. Isinya adalah penjelasan tentang bagaimana spesies dapat berevolusi. “Teori Evolusi melalui Seleksi Alam ditemukan di Dodinga pada Februari 1858,” katanya.
Dalam perjalanan Wallace ke kepulauan Melayu adalah dunia yang belum sepenuhnya dijelajahi. Dia menghabiskan waktu 8 tahun. Dia dan para asistennya mengumpulkan lebih dari 126.000 spesimen, banyak di antaranya yang baru bagi ilmu pengetahuan.
Salah satu bagian penting dari perjalanannya adalah ketika melakukan perjalanan dari Bali ke Lombok. Jarak antara kedua pulau ini hanya 20 mil, tetapi bagi Wallace perbedaan antara kedua pulau ini sangat signifikan. Bali memiliki tanaman dan hewan yang didominasi Asia, sementara Lombok memiliki tanaman dan hewan khas Australia. Laut sejauh 20 mil itu adalah penghalang yang tidak bisa dilewati. Sama tidak bisa dilewati seperti halnya Atlantik bagi tumbuhan dan hewan Amerika dan Eropa.
Wallace adalah orang pertama yang menyadari hal ini, dan dengan tepat dia membuat pembagian yang sekarang disebut Garis Wallace. Daerah di sebelah timur garis disebut Wallacea di dalamnya terdapat pulau Komodo. Jadi, Komodo adalah hewan khas Wallacea.

Untuk Halmahera dan Maluku Utara umumnya, dua keanakaraagaman hayati paling terkenal hingga saat ini bahkan menjadi icon Maluku Utara adalah burung Bidadari Halmahera (Semioptera Wallaci). Burung ini sangat dilindungi bahkan sudah menjadi icon daerah Maluku Utara. Selain itu ada Lebah Raksasa (Megachile pluto). Keanekragaman hayati ini pernah diidentifikasi Wallace pada 1861 dan sudah sangat terancam. Bahkan terakhir ditemukan kembali pada 1981 dan sudah dinyatakan punah.
Namun pertengahan Januari 2019 peneliti dari Amerika dan Australia, bersama satu fotografer dari Global Wildlife yakni Clay Bolt, fotografer Wildlife, Simon Robson dari Sidney University dan Ely Wyman, ahli entomologi Conservation menemukannya kembali. Karna kondisinya yang semakin terancam punah akibat habitat yang rusak  maka pemerintah provinsi Maluku Utara melalui Pj Gubernur Maluku Utara Samsudin A Kadir menyatakan secara resmi melindungi hewan penting ini. “Di tempat ini kami menyampaikan bahwa salah satu hewan yang terancam punah yakni lebah raksasa secara resmi dilindungi,” kata Samsudin saat menghadiri peresmian prasasti Wallace tersebut. Model dan cara perlindungannya nanti dilakukan oleh Kementerian KLHK. “Kami diminta mengumumkan perlindungannya nanti pelaksanaanya dan teknisnya oleh Kementerian,” katanya. (*)

 

Share :

Baca Juga

Lingkungan Hidup

Nama Pejabat Ada pada Burung dan Tanaman

Ragam

Ini Lima Pemenang LiveWIRE Energy Solutions 2024

Ragam

SYUKURAN WISUDA

Ragam

Ini Manfaat Zakat dan Sadaqoh Global

Lingkungan Hidup

Tohoko Burung Pitta Endemik Malut