Kondisi Listrik Yang Miris, hingga Interkoneksi Kabel Bawah Laut
Maluku Utara termasuk salah satu provinsi kepulauan dan kelautan di Indonesia. Provinsi ini, berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) 75 persen wilayahnya adalah laut dengan dihiasi ribuan pulau. Data terbaru Dinas Kelautan dan Perikanan, Provinsi Maluku Utara memiliki 875 pulau baik yang sudah memiliki nama maupun yang belum. Tidak itu saja pulau-pulau itu juga ada yang sudah berpenghuni dan ada yang tidak berpenghuni.
Dari sisi karakteristik kepulauan di mana- mana memiliki problem yang nyaris sama terutama untuk pulau-pulau yang telah memiliki penghuni. Misalnya, persoalan pendidikan, air bersih, listrik, kesehatan ibu dan anak hingga masalah sosial kemasyarakatan. Ini semata- mata karena sulinya akses menjangkau ke daerah pulau-pulau tersebut. Begitu juga pulau- pulau kecil dan belum memiliki penghuni juga memiliki problem pada over eksploitasi sumberdaya misalnya pengrusakan lingkungan karena pengeboman ikan, perambahan hutan hingga masalah lingkungan krusial lainnya.
Salah satu sorotan paling penting saat ini ini adalah persoalan ketersediaan listrik untuk pulau-pulau. Persoalan ini paling mendasar dan menjadi kebutuhan mendesak masyarakat pulau-pulau kecil di Maluku Utara. Sebab faktanya, hingga kini hampir semua pulau belum teraliri listrik dari Perusahaan Listrik Negara (PLN). Kecuali pulau-pulau besar yang menjadi pusat aktivitas pemerintahan Kabupaten/kota, pasokan listriknya sudah terpenuhi. Di luar dari pulau menjadi pusat aktivitas pemerintahan, sulit PLN dapat melayani aliran listrik. Meskipun itu hanya untuk untuk kebutuhan penerangan. Itu belum termasuk listrik untuk menggerakkan roda ekonomi masyarakat.
Untuk Maluku Utara, listrik dari PLN baru untuk pulau-pulau dengan penghuni padat, serta menjadi pusat pemerintahan. Sebut saja, Pulau Ternate, Tidore, Bacan, Sulabesi, Morotai Obi, Kayoa. Sementara dari pulau-pulau itu juga selain Ternate dan Tidore, belum semua wilayahnya teraliri listrik secara keseluruhan. Jika pulau besar saja belum semua teraliri listrik, apalagi pulau-pulau kecil lainnya. Untuk kebutuhan produksi selain Ternate dan Tidore pasokannya terbilang sangat terbatas bahkan tidak ada . Untuk penerangan saja hanya menyala pada jam-jam tertentu saja. Misalnya di sejumlah pulau, PLN mengalirkan listrik hanya pada jam tertentu saja.
Untuk sejumlah pulau di Maluku Utara, ada yang memang sudah mendapat sentuhan PLN. Hanya saja belum sepenuhnya menjadi tanggung jawab PLN. Semua swakelola masyarakat dengan sedikit bantuan dari PLN.Misalnya jaringan kabel yang dipasang oleh PLN sementara mesinnya hasil hibah dari pemerintah daerah. Contoh di Pulau Makena Halmahera Selatan genzet dengan ukuran 100 KW dibeli melalui program Pemberdayaan Masyarakat melalui P2DTK. Padahal seiring meningkatnya jumlah penduduk, pengembangan kawasan serta aktivitas penduduk yang semakin tinggi, tingkat pertumbuhan kebutuhan energi listrik juga tentu terus meningkat. Karena itu mestinya perlu dipikirkan oleh PLN misalnya dengan bisa merelokasi beberapa Pembangkit Listrik Tenaga Diesel ke pulau-pulau yang memerlukan pembangkit.
