Home / LAUT dan Pesisir / Lingkungan Hidup

Senin, 10 Juli 2023 - 09:38 WIT

Pulau Kecil, Kaya Biodiversitas Tapi Rentan

Pembangunan di pulau-pulau kecil tidak cukup sekadar membangun berbagai fasilitas, salah satunya seperti pariwisata. Keberadaan  fasilitas yang menunjang wisatawan  di satu sisi bisa menjadi ancaman kelestarian sumber daya alam. Karena itu  pemerintah perlu menyusun peta jalan pembangunan berkelanjutan untuk pulau-pulau kecil.

“Perlu memerhatikan daya dukung lingkungan pulau-pulau kecil,’’kata Guru Besar Kelautan Universitas Mataram Prof Sitti Hilyana dalam diskusi Uniknya Biodiversitas di Pulau-Pulau Kecil yang diselenggarakan oleh Forest Watch Indonesia  dengan Universitas Pattimura dan Universitas Mataram, Selasa (27/6) lalu.

Dia  bilang pulau-pulau kecil memiliki kekayaan flora dan fauna darat dan   bawah laut yang hingga saat ini masih terus dieksplorasi. Kekayaan  tersebut memiliki  daya tarik penelitian dan turis. Ketika pariwisata berkembang, pulau-pulau kecil  menjadi salah satu destinasi wisata. Hampir sebagian besar pulau-pulau kecil menjadi destinasi wisata unggulan.

Kehadiran wisatawan yang berlebih dan pembangunan fasilitas yang tanpa memerhatikan kelestarian bisa menjadi ancaman baru bagi kekayaan di pulau-pulau kecil itu. Kehadiran wisatawan di satu sisi mendatangkan manfaat ekonomi, tapi limbah yang dihasilkan juga bisa menjadi masalah baru.

Begitu juga pengembangan sektor pertanian dan peternakan di pulau-pulau kecil harus menghitung daya dukung pulau kecil tersebut.

Prof Nana, panggilan akrab Sitti Hilyana mencontohkan, jika ada peternakan skala besar di pulau kecil, kotorannya bisa masuk ke perairan. Akan menyebabkan kesuburan berlebihan dan pada gilirannya bisa mengganggu ekosistem terumbu karang.

“Pengembangan pulau kecil itu bisa untuk pariwisata, riset, perikanan, peternakan, pertanian. Tapi semuanya itu harus berkelanjutan,’’ katanya.

Di Maluku Utara  misalnya punya 1474  pulau   dan hanya 89  di antaranya yang berpenghuni. Sebagian pulau berpenghuni tersebut menjadi kawasan wisata,  dan daerah nelayan. Sebagian pulau tidak berpenghuni juga dikembangkan untuk pariwisata.

Baca Juga  Hutan Malut Kritis, Tanggung jawab Gubernur?   

Pulau-pulau kecil memiliki karakteristik khas. Kekayaan biologinya sangat beragam. Menjadi laboratorium hidup untuk berbagai riset baik di daratannya maupun di lautannya.

Pulau Widi  di Maluku Utara yang indah dan menawan sempat menjadi polemic karena sempat dilelang di situs lelang internasional hingga mengheboihkan Indonesia.   Pulau ini memiliki keanekragaman hayati luar bisa dari darat dan lautnya

Kepulauan Widi sudah dicadangkan sebagai Kawasan Konservasi Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil (KKP3K) Suaka Pulau Kecil (SPK). Berdasarkan Surat Keputusan Gubernur Maluku Utara No.251/KPTS/MU tahun 2015, SKP itu luasnya 7.690 ha. Setelah ditetapkannya Rencana Zonasi Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil (RZWP3K) melalui Peraturan Daerah Maluku Utara No.2/2018, luas kawasan konservasi Kepulauan Widi direvisi menjadi 324.945,36 ha.

