Sumberdaya terumbu karang di Provinsi Maluku Utara sangat potensial. Dari segi ekologis terumbu karang yang terhampar di kawasan laut Maluku Utara, disebut-sebut menjadi salah satu situs terumbu karang terkaya di dunia. Hasil riset Wildlife Conservation Society (WCS) Indonesia Program bekerjasama dengan USAID pada 2017 lalu, menyebutkan,daerah ini kaya secara ekologi dan ekonomis.
Riset yang telah dipublikasikan hasilnya dalam bentuk buku Profil Ekosistem Terumbu Karang di Kawasan Konservasi Perairan (KKP) Dearah Maluku Utara itu, dikerjakan dalam dua tahap, yakni Maret April dan April Mei 2017. Riset dilakukan di 4 dari 8 lokasi pencadangan KKP di Provinsi Maluku Utara. Yaitu Mare, Kepulauan Gura Ici, Kepulauan Widi, dan Pulau Rao Morotai. Mereka mengambil sampel di 64 lokasi terbagi atas 11 lokasi di KKP Pulau Mare, 17 lokasi di Gura Ici , 11 lokasi di Kepulauan Widi dan 25 lokasi di pulau Rao Morotai. Dalam dua kali kajian riset, timmenemukan banyak potensi sumberdaya di dalam laut Malut yang menjadi kekayaan penting daerah ini.
Memang kekayaan terumbu karang begitu tinggi, namun tidak terlepas dari masalah terutama adanya perusakan. “Tujuan survey ekologi ini untuk mengumpulkan data base awal, terkait kondisi ekosistem terumbukarang dan keragaman hayati terumbu karang yang akan dijadikan sebagai lokasi kawasan konservasi perairan. Selain itu, mengidentifikasi lokasi-lokasi yang memiliki terumbu karang yang baik di Maluku Utara. Termasuk mengumpulkan informasiadanya kemunculan spesies karismatik yang mendukung dilakukannya pengelolaan kawasan perlindungan laut dan ekowisata,” tulis WCS dalam laporan Profil Ekosistem Terumbu Karang di Kawasan Konservasi Perairan daerah Maluku Utara itu.
Dijelaskan, tidak hanya kekayaan potensi yang dimiliki,ancaman kerusakan terumbu karang juga terbilang sangat tinggi akibat ulah orang-orang tidak bertanggung jawab. Membuktikan adanya kerusakan terumbu karang Mongabay.co.id pernah mengunjungi KKP Kepulauan Gura Ici, di Halmahera Selatan belum lama ini,menemukan kerusakan kawasan terumbu karang sangat luas.
Di kawasan pulau Rajawali di mana tempat bermain jenis pari manta, terlihat hamparan terumbu karang mati cukup luas. Karang matidilaut berpasir putih dengan kedalaman kurang lebih 5 meter itu, terlihat jelas dari atas speed boat yang ditumpangi. Mongabay yang kala itu bersama dua divers yang mencoba spot dive di mana tempat bermain pari manta, ikut menyaksikan karang mati yang terhampar luas itu.M Rahmi Husen salah satu divers yang sempat turun mencoba spot di kawasan laut yang ditempuhkurang lebih 7 menit dengan speed boat dari Desa Lelei itu, menyatakan bahwa terumbu karang yang rusak itu dicurigai akibat penangkapan ikan menggunakan bom.“Kelihatan merata terumbu karangnya mati.Kecurigaan paling kuat karena bom.Kawasan ini dulunya paling banyak memiliki karang dan ikan. Aktivitas pengeboman di daerah ini dulu sangat massive,” ujarnya.
Menurut warga setempat,terumbu karang mati itu akibat destruktif fishing yang dipraktekkan selama ini. ”Kawasan ini dulunya tempat orang bom ikan,” aku Thamrin Armaiyn warga Lelei. Dia mengaku di kawasan laut pulau-pulau Gura Ici hingga kini aktivitas bom ikan masih berlangsung, meskipuntidak se-massive dulu.“Ada hari-hari tertentu mereka bom ikan. Hari Jumat di saat warga shalat Jumat sering terjadi pengeboman ikan. Biasanya orang luar Kecamatan Kayoa menggunakanboat kecepatan tinggi,” katanya. KKP Gura Ici hanyalah contoh dari kondisi terumbu karang semua KKP di Malut. Gura Ici sendiritelah ditetapkan sebagai salah satu dari 8 KKP di Maluku Utara dantelah dicadangkan dengan luas 11,348,18 hektar.
