Home / Kabar Malut

Jumat, 19 Agustus 2016 - 01:00 WIT

Survei Kecil Kondisi Listrik Pulau-pulau di Maluku Utara

Ilustrasi Meteran Listrik

Ilustrasi Meteran Listrik

Kondisi Listrik Yang Miris,  hingga  Interkoneksi Kabel Bawah Laut

Maluku Utara termasuk salah satu provinsi kepulauan dan kelautan di Indonesia. Provinsi ini, berdasarkan data Badan Pusat  Statistik  (BPS) 75 persen wilayahnya adalah  laut dengan dihiasi ribuan pulau. Data terbaru Dinas Kelautan dan Perikanan,  Provinsi Maluku Utara memiliki 875  pulau baik yang sudah memiliki nama maupun yang belum. Tidak itu saja pulau-pulau itu juga ada yang sudah berpenghuni dan ada yang tidak berpenghuni. 

Dari sisi karakteristik kepulauan di mana- mana memiliki problem yang nyaris sama terutama untuk pulau-pulau yang telah memiliki penghuni. Misalnya, persoalan pendidikan, air bersih, listrik, kesehatan ibu dan anak hingga masalah sosial kemasyarakatan. Ini semata- mata   karena sulinya akses menjangkau ke daerah pulau-pulau tersebut. Begitu juga pulau- pulau kecil dan belum memiliki penghuni juga memiliki problem pada over eksploitasi sumberdaya misalnya pengrusakan lingkungan karena pengeboman ikan, perambahan hutan  hingga masalah lingkungan krusial lainnya. 

Salah satu sorotan paling penting  saat ini ini adalah persoalan ketersediaan listrik untuk pulau-pulau. Persoalan  ini  paling mendasar dan menjadi kebutuhan mendesak masyarakat  pulau-pulau  kecil di Maluku Utara. Sebab faktanya, hingga kini hampir semua pulau belum teraliri listrik dari Perusahaan Listrik Negara (PLN).  Kecuali pulau-pulau besar yang menjadi pusat aktivitas pemerintahan Kabupaten/kota, pasokan listriknya sudah terpenuhi. Di luar dari pulau menjadi pusat aktivitas pemerintahan, sulit PLN dapat melayani aliran listrik. Meskipun itu hanya untuk   untuk kebutuhan penerangan.  Itu belum termasuk listrik untuk menggerakkan roda ekonomi masyarakat. 

Untuk Maluku Utara, listrik dari PLN baru untuk pulau-pulau dengan penghuni padat, serta menjadi pusat pemerintahan. Sebut saja, Pulau Ternate, Tidore, Bacan, Sulabesi, Morotai Obi, Kayoa. Sementara dari pulau-pulau itu juga  selain Ternate dan Tidore, belum  semua wilayahnya  teraliri listrik secara keseluruhan. Jika pulau besar saja belum semua teraliri listrik,  apalagi pulau-pulau kecil lainnya.  Untuk kebutuhan produksi selain Ternate dan Tidore pasokannya terbilang  sangat terbatas bahkan tidak ada . Untuk penerangan saja   hanya menyala pada jam-jam tertentu saja. Misalnya di sejumlah pulau, PLN  mengalirkan listrik hanya pada jam tertentu saja.     

Untuk sejumlah pulau di Maluku Utara, ada yang memang sudah mendapat sentuhan PLN. Hanya saja belum sepenuhnya menjadi tanggung jawab PLN. Semua swakelola  masyarakat   dengan  sedikit bantuan dari  PLN.Misalnya jaringan kabel yang dipasang oleh PLN sementara mesinnya hasil hibah dari pemerintah daerah. Contoh di Pulau Makena Halmahera Selatan genzet dengan ukuran  100 KW dibeli melalui program Pemberdayaan Masyarakat melalui P2DTK.   Padahal seiring meningkatnya jumlah penduduk,  pengembangan kawasan  serta aktivitas penduduk  yang semakin tinggi,  tingkat pertumbuhan kebutuhan  energi listrik   juga tentu terus meningkat. Karena itu mestinya perlu dipikirkan oleh PLN misalnya dengan  bisa merelokasi beberapa Pembangkit Listrik Tenaga Diesel  ke pulau-pulau yang memerlukan pembangkit. 

