Berdasarkan Data Studi Investigasi Desain dan Detail Pemanfaatan Air Tanah untuk Air Baku Air Minum Kota Ternate 2017 dari Balai Wilayah Sungai, menemukan Ternate sebagai kategori kota pulau sedang dengan luas kurang 200 kilometer dan lebar hanya 10 kilometer memiliki ketersediaan air di bawah rata-rata.
Jika diasumsikan kebutuhan air untuk 150 liter per orang perhari mengacu penduduk lebih 100.000 jiwa, pada 2030 akan alami defisit air.
Data PDAM Ternate menyebutkan PDAM Ternate memiliki 34 sumur dalam. Dari jumlah itu, satu detik air tanah tersedot mencapai 330 liter. Jadi, satu hari air tersedot 30.000 kubik atau seukuran lapangan bola kaki setinggi enam meter. Kalau dikalikan sebulan, air tersedot bisa 30 bak sebesar lapangan bola dengan tinggi 6 meter.
Secara riil, kapasitas produksi PDAM Ternate 425 liter perdetik dengan total produksi sekitar 1 juta meter kubik pertahun. Penggunaan air oleh pelanggan PDAM 28.250 sambungan dan rata-rata boros dengan tingkat konsumsi 29 meter kubik per sambungan per bulan. Asumsi satu keluarga dengan lima jiwa, maka konsumsi rata-rata 190 liter per orang per hari.
Begitu juga dengan soal sampah di Kota Ternate. Data Badan Lingkungan Hidup Kota Ternate menyebutkan sampah yang dihasilkan warga kota Ternate sudah mencapai 80 ton setiap hari. Dari jumlah itu 20 ton tidak terangkut. Sampah yang tidak terangkut itu masuk barangka dan pantai. Volume sampah 2017-2019 mencapai 60- 65 Ton per hari dan pada 2020 meningkat 80 ton per hari.
Kategori sampah juga bervariasi. Sampah rumah tangga, tak terduga, daur ulang dan lainya. Pengangkutan sampah rutin dua kali pengangkutan. Dalam satu minggu bisa 12 kali.
Produksi sampah di Ternate semakin banyak sementara ada keterbatasan armada . Mobil angkut yang melayani hanya ada 6 unit mobil armroll, 18 unit dump truk, dan 6 unit pick up jenis L300.
Dua persoalan yang menggurita Kota Ternate belum ditemukan resep mujarab mengatasinya bahkan kian hari kian menumpuk.
Hal ini dibahas turut dibahas saat Peluncuran Ekspedisi Cinta Talaga Rano dan Gerakan Cinta DAS yang digelar Dekapala Maluku Utara Sabtu (22/11) lalu. Melalui diskusi bertema Air, Hutan dan Manusia, tiga pembicara yang menjadi pemantik yakni Asih Yunani Kepala BPDASHL, M Rahmi Husen Wakil Ketua DPRD Provinsi Malut dan Wakapolda Maluku Utara Brigjen Pol Lukas Abriari turut menyentil dua persoalan serius ini. Peserta kegiatan peluncuran dan diskusi dari Mahasiswa Pecinta ALam (Mapala) ikut mempersoalkan hal ini.
M Arwin Mahasiswa FKIP jurusan Fisika yang hadir dalam acara sempat curhat soal kondisi air yang dia rasakan. Sebagai mahasiswa yang ngekost merasakan betul air yang bermasalah itu. “Saya tinggal di Kelurahan Dufa- dufa merasakan masalah air di Ternate. Air dari PDAM hanya bisa jalan malam hari. Sementara siang hari mati total. Ini tanda bahwa daerah ini sudah krisis air. Pernah juga saya bersama teman melakukan advokasi di kawasan Tabona puncak, menemukan warga tidak terlayani air bersih. Kalau dilihat lebih jauh soal air itu memiliki hubungan dengan hutan. Dimana saat air jatuh di daratan diserap akar pohon dan ditampung dalam tanah. Sementara di Ternate saat ini ada tindakan yang mengancam ketersediaan air. Yaitu aktivitas tambang galian C di kawasan perkebunan pala dan cengkih. Material pasir dan tanah yang dikeruk selain jadi bahan bangunan, juga dibawa ke tepi laut untuk reklamasi pantai. Jika seperti begini kondisinya, 2030 Ternate benar- benar alami krisis air,”ujarnya.
Apa yang disentil ini sebelumnya dibahas ketiga pameteri. Asih Yunani misalnya menyoal ancaman krisis air di pulau kecil ini dan meminta perlu adanya perbaikan lingkungan dengan menanam membuat biopori dan sumur resapan. Dengan begitu bisa mengembalikan kondisi air tanah di Pulau Ternate. Asih tak hanya menyoal kondisi air tanah di pulau Ternate dia juga menyebutkan yang perlu mendapat perhatian adalah soal sampah.
Menurut Asih izin tambang termasuk galian C memang tidak bisa terhindarkan dalam pembangunan. Tetapi jika izin-izin yang diberikan, dikelola secara benar bisa dipulihkan kondisinya. Ambil contoh jika ada izin tambang mengeruk 1000 hektar maka wajib reklamasi lahan yang digusur dan penanaman. Jika aturan ini ditaati, kerusakannya bisa diminimalisir.
“Khusus generasi muda perlu dibangun kesadarannya. Tidak hanya menanam mengembalikan kondisi hutan yang rusak, tetapi juga menjaga lingkungan. Di Ternate sampah plastik menjadi masalah. Karena itu, penting membangun kesadaran anak muda peduli dengan sampah. Sampah di Ternate terutama di kali mati, pantai dan laut sangat memprihatinkan. Karena itu perlu segera ada langkah konkrit,”katanya.
M Rahmi Husen, menyinggung soal kerusakan hutan dan air di Maluku Utara. Di pulau Ternate yang kecil ini meski sudah krisis air, pemukiman terus bertambah naik ke daerah puncak gunung dan membabat kawasan hutan dan perkebunan. Hal ini jika dibiarkan akan berdampak buruk bagi lingkungan. Bahkan semakin berbahaya bagi warga kota Ternate. “Sudah sulit menemukan sungai memiliki air di Ternate. Sungai- sungai di pulau kecil kering kerontang,” katanya. Bahkan di Pulau Halmahera saja, banyak sungai mengalami kekeringan. Ini menandakan bahwa, hutan semakin kritis. Rahmi meminta semua pihak memiliki kesadaran sama. Terutama pemerintah berhenti menggelontorkan izin-izin tambang dan perkebunan raksasa.
Kesempatan itu dia ikut cerita pengalamannya menjadi pecinta alam dengan mendaki gunung 35 tahun lalu yang masih indah dan hutannya lebat. “Maluku Utara ini negeri indah. Perlu dinikmati dan dijaga sama-sama. Laut, darat, gunung pantai semuanya indah. perlu dijaga bersama,”pesannya.
Wakapolda Brigjen (Pol) Lucas memotivasi pecinta alam dengan mengingatkan agar menjaga alam. Dia memuji keindahan alam laut, hutan dan gunung di Maluku Utara. Meski demikian, tidak menampik minimnya kesadaran warga Kota Ternate dan sekitarnya dalam pengelolan sampah. Kali mati dan pantai Ternate banyak sampah plastik. Pasca hujan pantai dan laut dipenuhi berbagai jenis sampah. Ini produk masyarakat berhuungan dengan perilaku maka perlu ada kesadaran semua pihak dalam pengelolaan sampah. Mapala sebagai elemen muda yang peduli lingkungan perlu mendorong hal ini,” harapnya. (*)
CEO Kabar Pulau