Data Dinas Kelautan dan Perikanan (DKP) Provinsi Maluku Utara menyebutkan, 8 KKP itu memiliki karakteristik keanekeragaman hayati dengan beraneka sumberdaya alamnya. 8 KKP ituterdiri dari 5 ditetapkan sebelumnya, dan 3 baru ditetapkan 2019 ini. Masing-masing, Pulau Rao seluas 330 hektar, Pulau Mare 2817,00 hektar. KKP Mare dilakukan riveuw dan pengurangan luas, menjadi 2262,40 hektar berdasarkan SK Walikota Tidore. Pulau Jiew di Halmahera Tengah 717,54 hektar, Guraici 11,348,18, Gugusan Pulau Widi 94,61,00 hektar, Kepulauan Sula 117,959,88, Rao Dehegila 65, 520, 75 hektar dan Pulau Makian 42,799,00 hektar. Total KKP yang telah dicadangkan seluas 249,738,75 hektar.
Sumber DKP Provinsi Maluku Utara
Keragaman Terumbu Karang di Malut
Terkait potensi sumberdaya ekologis dan ekonomisnya, riset WCS yang dilakukan tim terdiri dari Azhar Muttaqien, Shinta Pardede, Sukmaraharja A Tarigan, Fahrizal Setiawan dan Muhidin itu, memaparkan beberapa kesimpulan dan rekomendasi. Laporan itu menyebutkan, terumbu karang di kawasan laut Maluku Utara terkaya di dunia dengan keragaman karang keras 80 genera dan ikan karang tercatat lebih dari 900 spesies.
Kekayaan dan keragaman ini juga sesuai kompilasi hasil kajian sebelumnya yang dilakukan Turak dan De Vantier pada 2008 lalu, Allien 2008, Green dan Muljadi pada 2009. Kajian mereka juga ternyata,baru sebagian besar wilayah terumbu karang di sekitar pulau Halmahera, belum termasuk di Kepulauan Sula, Taliabu, Obi dan Bacan. “Karena itu dipastikan nilai keragaman akan semakin tinggi jika seluruh wilayah di Maluku Utara dilakukan kajianmendalam,” tulis WCS dalam laporannya.
Hasil survey yang dilakukan tercatat ada 73 genera karang keras yang termasuk dalam 17 family dari 52 lokasi yang tersebar dari utara sampai ke selatan Halmahera dan Morotai. Jumlah ini merupakan yang kedua tertinggi dibanding beberapa lokasi yang pernah disurvei WCS. Menurut hasil riset WCS tertinggi pertama di Takabonerate dengan 79 genera. Selanjutnya kabupaten Minahasa Utara 64 genera, Gili Matra 60 genera, dan Kabupaten Sitaro Sulawesi Utara 64 genera.
”Hasil studi sebelumnya oleh Turak dan DeVanter pada 2008 juga mencatat tingginya keragaman spesies karang di Maluku Utara dengan adanya 468 spesies karang keras dari 73 genera dan 15 family yang didata di 24 lokasi di Halmahera bagian tengah sampai ke Utara dan Morotai. Diantara 24 lokasi itu ada 10 lokasi tercatat memiliki keragaman sepesies lebih dari 200 spesies suatu nilai keragaman yang tertinggi menurut standar dunia. Bahkan dua lokasi di antaranya merupakan lokasi dengan keragaman spesies karang keras tertinggi di Indo- Pasifik yakni di Pulau Rao Morotai dengan 277 spesies,” urai laporan WCS.
Studi ini juga mencatat ada 2 lokasi dengan keragaman spesies karang terendah adalah di kawasan teluk KauHalmahera Timur. Keragaman hayati laut yang tinggi ini sudah dipotret melalui penelitian sebelumnya oleh LIPI pada 2010 dalam ekspedisi Widya Nusantara. Studi itu mencatat ada 200 spesies sponge, 28 spesies keong laut atau gastropoda dari vamili ovulidae, 36 spesies dari total 41 spesies jenis karang jamur dari family fungidae yang ditemukan dari seluruh Indo-Pasifik.
