Dari Rusaknya Jalan hingga Mirisnya Hidup Warga Trans Janu Halmahera Barat
Catatan Dewahyudi
Ternate Jeep Community: The Wild Of Archipelago Expedition Nomor Anggota 2015016
“Torang di sini so pamalas kasih naik bendera, karena belum merdeka (kami di sini sudah malas menaikan bendera karena belum merdeka). So 15 tahun baru saya lihat oto lewat disini (sudah 15 tahun baru saya lihat ada mobil lewat di sini),” kata Priyono salah satu tokoh masyarakat daerah Trans Janu Kabupaten Halmahera Barat.
Hari itu saya coba berbincang dengan Priono pria asal Jawa ini sekadar ingin menangkap sedikit informasi tentang harapan dari warga transmigrasi terutama mengenai pembangunan infrastruktur yang selama ini mereka dapatkan. Perjalanan saya sampai ke trans Janu ini, karena ada agenda yang digeber oleh Ternate Jeep Community.
Sekadar tahu, Lembaga ini adalah wadah atau organisasi automotif dan sosial yang di dalamnya berhimpun orang- orang yang mempunyai kesamaan hobi automotif dan petualangan menggunakan kendaraan berpenggerak 4×4.
Nah, dalam menggerakkan roda organisasi, Ternate Jeep Community mempunyai program kerja yang bertujuan mengimplementasikan tujuan organisasi sebagai organisasi hobi automotif yang peduli dengan aspek automotif dan sosial.

Halmahera Overland 4×4 adalah bagian dari program organisasi yang menjadi agenda tahunan Ternate Jeep Community. Halmahera Overland di dalamnya mengandung unsur sosial (bakti sosial, penggalangan dan pendistribusian bantuan pasca bencana), expedisi, ekplore potensi kawasan wisata dan paling penting adalah memastikan ada dan layaknya trase jalan untuk ditingkatkan oleh pemerintah daerah yang berwenang dalam penyelenggaraan jalan sesuai statusnya .
Pada 29 September hingga 10 Oktober 2021 lalu Halmahera Overland 4×4 mengambil perjalanan dengan jalur perjalanan ke Halmahera Barat dan Halmahera Utara melintasi wilayah Sidangoli-Jailolo-Ibu-Kedi-Janu-Trans Janu-Roko.
Jalur yang dipilih dikategorikan jalur favorite, karena menyajikan sensasi track yang variatif. Pengalaman 2 kali melintasi jalur ini memberikan gambaran estimasi waktu tempuh yang tidak terlalu lama (maksimal 4 hari) bisa finish di desa Ruko Halmahera Utara. Namun di luar prediksi, estimasi waktu yang direncanakan mengalami hal yang cukup mencengangkan. Menempuh jalur Trans Janu-Roko sepanjang 12 KM membutuhkan waktu 6 hari. Dari lama perjalanan ini menjadi gambaran betapa mirisnya kondisi infrastruktur jalan yang ada di daerah ini.
Potret Potensi dan Keseharian Transmigran Janu
Salah satu jalur yang dilintasi saat kegiatan Halmahera Overland 4×4, adalah jalanan dari kawasan transmigrasi Janu di Halmahera Barat menuju Roko di Halmahera Utara. Dalam jarak tempuh yang hanya 12 kilometer harus menghabiskan waktu hingga 6 hari lamanya. Kawasan transmigarasi yang diharapkan menjadi pusat pertumbuhan baru terutama untuk penyediaan pangan dan peningakatan kesejhateraan warganya ternyata berbeda dalam kenyataannya.
Padahal jika merujuk pada UU Nomor 29 Tahun 2009 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 15 Tahun 1997 tentang Ketransmigrasian. dinyatakan tujuan transmigrasi adalah untuk (1) meningkatkan kesejahteraan transmigran dan masyarakat sekitar, (2) meningkatkan pemerataan pembangunan daerah, dan (3) memperkuat persatuan dan kesatuan bangsa. Amanat undang-undang di atas, bertolak belakang dengan kenyataannya.
Sektor infrastruktur jalan sebagai pemutus keterisolasian kawasan dan pendukung mobilisasi produksi pertanian sangat tidak mendukung untuk tujuan kesejahteraan masyarakat sekitar dan para transmigran.
Seperti digambarkan sebelumnya, bahwa trip yang ketiga kalinya kami lakukan tracking di jalur ini, tidak menggambarkan upaya perubahan terhadap infrastruktur jalan. Malah yang ditemukan jalan dan jembatan semakin parah dan tidak bisa dilalui kendaraan bermotor.
Menurut Prio salah satu warga transmigran, lahan pertanian di desa trans janu sangat subur, tidak perlu pupuk introduksunsur hara dari luar untuk tanaman komoditas pertanian.
“Suburunya tanah pertanian memberikan hasil melimpah. Tapi apa lacur hasil kadang membusuk karena sulit dipasarkan. Ya alasannya karena akses jalan yang sulit akhirnya hasil produksi pertanian kita ada yang membusuk,”katanya.
Dia bilang hasil pertanian yang dipanen warga transmigarasi kadang membusuk karena tidak bisa dipasok keluar akibat aksesibilitas jalan yang tidak mendukung. Kalaupun dipaksakan harus dipanggul dan berjalan kaki.
Selain hasil komoditas pertanian berupa hortikultura ada juga hasil kopra yang mencapai 50-60 ton per bulan. Begitu juga pala bisa dalam hitungan minggu dapat mencapai ratusan kilogram. Namun semua terkendala pada rantai pasok distribusi. Hal ini juga yang membuat sebagian dari mereka pesimis. Akhirnya sebagian warga transmigran memilih meninggalkan daerah transmigrasi ini. Sekadar informasi kawasan transmigrasi Janu adalah perpaduan transmigran dari pulau jawa dan transmigran local Maluku Utara.

Harapan Membangun Dari Pinggiran
Bagi sebagian warga transmigrasi Janu berpendapat bahwa, secara politik memang tidak menguntungkan. Namun skema pembangunan dan upaya pemerataan pembangunan wilayah dan kemanusiaan jangan sampai terabaikan. Membangun dari pinggiran adalah skema yang paling baik dalam menjaga semangat kebangsaan dan kecintaan serta kepercayaan masyarakat kepada pemerintah.
Harapan sebagai warga transmigran Janu perhatian pemerintah jangan sampai hanya pada pemilihan kepala daerah saja, namun perlu berlanjut setelahnya. Tujuanya harapan hidup sejahtera mampu terpenuhi.
“Tidak usah ada jaringan telpon juga tidak apa-apa.Asalkan jalan yang menghubungkan ke ibu kota kabupaten dapat direalisasikan sehingga memudahkan warga untuk melakukan interaksi dengan pemerintah sekaligus menggunakan jalan tersebut untuk memasok hasil pertanian yang diperoleh,” tutur Prio.
Warga juga berharap komunitas mobil jeep agar selalu melintasi jalur ini agar memberikan semangat sekaligus kemudahan bagi mereka dalam melintasi jalur ini setelah tapak ban yang dilalui mobil jeep membuka jarak pandang mereka dalam melakukan aktifitas berjalan kaki ke kebun.
“Demi menjaga semangat warga kami selalu memberikan support bahwa negara akan hadir untuk masyarakatnya. Tidak ada wilayah yang terbaikan dalam bernegara,”. (*)