Atau untuk sebuah desain jangka panjang memenuhi kebutuhan listrik di Maluku Utara, dengan geografis pulau-pulau, sudah saatnya dipikirkan implementasi pemasangan jaringan kabel bawah laut untuk membangun interkoneksi dengan pembangkit Pusat Listrik Tenaga Uap (PLTU) yang saat ini sedang dibangun PLN di Tidore Kepulauan. Memang hal ini setidaknya membutuhkan kajian lanjutan dengan membutuhkan banyak investasi. Tetapi dengan membuat desain yang lebih komprehensive akan bisa mengimplementasikan interkoneksi pasokan listrik ke pula- pulau sekitarnya. Sebut saja dari PLTU Tidore yang saat ini sudah ke Maitara dan Ternate bisa ditambah lagi ke Pulau Hiri, Mare, Moti Makian dan Kayoa. Ini mestinya sudah dipikirkan dan menjadi desain besar listrik kepulauan di masa depan. Tentu kabel laut yang dipilih juga hendaknya sekaligus dilengkapi kabel serat optik sehingga dapat dipakai sebagai infrastruktur komunikasi data maupun suara dengan “bandwith” lebar.Jika sudah begitu paling ada pulau yang sudah bisa merasakan sentuhan listrik yang diberikan oleh negara pada masyarakat di pulau-pulau kecil. (*)
Kondisi Terkini Kelistrikan Pulau-pulau di Maluku Utara
Wakil Presiden Jusuf Kalla (JK) pernah mengatakan dalam acara Dies Natalis ke 51 di Universitas Pattimura Maret 2014 lalu, bahwa masalah listrik menjadi kewajiban pemerintah menyediakan, terutama di pulau-pulau kecil. Mengapa harus listrik, karena sebuah contoh kecil saja nelayan menangkap ikan untuk bisa dijual butuh cold storage dan es balok.Sementara fasilitas ini membutuhkan listrik. Karena itu listrik menjadi sumber masalah yang harus diselesaikan. “Potensi perikanan kita yang banyak itu tapi kita tidak punya listrik yang banyak. Nah ke depan sumber masalah yang arus diatasi itu yakni masalah listrik,”ungkapnya sebagaimana dikutip dari kalla.com.
Memang masalah yang dihadapi pulau- pulau kita adalah kondisi pasokan listrik. Sudah menjadi rahasia umum bahwa bila hidup di daerah terpencil maka bersiaplah hidup seperti pada zaman batu. Dimana hanya bekerja siang hari dan istirahat pada malam hari, karena pasokan listrik yang belum ada untuk mengaliri daerah terpencil. Inilah masalah utama dalam mengurus wilayah pulau saat ini. Untuk kebutuhan listrik pulau-pulau selain dari Pulau Ternate, hampir semua pulaunya bermasalah dalam penyedian listrik. Bahkan pulau yang secara administratif masuk dalam wilayah Pulau Ternate seperti Batang Dua dan Pulau Hiri juga menghadapi problem yang sama. Hingga kini pasokan listrik ke dua pulau itu jug masih menghadapi kendala yang cukup serius.
Lantas bagaimana dengan kondisi kelistrikan di pulau- pulau di Maluku Utara. Sebuah survei kecil Agustus September 2014 lalu yang dilakukan wartawan kabarpulau.com menunjukan, hampir semua pulau di Maluku Utara bermasalah dalam hal pasokan listrik terutama dari PLN. Listrik nampaknya masih menjadi sebuah kebutuhan yang sangat ekslusive yang perlu segera dicarikan solusinya. Berikut gambaran kondisi pasokan listrik ke daerah pulau-pulau di Maluku Utara.
Tidore Kepulauan
Data dari Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Kota Tidore Kepulauan menunjukan daerah dengan jumlah penduduk termasuk Maitara dan Mare dan Moti adalah 111.124 Jiwa. Dari jumlah itu Khususnya Pulau Tidore didiami oleh , 72,613 Jiwa, Pulau Moti 2,152 Jiwa, Pulau Mare 1021 Jiwa, dan 4 Kecamatan di Daratan Oba 44,353 Jiwa. Dari jumlah pulau itu Pulau Tidore, Maitara, dan daratan Oba telah menggunakan listrik dari PLN.
