Banyak sumberdaya hutan bisa dimanfaatkan. Terutama dalam memenuhi kebutuhan pangan. Salah satunya pohon sagu yang tumbuh di sekitar kawasan hutan. Ternyata, jika diolah dan diproduksi besar besaran tidak hanya dikonsumsi di tingkat rumah tangga, tetapi menjadi sumber pendapatan petani.
Seperti dilakukan Kelompok Tani Hutan (KTH) Mandiri Sejati Kelurahan Aketobato Loleo Kota Tidore Kepulauan ini. Mereka mengelola hutan sagu di belakang kampong menjadi sumber makanan sekaligus menambah penghasilan anggota kelompok tani.
Pasalnya dari produksi sagu yang mereka hasilkan tidak hanya dijual dalam bentuk tepung mentah, tetapi diolah menjadi lempengan sagu yang siap disantap, ke masyarakat desa hingga tetangga kampong. Bahkan sampai ke Pulau Tidore.
“Mereka saat ini menghasilkan 50 tumang (tempat tepung sagu dari daun rumbia,red) dalam sekali produksi,” jelas Penyuluh Kehutanan Pendamping Rusmiyanti Dano Yamin kepada kabar pulau.co,id. Kelompok tani hutan yang beranggotakan 15 orang itu semua mengolah sagu.
Dari hasil sagu yang ada kemudian istri-istri mereka mengolah menjadi sagu lempeng meskipun tidak semua diolah jadi lempengan sagu.
Kelompok tani ini, mengelola hutan sagu di areal tak jauh dari kampong. Saat ini potensi pohon sagunya masih banyak tetapi butuh peremajaan untuk menjaga kelestarian pohon sagu yang diproduksi setiap saat tersebut.
Rusmiyanti bilang, dari hasil produksi sagu itu kebanyakan masih dijual di tingkat lokal. Meski demikian sudah mulai ada pedagang pengumpul yang masuk membeli dan menjualnya lagi ke Kota Tidore Kepulauan, terutama tepung sagu. Untuk satu tumang sagu biasanya dijual Rp100 ribu hingga Rp120 ribu.
Untuk penjualannya mereka sangat butuh sentuhan dari pemerintah terutama dalam hal pemasaranya. Pasalnya saat ini masyarakat terutama kelompok tani sangat butuh sagu yang dihasilkan bisa dipasarkan sampai ke luar daerah. Di kampong tersebut belum ada koperasi atau instansi pemerintah yang ikut memfasilitasi dan bantu memasarkan hasil produksi mereka.
Meski demikian menurut Rusmiyanti, ada rencana dari KPH membantu mengambil produk KTH untuk dibantu dipasarkan.
Dalam hal produksi para petani sebenarnya membutuhkan perhatian pemerintah daerah kota Tidore Kepulauan. Terutama kebutuhan alat angkut hasil. Pasalnya ketika proses tepung sudah diisi ke dalam tumang saat diangkut ke kampong butuh alat alat angkut memadai.
“Mereka sangat butuh kendaraan roda tiga semacam motor merek Kaisar yang bisa angkut hasil sagu ke kampong. Anggota KPH sangat butuh alat angkut. ,” jelas Rusmiyanti .
Selain itu, hasil produksi mereka terutama untuk tepung sagu olahan dalam bentuk sagu lempeng baru dipasarkan di tingkat rumah tangga belum bisa masuk sampai ke toko dan supermarket. Hal ini katanya butuh pendampingan juga dari pemerintah daerah agar hasil produk olahan tepung sagu yang telah dikelola tidak hanya dipasarkan di sekitar desa tetapi bisa masuk sampai Ternate dan Tidore terutama toko maupun pasar.
“Mereka juga butuh semacam pelatihan dari Perindag Provinsi membantu melatih pembuatan sagu lempeng yang bisa dijual ke pasar yang lebih luas,” ujarnya.
KPH sendiri berencana mendamping mereka membantu melatih kelompok tani membuat kemasan produk.
Sekadar diketahui, KTH Mandiri Sejati Kelurahan Aketobato Loleo Kota Tidore Kepulauan yang dipimpin Sinen Esa ini merupakan binaan KPH Tidore Kepulauan yang pernah mendapatkan bantuan Alat Ekonomi Produktif dari Dinas Kehutanan Provinsi Maluku Utara 2018 lalu. Mereka mendapatkan mesin genzet dan mesin parut sagu. (*)
CEO Kabar Pulau