Selain itu ada juga 87 spesies udang-udangan palaemonid, 25 spesies nudibranchia, 31 spesies bintang laut dari family asteroidae, 30-31 spesies teripang 15 spesies bintang ular, 20 spesies parasite pada gastropoda dan 22 spesies bivalvia dari family Cardiidae.
Laporan ini juga merilis secara ekonomis walaupun ada lokasi riset terlihat bekas-bekas kerusakan karang namun beberapa diantarnya ditemukan terumbu karang dengan tutupan karang keras masih sangat baik.Terutama di daerah transek yang dangkal.
“Secara umum rata-rata tutupan karang keras di Maluku Utara adalah 45 persen. Sementara untuk kondisi terumbu karang yang rusak di Maluku Utara mencapai 25 persen.Kawasan terumbu karang rusak itu ditemukan di KKP Pulau Mare, Morotai, Gura Ici dan Widi,” tulis laporan WCS.
Dijelaskan, dari luasnya hamparan patahan karang yang terlihat, terumbu karang yang rusak diduga akibatadanya aktivitas penangkapan ikan yang merusak dengan bom ataupun racun sianida. Hingga kini kegiatan pengeboman disinyalir masih terjadi. Terutama di Morotai dan Gura Ici. Sementara di Mare terumbu karang yang rusak terlihat mulai membaik atau mengalami recovery. Ini terlihat dari tingginya kepadatan rekruitmen karang, menunjukan aktivitas bom dan pengerusakan lainnya sudah tidak terjadi di kawasan ini.
Terumbu karang Maluku Utara berada di jantung kawasan segitiga terumbu karang (triangle coral) yang terkenal dengan kekayaan ragam hayati laut tertinggi di dunia.Halmahera merupakan pulau terbesar di Maluku Utara dan ketujuh di Indonesia, berkontur berbukit-bukitdengan pulau-pulau vulkanik di bagian pesisir barat yang membentuk rantai. Pulau dengan pemandangan gunung berapi menakjubkanini juga terkenal dengan terumbu karang yang indah, air yang jernih serta beragam biota laut mulai dari karang yang kecil-kecil berwarna-warni hingga megafauna laut yang kharismatik seperti hiu, lumba-lumba penyu dan pari manta.
Kajian sebelumnya oleh Huffard dan kawan-kawan 2012 sebagaimana dikutip WCS dalam laporannya, terkait prioritas geografi Maluku Utara sebagai kawasan konservasi, tidak terlepas dari keanekaragamana hayati yang sangat tinggi serta keragaman fauna Asia dan Australia. Termasuk pula peran pentingnya menghubungkan antara Papua dan Sulawesi.
“Keragaman habitat dan kekayaan jenissetiap lokasi di Halmahera sangat luar biasa, berada di antara lokasi-lokasi dengan jumlah ikan tertinggi di dunia. Kekayaan jenis karang saja diperkirakan jauh melebihi 500 spesies,” tulis WCS seraya mengutip riset Tursk dan DeVantier 2008. Keragaman jenis biota laut ini diduga kuat berasal dari beragamnya faktor lingkungan yang ada. Yaitu adanya serangkaian gunung api bawah laut di bagian barat hingga terumbu karang yang terlindung oleh pulau-pulau karang di bagian barat daya.
WCS turut mengutip Kajian Barber dan Boyce 2006 yang menyatakan hal ini juga didukung oleh adanya konektivitas yang tinggi dengan perairan wilayah Kepala Burung di Papua Barat mengalir dari Timur ke Barat melalui arus khatulistiwa selatan menuju Halmahera. Karena itu tipikal biota yang ditemukan di Maluku Utara memiliki kemiripan dengan di Papua Barat.
Soal keragaman potensi pesisir seperti ekosistem terumbu karang, lamun dan mangrove di wilayah pesisir Maluku Utara juga berperan penting sebagai penggerak penting pariwisata dan juga sebagai sumber pendapatan ekonomi bagi pemerintah dan masyarakat. Saat ini potensi pesisir dan pulau-pulau kecil belum banyak berkembang akibat minimnya sarana dan prasarana yang tersedia. Contohnya seperti di Gura Ici dan Kepulauan Widi. Sementara Kepulauan Morotai kegiatan pariwisata relatigf jauh berkembang. Apalagi Pemerintah pusat telah menetapkan kawasan ini menjadi 10 destinasi wisata baru di Indonesia.