Atau  untuk sebuah desain jangka panjang memenuhi  kebutuhan listrik di Maluku Utara, dengan geografis pulau-pulau,  sudah saatnya dipikirkan implementasi  pemasangan jaringan kabel bawah laut untuk membangun interkoneksi dengan pembangkit  Pusat Listrik Tenaga  Uap (PLTU)   yang saat ini sedang dibangun  PLN di Tidore Kepulauan.  Memang hal ini setidaknya membutuhkan  kajian lanjutan dengan membutuhkan banyak investasi. Tetapi dengan membuat desain yang lebih   komprehensive  akan bisa  mengimplementasikan  interkoneksi pasokan  listrik  ke pula- pulau sekitarnya. Sebut saja dari PLTU Tidore  yang saat ini sudah ke   Maitara dan Ternate bisa ditambah lagi  ke  Pulau Hiri, Mare,  Moti Makian dan Kayoa. Ini  mestinya sudah dipikirkan dan menjadi desain besar listrik kepulauan di masa depan. Tentu kabel laut yang dipilih  juga hendaknya sekaligus dilengkapi kabel serat optik sehingga dapat dipakai sebagai infrastruktur komunikasi  data maupun suara dengan “bandwith” lebar.Jika sudah begitu paling  ada pulau yang sudah bisa merasakan sentuhan listrik yang diberikan oleh negara  pada masyarakat  di pulau-pulau kecil. (*)

Kondisi Terkini  Kelistrikan Pulau-pulau di Maluku Utara

Wakil Presiden Jusuf Kalla (JK) pernah mengatakan dalam  acara Dies Natalis ke 51 di Universitas Pattimura Maret 2014 lalu,    bahwa  masalah listrik menjadi kewajiban  pemerintah menyediakan,  terutama di pulau-pulau kecil. Mengapa harus listrik, karena sebuah contoh kecil saja nelayan  menangkap ikan  untuk bisa dijual butuh cold storage  dan es balok.Sementara fasilitas ini membutuhkan listrik.  Karena itu listrik   menjadi sumber masalah yang harus diselesaikan.   “Potensi perikanan kita yang banyak itu tapi kita tidak punya listrik yang banyak. Nah ke depan sumber masalah yang arus diatasi itu yakni masalah listrik,”ungkapnya sebagaimana dikutip dari kalla.com.

Memang masalah  yang  dihadapi   pulau- pulau kita adalah kondisi pasokan listrik. Sudah menjadi rahasia umum bahwa bila hidup di daerah terpencil maka bersiaplah hidup seperti pada zaman batu. Dimana hanya bekerja siang hari  dan istirahat pada malam hari, karena pasokan listrik yang belum ada untuk mengaliri daerah terpencil. Inilah masalah utama dalam mengurus wilayah pulau saat ini. Untuk kebutuhan listrik pulau-pulau selain dari Pulau Ternate, hampir semua pulaunya bermasalah dalam penyedian listrik. Bahkan pulau yang secara administratif masuk dalam wilayah Pulau Ternate seperti Batang Dua dan Pulau Hiri juga menghadapi problem yang sama. Hingga kini pasokan listrik ke dua pulau itu jug masih menghadapi kendala yang cukup serius.   

Lantas  bagaimana dengan kondisi kelistrikan di pulau- pulau di Maluku Utara. Sebuah survei kecil Agustus September 2014 lalu yang dilakukan wartawan kabarpulau.com menunjukan, hampir semua pulau di Maluku Utara bermasalah dalam hal pasokan listrik terutama dari  PLN.  Listrik nampaknya  masih menjadi sebuah kebutuhan yang sangat ekslusive yang perlu segera dicarikan solusinya. Berikut gambaran  kondisi pasokan listrik ke daerah pulau-pulau di Maluku Utara. 

Tidore Kepulauan 

Data  dari  Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda)  Kota Tidore Kepulauan menunjukan daerah  dengan jumlah penduduk  termasuk Maitara dan Mare dan Moti adalah   111.124 Jiwa. Dari jumlah itu  Khususnya Pulau Tidore didiami oleh , 72,613 Jiwa, Pulau Moti 2,152 Jiwa, Pulau Mare 1021 Jiwa, dan 4 Kecamatan di Daratan Oba 44,353 Jiwa. Dari jumlah pulau itu Pulau Tidore, Maitara, dan daratan  Oba telah menggunakan listrik dari PLN.