Sementara Pulau Mare dengan Jumlah jiwan 1021 jiwa hanya menggunakan mesin genset jenis diesel. Untuk desa Mare Kofo 1 unit Diesel, berkapasitas 62,5 KVA/50 KW. Begitu juga desa Mare Gam menggunakan Diesel Berkapasitas 62,5 KVA/50 KW, yang merupakan bantuan Pemkot Tidore sejak tahun 2009 silam. Karena hanya menggunakan lampu diesel maka hanya dinyalakan pada malam hari dengan mengandalkan iuran dari masyarakat. Dengan demikian pulau kecil seperti Mare saat ini sangat terkendala dengan kebutuhan listrik.
Kabupaten Halmahera Utara
Kabupaten Halmahera Utara dengan 17 Kecamatan, dengan 198 Desa memiliki Penduduk mencapai 179.566 jiwa. Dari jumlah itu selain dari Ibukota di Tobelo Kabupaten ini memiliki tujuh buah daerah kepulauan: Yakni gugusan Kecamatan Loloda Kepulauan, Pulau Tolonuo, Pulau Kumo, Tagalaya, Kakara, Meti dan Bobale. Loloda Kepulauan terletak di Kecamatan Loloda Kepulauan dengan Luas wilayah 143,3 KM, Terdiri 10 Desa yakni Tobo Tobo, Fitako, Dedeta, Dagasuli, Jikolamo Tuakara, Dama, Dowonggila, Cera dan Salube dengan jumlah penduduk 6.083 jiwa.
1). Kondisi warga di Kecamatan Loloda Kepulauan belum terlayani listrik dari PLN. Mereka hanya menggunakan genset. Baik genset desa, milik kelompok masyarakat maupun pribadi. Sebagian menggunakan listrik tenaga surya bantuan pemerintah. Karena hanya menggunakan genset penerangan rumah warga hanya berlangsung kurang lebih 6 jam. Warga yang menggunakan penerangan listrik dari genset hanya dinyalakan pada malam hari mulai pukul 18 .00 wit- 00.00 wit. Sementara lainya menggunakan tenaga surya bisa mendapatkan penerangan sepanjang malam hari. Hanya saja yang menggunakan penerangan listrik tenaga surya terbatas pada orang tertentu saja. Ini karena bantuan tersebut tidak untuk semua masyarakat. Begitu juga kondisi jaringan komunikasi seperti telpon selular daerah ini sudah ada, namun belum menjangkau ke semua desa.
2). Pulau Tolonuo di Kecamatan Tobelo Utara, memiliki dua desa yakni Desa Tolonuo Utara dan Desa Tolonua Selatan dengan jumlah penduduk 1.859 jiwa. Kondisi masyarakat Pulau Tolonua hanya menggunakan genset Desa. Menyala hanya malam hari hingga 12 jam mulai dari pukul 18.00 wit sampai pukul 06.00 wit.
3). Pulau Kumo, Tagalaya dan Kakara dan Pulau Dawole terdapat di Kecamatan Tobelo. Tiga Pulau itu jumlah penduduknya masing-masing Desa Tagalaya sebanyak 502 Jiwa, Desa Kumo 755 jiwa , Desa Kakara termasuk di dalamnya Pulau Dawole jumlah penduduk sebanyak 744 Jiwa.
Kondisi masyarakat di desa-desa tersebut hanya menikmati penerangan juga melalui mesin genset. Namun tidak semua warga, karena hanya tersedia genset pribadi dan kelompok. Penerangan itu hanya malam hari itupun tidak selamanya, karena keterbatasan warga dalam bisa membeli BBM.
4). Pulau Meti terletak di Kecamatan Tobelo Timur dengan jumlah penduduk 412 jiwa. Di sana masyarakat hanya menikmati penerangan listrik menggunakan genset dan sebagian menggunakan tenaga surya. Di sana sebelumnya ada mesin genset bantuan pusat sejak 2010 lalu, namun bantuan tersebut sudah rusak sehingga tidak lagi digunakan.