Keragaman Spesies Ikan Karang di Perairan Malut
Bagaimana dengan potensi perikanannya? Hasil riset ini mengungkapjuga bahwa perikanan pelagis memiliki potensi terbesar disamping populasi ikan karang.Baik ikan target yang penting secara ekonomis maupun ikan herbivore yang penting tercatat cukup rendah. Hal ini diduga karena penangkapan ikan berlebih dan penggunaan alat tangkap ikan yang tidak ramah lingkungan.Ini juga akibat kerusakanhabitatdan tingginya masukan limbah domestic dari daratan ke laut. Kegiatan penangkapan ikan dengan bom yang sangat merusak masih ditemukan di wilayah-wilayah pesisir kepulauan Halmahera.
Selain itu, minimnya akses dan infrastruktur terutama dalam mendukung pengelolaan perikanan menjadi salah satu masalah yang dihadapi. Di sisi lain belum terbentuknya unit pengelola menjaga ekosistem teurmbu karang dan sumberdaya perikanan, merupakan salah satu tantangan yang harus dihadapi dan diselesaikan, dalam upaya menjaga kelestarian sumberdaya hayati laut Maluku Utara.
Berbicara soal keragaman spesies ikan karang, WCS mencatat laut Maluku Utara adalah salah satu wilayah yang memiliki kekayaan tertinggi di dunia. Dari 64 lokasi survey yang diamati, tercatat ada 580 spesies ikan dengan estimasi spesies ikan karang berdasarkan nilai Coral Fish Diversity Index (CFDI) adalah 931 spesies dengan pola yang sama ditunjukan dari data keragaman genera karang keras. Keragaman spesies ikan karang merupakan yang tertinggi dibanding beberapa lokasi di Indonesia yang pernah disurvey WCS. Tertinggi pertama di Takabonerate Sulsel dengan 522 spesies, Kepulauan Tanimbar 498 spesies, Gili Matra 393 spesies dan Sitaro Sulut 332 spesies.
“Dalam eksplorasi yang sama dilakukan Turak dan Devantier, Allen 2008 mencatat, ada 991 spesies dari 77 family dan 288 spesies ikan karang.Hasil studi pada 2005 dan 2008 dari 24 lokasi survey yang tersebar dari pertengahan pulau Halmahera ke Utara sampai pulau Morotai, menemukan kekayaan ragam spesies ikan karang dari masing-masing lokasi berkisar antara 83 sampai 267 spesies dengan rata-rata 192,6 spesies merupakan salah satu tertinggi di dunia,” urai WCS.
Dari 24 lokasi yang disurveyWCS, 16 lokasi atau 69 persen memiliki jumlah spesies ikan karang per lokasi lebih dari 200 spesies.Angka ini sering dipergunakan sebagai patokan untuk jumlah spesies per lokasi level tertinggi. Bagi WCS hal ini sebenarnya menunjukan bahwa tingginya kekayaan ragam spesies ikan karang di Halmahera, tidak hanya terjadi di beberapa lokasi saja tetapi merata di semua lokasi. “Bila dilihat dalam skala geografis lebih besar keragaman spesies ikan tertinggi di beberapa wilayah geografi utama di Halmahera berasal dari bagian barat laut pulau, dengan rata-rata per lokasi yaitu 230 spesies dan di Kepulauan Widi 237 spesies,” urai laporan WCS itu.
Sementara untuk keragaman spesies tingkat lokasi , keragaman tertinggi ditemukan dari Kayoa dengan 303 spesies, Tanjung Tawali Pulau Kasiruta 278 spesies dan pulau Widi 278 spesies. Untuk keragaman terendah ditemukan di Teluk Kao Halmahera Utara sebanyak 96 spesies per lokasi dan juga di Morotai 104 spesies per lokasi.Ditambahkan, lokasi dengan keragaman spesies ikan tertinggi lebih sering ditemukan di lokasi berkarang atau berbatu dengan dominan substrat terumbu karang dengan beberapa bagian pasir atau rubble. Sementara keragaman yang rendah ditemukan di lokasi dengan substrat dominan alga dan pasir–rubble di dasar berlumpur atau di lokasi sekitar pelabuhan.“Halmahera dan Maluku Utara umumnya, merupakan salah satu lokasi dengan keragaman spesies terkaya di dunia,”tulis WCS mengutip Allen 2008.(*)
CEO Kabar Pulau