Baca Juga  Miris, RPJMD Kabupaten Ini Tanpa KLHS

Sementara Pulau Mare dengan Jumlah jiwan 1021 jiwa hanya menggunakan mesin genset jenis diesel. Untuk  desa  Mare Kofo 1 unit Diesel, berkapasitas 62,5 KVA/50 KW. Begitu juga   desa Mare Gam menggunakan Diesel Berkapasitas 62,5 KVA/50 KW, yang merupakan bantuan Pemkot Tidore sejak tahun 2009 silam.  Karena hanya menggunakan lampu diesel maka    hanya  dinyalakan  pada malam hari dengan mengandalkan iuran dari masyarakat. Dengan demikian pulau kecil seperti  Mare saat ini sangat terkendala dengan  kebutuhan listrik.

Kabupaten Halmahera Utara

Kabupaten Halmahera Utara dengan     17 Kecamatan, dengan 198 Desa memiliki  Penduduk mencapai 179.566 jiwa. Dari jumlah itu selain dari Ibukota di Tobelo Kabupaten ini memiliki  tujuh buah daerah kepulauan: Yakni gugusan Kecamatan  Loloda Kepulauan, Pulau Tolonuo, Pulau Kumo, Tagalaya, Kakara, Meti dan Bobale.  Loloda Kepulauan terletak di Kecamatan Loloda Kepulauan dengan  Luas wilayah  143,3 KM, Terdiri 10 Desa  yakni  Tobo Tobo, Fitako, Dedeta, Dagasuli, Jikolamo Tuakara, Dama, Dowonggila, Cera dan Salube dengan jumlah  penduduk  6.083 jiwa.

1). Kondisi warga di Kecamatan Loloda Kepulauan belum terlayani listrik dari PLN. Mereka hanya menggunakan genset. Baik genset desa, milik kelompok masyarakat maupun  pribadi.  Sebagian menggunakan  listrik tenaga surya bantuan pemerintah. Karena hanya menggunakan genset  penerangan rumah warga hanya berlangsung kurang lebih 6 jam. Warga yang menggunakan  penerangan listrik dari  genset hanya dinyalakan pada malam hari mulai  pukul 18 .00 wit- 00.00 wit. Sementara lainya menggunakan tenaga surya  bisa mendapatkan penerangan sepanjang malam hari. Hanya saja yang menggunakan penerangan listrik  tenaga surya  terbatas pada orang tertentu saja. Ini karena bantuan tersebut tidak untuk semua masyarakat. Begitu juga  kondisi jaringan komunikasi seperti  telpon selular daerah ini sudah ada, namun belum menjangkau ke semua desa.

2). Pulau Tolonuo  di Kecamatan Tobelo Utara, memiliki  dua desa yakni Desa Tolonuo Utara dan Desa Tolonua Selatan dengan  jumlah penduduk   1.859 jiwa. Kondisi masyarakat Pulau Tolonua hanya menggunakan genset Desa. Menyala hanya   malam hari hingga 12 jam mulai  dari pukul 18.00 wit sampai pukul 06.00 wit.

3). Pulau Kumo, Tagalaya dan Kakara dan Pulau Dawole terdapat di Kecamatan Tobelo. Tiga Pulau itu  jumlah penduduknya  masing-masing Desa Tagalaya sebanyak 502 Jiwa, Desa Kumo 755 jiwa  , Desa Kakara termasuk di dalamnya Pulau Dawole jumlah penduduk sebanyak 744 Jiwa.

Kondisi masyarakat di desa-desa  tersebut hanya menikmati penerangan juga melalui mesin  genset. Namun tidak semua warga, karena hanya tersedia genset pribadi  dan kelompok.  Penerangan itu hanya malam hari itupun tidak selamanya, karena keterbatasan warga dalam  bisa membeli BBM.

4). Pulau Meti terletak di Kecamatan Tobelo Timur dengan jumlah penduduk 412 jiwa. Di sana masyarakat hanya menikmati penerangan listrik menggunakan genset dan sebagian menggunakan tenaga surya. Di sana  sebelumnya ada mesin genset bantuan pusat sejak 2010 lalu, namun bantuan  tersebut sudah rusak sehingga tidak lagi digunakan.