5). Pulau Bobale terletak di Kecamatan Kao Utara dengan jumlah penduduk di desa itu 861 jiwa. Masyarakat di pulau itu belum sepenuhnya merasakan listrik. Mereka juga hanya menggunakan genset pribadi. Ada juga yang berkelompok membeli genset untuk penerangan berdasarkan kemampuan BBM yang dimiliki masyarakat. Rata- rata kebutuhan penerangan listrik warga Pulau Bobale hanya 6 jam. Bahkan hanya 4 jam di malam hari sesuai kebutuhan masyarakat.
Kabupaten Pulau Morotai
Kabupaten yang memiliki cukup banyak termasuk Kabupayen Pulau Morotai. Kabupaten dengan 5 Kecamatan dan jumlah 88 desa.Dari lima kecamatan ini terdiri dari Morotai Selatan dengan 25 Desa, jumlah penduduknya mencapai 17.706 jiwa. Morotai Timur dengan 14 Desa jumlah penduduknya 8.375. Morotai Selatan Barat dengan 23 desa jumlah penduduknya mencapai 7.978 jiwa. Morotai Utara dengan 14 desa jumlah penduduknya 8.837 jiwa. Morotai Jaya dengan 12 desa jumlah penduduknya 7.919 jiwa.
Wilayah Kecamatan dan Jumlah desa sudah terlayani listrik PT.PLN (Persero)
Sub ranting PLN Daruba.Di Morotai Selatan jumlah Desa 23 telah teraliri listrik berarti ada dua desa belum teraliri listrik. Morotai Selatan Barat baru 10 Desa terlairi listrik dari 23 desa. Morotai Timur 14 desa semua telah teraliri listrik dari PLN. Untuk Sub ranting PLN Bere-bere Morotai Utara melayani 8 desa. Wilayah Kecamatan dan Jumlah Desa yang belum terlayani aliran listrik dan di luar grid PT. PLN (persero) yakni Morotai Selatan ada 2 Desa . Morotai Selatan Barat 13 desa. Morotai Utara 6 desa dan Morotai Jaya 12 Desa.
Desa yang belum teraliri listrik PLN (Persero) di Kecamatan Morotai Selatan yakni di Pulau Galo-Galo dengan jumlah penduduk 127 Kepala Keluarga dan Desa Koloray Pulau Koloray dengan 130 Kepala Keluarga. 2. Kecamatan Morotai Selatan Barat terdiri dari Pulau Rao, dengan Desa Posi-posi dengan jumlah Kepala Keluarga 330. Desa Saminyamau dengan jumlah Kepala Keluarga 132. Desa Aru Burung jumlah Kepala Keluarga 133. Desa Leo- leo Rao jumlah Kepala Keluarga 406. Desa Loumadoro jumlah Kepala Keluarga 196. Pulau Ngele- ngele Besar jumlah Kepala Keluarga 145.
Dari jumlah desa di atas, sebagian kecil masyarakat memiliki genset berkapasitas 1 kilowatt atau juga 900 wat untuk kebutuhan penerangan. Penerangan listrik dari mesin genset masih terbatas. Selebihnya masih menggunakan petromaks dan lampu teplok. Untuk waktu pemanfaatan listrik melalui genset ini mulai pukul 17.00 Wit, sampai pukul 24.00 Wit tergantung kebutuhan mereka.
Kabupaten Halmahera Selatan
Kabupaten yang terbilang memiliki pulau terbanyak di Maluku Utara adalah kabupaten Halmahera Selatan. Pasalnya dari 30 kecamatan yang ada di daerah ini, hanya Gane Barat Gane Timur yang berada di Halmahera atau hanya ada 8 kecamatan. Sementara sebagian besarnya berada di pulau-pulau kecil dan sedang. Berikut ini adalah kondisi kelistrikan pulau-pulau di Halmahera Selatan.