Pencadangan Kepulauan Widi sebagai Suaka Pulau Kecil ditinjau kembali untuk penyesuaian jenis kategori kawasan serta penyederhanaan bentuk kawasan. Dari hasil peninjauan tersebut Kepulauan Widi diusulkan menjadi Kawasan Konservasi Perairan (KKP) tipe kawasan Taman Wisata Perairan (TWP) dengan luasan 315.117,11 ha.

TWP Kepulauan Widi memiliki berbagai potensi dari segi ekologis, sosial budaya hingga ekonomi yang penting untuk dijaga dan dikembangkan manfaatnya. Potensi ekologi meliputi ekosistem terumbu karang dengan luasan total 5913,87 ha, ekosistem mangrove 84,61 ha dan ekosistem padang lamun 298,74 hektar. Di ekosistem tersebut hidup berbagai jenis organisme penting seperti ikan karang dan satwa laut kharismatik seperti lumba-lumba, hiu martil dan pari manta.

Zonasi KKP TWP Kepulauan Widi dibagi menjadi beberapa zona sesuai peraturan dan perundangan yang berlaku. Ada tiga zona, yaitu zona inti, zona pemanfaatan, dan zona perikanan berkelanjutan. Di dalam zona pemanfaatan terdapat sub zona pariwisata alam perairan, sedangkan zona perikanan berkelanjutan ditujukan untuk sub zona penangkapan ikan.

Baca Juga  Bangun Jalan, Mangrove di Pulau Bacan Rusak

Masing-masing zona memiliki target konservasi atau objek yang ingin dilindungi yang akan menentukan indikator pengelolaan kawasan dan menjadi acuan dalam menentukan strategi pengelolaan sumber daya hayati yang ada.

Menjaga Kekayaan Pulau Kecil

Masyarakat yang mendiami pulau-pulau kecil memiliki kekayaan yang beragam dan berbeda dengan pulau utama.  Pulau-pulau kecil menjadi pertemuan masyarakat nelayan dari berbagai daerah. Pertemuan itu menghasilkan budaya yang baru. Begitu juga dengan sistem sosial masyarakat di pulau-pulau kecil menjadi bahan menarik untuk riset-riset sosial budaya di pulau kecil.

Di satu sisi pulau-pulau kecil yang jauh dari daratan utama menghadapi masalah kelangkaan sumber daya pendukung. Misalnya air bersih. Sebagian besar pulau kecil berpenghuni  memiliki keterbatasan sumber air bersih. Begitu juga dengan pulau-pulau kecil lainnya di Nusantara.

“Tampungan air tawar terbatas, cadangan air tawarnya rendah,’’ katanya.

Kondisi ini semakin rentan dengan dampak perubahan iklim. Musim kemarau dan hujan yang tidak menentu, kenaikan permukaan air laut menjadikan masyarakat di pulau-pulau kecil harus berjuang lebih keras. Begitu juga dengan kekayaan biologi. Kerusakan terumbu karang, kelangkaan berbagai spesies burung, penyu, ikan juga menjadi tantangan pengembangan pulau-pulau kecil.

“Perlu ada upaya menetapkan beberapa pulau-pulau kecil sebagai kawasan konservasi,’’ katanya.

Diolah dari Mongabay.co.id    

Share :

Baca Juga

Lingkungan Hidup

Masyarakat Sipil Persoalkan Hilirisasi Nikel di Malut

Lingkungan Hidup

PakaTiva Kumpul Kaum Muda Belajar Climate Change  

Lingkungan Hidup

Ini 7 Mitigasi Awal Perubahan Iklim di Malut

Lingkungan Hidup

Indonesia Mencari Pemimpin Pro Lingkungan

Lingkungan Hidup

Desak ADB Wujudkan Transisi Energi Berkeadilan

LAUT dan Pesisir

Maluku Utara Masuk Habitat Dugong di Indonesia Timur
sumber foto detiknews.com

Lingkungan Hidup

Kondisi Bumi Kian Mengkhawatirkan

Lingkungan Hidup

Situs Terumbu Karang Terkaya Ada di Malut, Ini Hasil Kajianya