5). Pulau Bobale terletak di Kecamatan Kao Utara dengan jumlah penduduk di desa itu 861 jiwa. Masyarakat di pulau itu belum sepenuhnya merasakan listrik. Mereka juga hanya menggunakan genset pribadi.  Ada juga yang berkelompok  membeli genset  untuk penerangan  berdasarkan kemampuan BBM yang dimiliki  masyarakat. Rata- rata kebutuhan penerangan listrik  warga Pulau Bobale hanya 6 jam. Bahkan hanya 4 jam di malam hari sesuai  kebutuhan masyarakat.  

Kabupaten  Pulau Morotai

Kabupaten yang memiliki cukup banyak termasuk Kabupayen Pulau Morotai. Kabupaten dengan    5 Kecamatan dan jumlah 88 desa.Dari lima  kecamatan  ini terdiri dari  Morotai Selatan dengan 25 Desa, jumlah penduduknya  mencapai 17.706 jiwa.  Morotai Timur dengan 14 Desa jumlah penduduknya 8.375. Morotai Selatan Barat dengan 23 desa jumlah penduduknya mencapai 7.978 jiwa.  Morotai Utara dengan 14 desa jumlah penduduknya 8.837 jiwa.  Morotai Jaya dengan 12 desa jumlah penduduknya 7.919 jiwa. 

Wilayah Kecamatan dan Jumlah desa sudah terlayani listrik PT.PLN (Persero)

Sub ranting PLN Daruba.Di Morotai Selatan jumlah Desa 23 telah teraliri listrik berarti ada dua desa belum teraliri listrik. Morotai Selatan Barat baru 10 Desa terlairi listrik dari 23 desa. Morotai Timur 14 desa semua  telah teraliri listrik dari PLN. Untuk  Sub ranting PLN Bere-bere Morotai Utara melayani  8 desa. Wilayah Kecamatan dan Jumlah Desa yang belum terlayani aliran listrik dan di luar grid PT. PLN (persero) yakni Morotai Selatan  ada 2 Desa .  Morotai Selatan Barat 13 desa.  Morotai Utara 6 desa dan  Morotai Jaya 12 Desa. 

Desa yang belum teraliri listrik PLN (Persero) di Kecamatan Morotai Selatan  yakni di  Pulau Galo-Galo dengan jumlah penduduk 127 Kepala Keluarga dan Desa Koloray  Pulau Koloray dengan 130 Kepala Keluarga. 2. Kecamatan Morotai Selatan Barat terdiri dari Pulau Rao, dengan   Desa Posi-posi  dengan jumlah Kepala Keluarga 330. Desa Saminyamau dengan jumlah  Kepala Keluarga 132.  Desa Aru Burung jumlah Kepala Keluarga 133. Desa Leo- leo Rao jumlah Kepala Keluarga 406. Desa Loumadoro jumlah Kepala Keluarga 196. Pulau Ngele- ngele Besar jumlah Kepala Keluarga 145. 

Dari  jumlah  desa di atas, sebagian kecil  masyarakat memiliki   genset berkapasitas 1 kilowatt atau juga 900 wat untuk kebutuhan penerangan. Penerangan listrik dari  mesin genset masih terbatas. Selebihnya masih menggunakan petromaks dan lampu teplok. Untuk waktu pemanfaatan  listrik melalui genset ini mulai pukul 17.00 Wit, sampai pukul 24.00 Wit tergantung kebutuhan mereka. 

Kabupaten Halmahera Selatan 

Kabupaten yang terbilang memiliki pulau terbanyak di Maluku Utara adalah kabupaten Halmahera Selatan. Pasalnya dari 30 kecamatan yang ada di daerah ini, hanya Gane Barat  Gane Timur yang berada di  Halmahera atau hanya ada 8 kecamatan. Sementara sebagian besarnya berada di pulau-pulau kecil dan sedang. Berikut ini adalah kondisi kelistrikan pulau-pulau di Halmahera Selatan.

1). Pulau Makian dengan dua kecamatan memiliki jumlah penduduk 17.002. Daerah ini sudah dialiri listrik oleh  PLN. Hanya saja lsitriknya  menyala malam hari  pukul 18.00 hingga  pukul  06.00  pagi.