1). Pulau Makian dengan dua kecamatan memiliki jumlah penduduk 17.002. Daerah ini sudah dialiri listrik oleh PLN. Hanya saja lsitriknya menyala malam hari pukul 18.00 hingga pukul 06.00 pagi.
2). Pulau Kayoa dengan jumlah penduduk 24.560 jiwa,sudah dilairi listrik oleh PLN hanya saja diibukota kecamatan sementara desa-desa lainnya yang berada di pulau-pulau kecil masyarakanya hanya mengandalkan genset. Untuk desa yang sudah dialiri listrik oleh PLN menyala hanya pada malam hari yakni jam 6 sore hingga jam 6 pagi. Di Pulau-pulau Gurua Ici, Waidoba dan Bajo belum ada listrik dari PLN.
3). Di Bacan pulau yang Pulau Kasiruta misalnya dengan jumlah penduduk 9.643 jiwa, sudah ada desa yang diliri listrik oleh PLN hanya saja baru sebagian kecil. Hanya ada dua desa yang terliri listrik.Hanya saja masyarakat bisa menerima pasokan listrik pada pukul 18.00 hingga pukul 06.00 pagi.
4) Hingga kini daerah kepulauan yang belum disentuh listrik dari PLN di Kabupaten Halmahera Selatan adalah Pulau Joronga gugusan pulau dengan jumlah penduduk 5.747 jiwa belum sedikitpun tersntuh listrik dari PLN. Sebagian warga menggunakan genset pribadi.
5) Begitu juga di Pulau Pulau Botang Lomang dengan jumlah penduduk 8.029, belum juga tersentiuh oleh PLN sebagian warga mengggunakan genset pribadi.
6). Pulau Mandioli dengan jumlah penduduk 10.978, sudah ada PLN tetapi hanya sebagian kecil desa dan hanya menyala hanya malam hari yakni pukul 18.00 hingga pukul 06.00 pagi.
7). Untuk Gane Barat dan Gane Timur, dengan jumlah penduduk 43.431, sudah dialiri listrik oleh PLN namun hanya sebagian kecil desa terutaman di ibukota kecamatan. Masih seperti daerah alinnya listrik dari PLN hanya dinyalakan pada pukul 18.00 hingga pukul 06.00 pagi.
8). Pulau Obi dengan jumlah penduduk 56.076, juga sudah dilairi listrik oleh PLN tetapi dinyalakan hanya 12 jam sejak pukul 18.00 hingga pukul 06.00.
9). Untuk Pulau Bacan, dengan jumlah penduduk 89.445, sudah dilairi PLN dan menyala siang malam.
Sekedar menjadi catatan penting bahwa di seluruh wilayah yang sudah dialiri dari PLN sering terjadi pemadaman karena daya yang tidak mencukupi dan sering terjadi kerusakan mesin PLTD milik PLN. (*)
Kabupaten Halmahera Barat
Untuk wilayah Halmahera Barat Ada Dua Pulau, yakni Kahatola dan Tuakara
Dua Pulau ini ada dua desa yakni Tuakara dan Desa Kahatola. Dengan jumlah penduduk Tuakara 494 jiwa serta Kahatola sebanyak 607 jiwa. Di desa Kahatola masih menggunakan genset pribadi. Sementara di Tuakara warga mendapatkan listrik menggunakan tenaga surya bantuan pemerintah pusat. Kondisinya hampir sama dengan pulau-pulau lainnya untuk listrik yang menggunakan genzet pribadi dinyalakan hanya kurang lebih enam jam yakni pukul 18.00 WIT hingga pukul 00.00 Wit. Sementara untuk listrik tenaga surya dinyalakan pada malam hari hanya khusus untuk penerangan.
Kabupaten Kepulauan Sula
Pulau Taliabu
Sudah menggunakan listrik dari PLN, di Kecamatan Taliabu Barat hanya empat desa mendapatkan pelayanan PLN, Kecamatan Barat Laut hanya desa Nggele yang memperoleh pelayanan PLN dan Kecamatan Lede juga hanya desa lede mendapatkan pelayanan PLN. Waktu beroperasi rata-rata dari jam 6 sore sampai 10 malam. Sementara di Kecamatan Taliabu Utara, Timur, Timur Selatan, Selatan, Tabona, tak ada pelayanan listrik sama sekali, tak ada lampu genset yang digunakan secara umum, kecuali perorangan.
