Sampah plastik yang masuk ke laut sudah sangat memprihatinkan. Ketika datang musim hujan berton- ton sampah termasuk plastik masuk ke laut. Sampah yang berasal dari barangka (kali mati,red) dan saluran drainase menuju laut terbilang sangat banyak.
Jumat (30/10/2020) pagi lalu misalnya, ketika hujan di daerah hulu sekira 30 menit, sampah sudah memenuhi kawasan laut Pelabuhan Bastiong. Sampah sampah itu turun ke laut dibawa banjir, dicurigai berasal dari rumah- rumah warga yang berada tidak jauh dari kali mati dan barangka di daerah hulu.
Wartawan media ini melihat langsung sampah yang masuk ke laut pagi itu. Saat hendak ke Pulau Makian Halmahera Selatan untuk tugas liputan, dan saat itu menunggu kapal berangkat, tiba-tiba banjir sampah datang memenuhi kawasan laut tersebut. Banyak penumpang kapal melihat kejadian ini turut prihatin dan angkat bicara. Mereka, menganggap kesadaran warga kota masih rendah dalam penanganan sampah. “Tidak sadar dorang ini (mereka,rd) yang tinggal di pinggir barangka (kali mati, red). Mereka buang sampah ke barangka ahirnya ketika datang hujan, sampah dibawa banjir dan mengotori laut,” komentar Mahmud Tawari penumpang kapal Lola Jaya asal Tahane Makean Pulau. Dia bilang kesadaran yang rendah membuat laut dan darat dipenuhi sampah.
Selasa (9/11/2020) pekan lalu ketika dalam perjalanan dari Gane Barat ke Ternate dengan kapal menyaksikan laut di depan pulau Tidore dan Halmahera sepanjang mata memandang terlihat sampah plastic terhampar menghiasi laut. Sampah-sampah itu terhampar seluas dua kali lapangan sepak bola. Diduga kuat sampah-sampah ini kiriman dari Ternate dan Tidore usai banjir.
Mirisnya, kondisi sampah plastic di laut Ternate dan Tidore ini belum menjadi perhatian semua pihak untuk diperangi. Hingga kini sampah masih bebas dibuang di barangka dan masuk ke saluran drainase.
Pemerintah Kota Ternate melalui Kabid Persampahan Dinas Lingkuhan Hidup Kota Ternate, Yus Karim mengaku dari 80 ton sampah yang diproduksi warga kota, setiap hari, sekira 20 ton tidak terangkut. Akhirnya masuk ke barangka dan saluran air atau drainase. Produksi sampah tiap saat terus meningkat karena penduduk Kota Ternate terus bertambah. Volume sampah 2017- 2019 mencapai 60-65 Ton per hari dan pada 2020 meningkat 80 ton per hari.
Kategori sampah bervariasi, antara lain sampah rumah tangga, sampah tak terduga, sampah daur ulang dan lainya. Pengangkutan sampah memang dalam satu hari dilakukan rutin dua kali pengangkutan. Dalam satu minggu bisa 12 kali. Meski demikian tidak bisa teratasi secara keseluruhan.
Produksi sampah semakin banyak, sementara dari sisi armada terbatas. Mobil angkut yang melayani hanya ada 6 unit mobil armroll, 18 unit dump truk , dan 6 unit pick up jenis L300. Artinya fasilitas yang dibutuhkan masih sangat minim.
Soal sampah yang masuk ke laut ini menjadi masalah tersendiri. Yang paling dirasakan dampaknya adalah alat transportasi laut terutama speedboat dan kapal.
Kepala Dinas Perhubungan Provinsi Maluku Utara Armin Zakaria belum lama ini di Sofifi mengaku, ikut gerah dengan sampah plastic di laut ini. Sebenarnya ini persoalan serius dihadapi Maluku Utara. Dia bilang sampah plastik tersebar di tepi pantai dan bantaran kali mati. Sampahnya sangat banyak. Karena itu ketika turun hujan dan terjadi banjir, langsung dibawa ke laut sehingga ikut mengancam transportasi laut. “Kita perlu mencontoh daerah lain seperti Labuan Bajo Pulau Komodo, sampah plastik itu didaur ulang. Ada perusahaan air mineral danone membeli botol botol bekas yang digunakan para wisatawan untuk minum langsung diolah kembali,”katanya.
Dia bilang, banyak dampak sampah plastik. Baik terhadap transportasi maupun biota laut. Sudah banyak sekali kejadian akibat sampah. Misalnya karung plastic yang melingkari mesin speedboat. Ini sangat membahayakan keselamatan. Masalah ini jika terus dibiarkan akan mengancam masa depan laut ini. Masalah ini kata dia bagi orang kebanyakan mungkin dianggap biasa saja. Padahal dampaknya sangat mengkhawatirkan, terutama untuk transportasi laut dan biota yang memakan sampah plastik. Karena masalah ini dia meminta mereka yang bertarung dalam Pemilihan Kepala Daerah agar tidak lupa memasukan isu ini, sebagai salah satu program yang mesti ikut didorong. Dia bilang, sampah- sampah ini memang sumber utamanya dari warga Kota di Pulau Ternate kemudian itu dikirim ke laut dan terdampar ke mana-mana. Akhirnya pulau lain di Maluku Utara juga ikut terkena imbas. Dia berharap ada perhatian serius dari pemerintah kota menyangkut persoalan ini. Jika tidak dan dibiarkan terus menerus, maka sampah plastik dan ancamannya terhadap laut semakin mengkhawatirkan. “Kita perlu gerakan yang massif mengatasi masalah ini, didukung dengan regulasi berupa Perda mengatur sampah plastik ini,” katanya.
Maluku Utara yang juga daerah kepulauan didorong pariwisatanya. Sementara banyak wisatwan datang mengeluhkan banyaknya sampah plastic di laut. Karena kondisi ini dia lantas mengimbau pemilik transportasi kapal menyiapkan tempat sampah di atas kapal. Terutama transportasi antar pulau.
“Kami segera membuat imbauan untuk pemilik speedboat dan kapal antarpulau menyiapkan tempat sampah di kapal mereka,”jelas Armin. (*)
CEO Kabar Pulau