Baca Juga  Wilayah Kelola Hutan Oleh KPH Bertambah

2). Pulau Kayoa  dengan jumlah penduduk 24.560 jiwa,sudah dilairi listrik oleh  PLN  hanya saja diibukota kecamatan sementara desa-desa lainnya yang berada di pulau-pulau kecil masyarakanya hanya mengandalkan genset. Untuk desa yang sudah  dialiri listrik oleh PLN   menyala hanya pada malam hari yakni jam 6 sore hingga jam 6 pagi. Di  Pulau-pulau Gurua Ici, Waidoba dan Bajo  belum ada listrik dari PLN.

3). Di Bacan pulau yang  Pulau Kasiruta  misalnya dengan jumlah penduduk 9.643 jiwa, sudah  ada desa yang diliri listrik oleh PLN hanya saja baru sebagian kecil. Hanya ada  dua desa yang terliri listrik.Hanya   saja masyarakat bisa menerima pasokan listrik pada pukul 18.00   hingga pukul  06.00  pagi.

4) Hingga kini daerah kepulauan yang belum disentuh listrik dari PLN di Kabupaten Halmahera Selatan adalah    Pulau Joronga gugusan pulau  dengan jumlah penduduk 5.747 jiwa belum sedikitpun tersntuh listrik dari  PLN. Sebagian warga menggunakan genset pribadi. 

5) Begitu juga di Pulau    Pulau Botang Lomang dengan jumlah penduduk 8.029, belum  juga tersentiuh oleh PLN  sebagian warga mengggunakan genset pribadi.

6).  Pulau Mandioli dengan  jumlah penduduk 10.978, sudah  ada PLN  tetapi hanya sebagian kecil desa   dan hanya menyala hanya malam hari yakni pukul 18.00   hingga pukul  06.00  pagi.

7). Untuk    Gane Barat dan Gane Timur, dengan jumlah penduduk 43.431, sudah dialiri listrik oleh PLN namun  hanya sebagian kecil desa terutaman di ibukota kecamatan. Masih seperti daerah alinnya listrik dari PLN hanya dinyalakan pada  pukul 18.00 hingga pukul 06.00 pagi. 

8). Pulau Obi dengan  jumlah penduduk 56.076, juga sudah dilairi listrik oleh PLN   tetapi dinyalakan hanya 12 jam sejak pukul 18.00 hingga pukul 06.00. 

9). Untuk  Pulau Bacan, dengan jumlah penduduk 89.445, sudah dilairi PLN   dan menyala siang malam.

Sekedar menjadi catatan penting bahwa   di seluruh wilayah yang sudah dialiri dari PLN sering terjadi pemadaman karena daya yang tidak  mencukupi dan sering terjadi kerusakan  mesin PLTD milik PLN. (*)

Kabupaten Halmahera Barat 

Untuk wilayah Halmahera Barat  Ada Dua Pulau, yakni   Kahatola dan  Tuakara

Dua Pulau ini ada dua desa yakni  Tuakara dan  Desa Kahatola. Dengan jumlah penduduk  Tuakara 494  jiwa serta  Kahatola sebanyak 607 jiwa.  Di  desa Kahatola  masih menggunakan genset  pribadi. Sementara     di  Tuakara  warga mendapatkan  listrik menggunakan tenaga surya bantuan pemerintah pusat. Kondisinya hampir sama dengan pulau-pulau lainnya untuk listrik yang menggunakan genzet pribadi dinyalakan hanya kurang lebih enam jam yakni pukul 18.00 WIT hingga pukul 00.00 Wit. Sementara untuk listrik  tenaga surya dinyalakan pada malam hari hanya khusus untuk penerangan. 

Kabupaten Kepulauan Sula 

Pulau Taliabu 

Sudah menggunakan listrik dari PLN, di Kecamatan Taliabu Barat hanya empat desa mendapatkan pelayanan PLN, Kecamatan Barat Laut hanya desa Nggele yang memperoleh pelayanan PLN  dan Kecamatan Lede juga hanya desa lede mendapatkan pelayanan PLN. Waktu beroperasi rata-rata dari jam 6 sore sampai 10 malam. Sementara di Kecamatan Taliabu Utara, Timur, Timur Selatan, Selatan, Tabona, tak ada pelayanan listrik sama sekali, tak ada lampu genset yang digunakan secara umum, kecuali perorangan.

Pulau Limbo masuk kecamatan Taliabu Barat juga tak ada pelayanan listrik, genset hanya digunakan perorangan. Di  Pulau Pancoran masuk pada Kecamatan Taliabu Barat  menggunakan listrik  dari tenaga  surya.