Pulau Limbo masuk kecamatan Taliabu Barat juga tak ada pelayanan listrik, genset hanya digunakan perorangan. Di Pulau Pancoran masuk pada Kecamatan Taliabu Barat menggunakan listrik dari tenaga surya.
Pulau Mangoli
Kecamatan Mangoli Barat hanya satu desa belum mendapatkan pelayanan PLN, Mangoli Timur seluruhnya menggunakan PLN, Mangoli Tengah hanya tiga desa, Mangoli Utara hanya tiga desa, Mengoli Utara Timur hanya satu Desa. Mangoli Selatan seluruh desa belum memperoleh pelayanan PLN. PLN beroperasi hanya dari jam 6 sore sampai 7 pagi.
Untuk Pulau Pas Ipa masuk Kecamatan Mangoli Barat, belum memperoleh pelayanan listrik sama sekali dari PLN. Pulau Pastabulu masuk kecamatan Mangoli Utara tidak memperoleh pelayanan PLN sama sekali.
Pulau Sulabesi
Di Pulau Sulabesi yang mendapatkan pelayanan PLN.yakni, Kecamatan Sanana, Sanana Utara dan Sulabesi Tengah di mana listrik menyala 24 jam. Di Kecamatan Sanana penggunaan listrik bervariasi. Untuk Sanana Utara dan Tengah rata-rata masyarakat menggunakan listrik dengan kapasitas 450 KVA. Sementara Kecamatan Sulabesi Barat, Timur dan Selatan seluruh desa tidak mendapatkan pelayanan PLN, tidak ada lampu genset dipakai secara umum, penggunaannya hanya perorangan.
Kabupaten Halmahera Tengah
Untuk daerah kepulauan di Kabupaten Halmahera Tengah saat ini memiliki penduduk padat adalah pulau Gebe pulau yang dikeruk oleh PT Antam Tbk karena tambang nikelnya selama 31 tahun sejak 1979 hingga 2010 lalu itu, untuk listriknya hingga kini belum ada pasokan listrik PLN. Yang ada hanya mesin genset milik peninggalan PT Antam sebesar 10 kilo watt. Mesin listrik ini hanya bisa dinyalakan selama 12 jam mulai pukul 18.00 hingga pukul 07.00 Wit.
Untuk kecamatan lainnya seperti di Patani, Patani Utara, Patani Selatan, Patani Barat, Patani Timur, sudah terlayani PLN.Dengan daya terasang 1000 kilowatt. Dari jumlah itu kemampuan listrik yang bisa dialirkan ke masyarakat hanya 720 KW, dengan beban puncak untuk Weda 640 KW.Meski begitu kondisi listrik di Halteng sangat memiriskan karena pemadaman yang tidak beraturan.Sehari terjadi pemadaman 3 sampai 4 kali. Untuk kecamatan Weda Selatan (Wairoro) masyarakat menerima pasokan listrik dari Halmahera Selatan yakni dari Kecamatan Gane Timur. Sementara untuk masyarakat yang ada di Kecamatan Weda Utara terlayani listrik melalui genset yang diberikan oleh Perusahaan Tambang PT Weda Bay Nickel (WBN) dengan kapasitas10 kilowatt, dengan waktu beroperasi hanya enam jam dari pukul 18. Hingga pukul 00.00 Wit.
Kompleksitas permasalahan kelistrikan ini membutuhkan solusi yang menyeluruh. Memang sangat susah diurai untuk didapatkan jalan keluarnya . Akan tetapi ini tidak berarti solusinya tidak ada, solusinya ada dan pasti bisa jika memang ada keinginan untuk memecahkannya. Misalnya segera mengusahakan energi alternative untuk masyarakat di daerah kepulauan.(*)