Pulau Mangoli

Kecamatan  Mangoli Barat hanya satu desa belum mendapatkan pelayanan PLN, Mangoli Timur seluruhnya  menggunakan PLN, Mangoli Tengah hanya tiga desa, Mangoli Utara hanya tiga desa, Mengoli Utara Timur hanya satu Desa. Mangoli Selatan seluruh desa belum memperoleh pelayanan PLN. PLN beroperasi hanya dari jam 6 sore sampai 7 pagi. 

Untuk Pulau Pas Ipa masuk Kecamatan Mangoli Barat, belum memperoleh pelayanan listrik sama sekali dari PLN. Pulau Pastabulu  masuk kecamatan Mangoli Utara tidak memperoleh pelayanan PLN sama sekali.

Pulau Sulabesi

Di Pulau Sulabesi yang mendapatkan pelayanan  PLN.yakni, Kecamatan Sanana, Sanana Utara dan  Sulabesi Tengah di mana  listrik menyala 24 jam. Di Kecamatan Sanana penggunaan listrik bervariasi. Untuk Sanana Utara dan Tengah rata-rata masyarakat menggunakan listrik dengan kapasitas 450 KVA. Sementara Kecamatan Sulabesi Barat, Timur dan Selatan seluruh desa tidak mendapatkan pelayanan PLN, tidak ada lampu genset dipakai secara umum, penggunaannya hanya perorangan.  

Kabupaten Halmahera Tengah

Untuk  daerah kepulauan  di Kabupaten Halmahera Tengah  saat ini   memiliki penduduk padat adalah pulau Gebe pulau yang dikeruk oleh PT Antam Tbk karena tambang nikelnya  selama 31 tahun sejak 1979 hingga 2010 lalu itu, untuk listriknya hingga kini  belum ada pasokan  listrik  PLN. Yang ada hanya mesin  genset milik peninggalan PT Antam sebesar 10 kilo watt. Mesin listrik ini hanya bisa dinyalakan selama 12 jam mulai pukul 18.00 hingga pukul 07.00 Wit.   

Untuk kecamatan lainnya seperti di Patani,  Patani Utara, Patani Selatan, Patani Barat, Patani Timur,  sudah terlayani PLN.Dengan daya terasang 1000 kilowatt. Dari jumlah itu kemampuan listrik yang bisa dialirkan ke masyarakat  hanya 720 KW, dengan beban puncak untuk Weda 640 KW.Meski begitu kondisi listrik di Halteng sangat memiriskan karena pemadaman yang tidak beraturan.Sehari terjadi pemadaman 3 sampai 4 kali. Untuk kecamatan Weda Selatan (Wairoro) masyarakat menerima pasokan listrik dari Halmahera Selatan yakni dari Kecamatan Gane Timur. Sementara untuk masyarakat yang ada di Kecamatan Weda Utara terlayani listrik  melalui genset yang diberikan oleh Perusahaan Tambang PT Weda Bay Nickel    (WBN) dengan kapasitas10 kilowatt, dengan waktu beroperasi  hanya enam jam dari pukul 18. Hingga pukul 00.00 Wit. 

Kompleksitas permasalahan kelistrikan    ini  membutuhkan   solusi yang menyeluruh. Memang sangat susah diurai untuk didapatkan jalan keluarnya . Akan tetapi ini tidak berarti solusinya tidak ada, solusinya ada dan pasti bisa jika memang ada keinginan untuk memecahkannya. Misalnya segera  mengusahakan energi alternative  untuk masyarakat di daerah kepulauan.(*)

Share :

Baca Juga

Kabar Malut

Harus Ada Kolaborasi Media Dorong Isu Lingkungan

Kabar Malut

Pelaksanaan Perhutanan Sosial Masih Bermasalah

Kabar Malut

Nelayan Malut Protes Permen 59/2020

Kabar Malut

Pasca Longboat Terbalik, Bupati Instruksikan PNS Sumbang Pelampung

Kabar Kampung

Tak Punya TPU, Halaman dan Teras Jadi Makam  

Kabar Malut

Ekspedisi Maluku dan Festival Kampung Pulau

Kabar Malut

Faisal Ratuela Pimpin WALHI Maluku Utara
Logo WALHI

Kabar Malut

Gelar Program Save The Small Island, Warga dan Walhi Malut Tanam Mangrove