Sebuah Ikhtiar di Hari Perikanan Sedunia
Sabtu (21/11/2021) ini, bertepatan dengan Hari Perikanan Sedunia atau lebih dikenal denga World Fsiheries Day (WFD) . Hari penting ini bagi nelayan ini diperingati oleh sebagian kecil nelayan di Kelurahan Jambula Pulau Ternate. WFD ini ini diperingati bersama Lembaga Masyarakat dan Perikanan Indonesia (MDPI) yang dalam beberapa tahun ini melakukan pendampingan terhadap nelayan tuna di Maluku Utara.
WFD sendiri mungkin juga tidak diketahui sebagian penduduk terutama nelayan kecil. Peringatan ini sebenarnya memiliki makna penting terutama ikhtiar atas kondisi sumberdaya perikanan yang dimiliki saat ini. Pasalnya, di tengah bertambahnya penduduk dan jenis alat tangkap, hasil tangkapan makin kecil dan menangkapnya juga semakin jauh. Akhirnya membebani pengeluaran nelayan terutama kebutuhan bahan bakar mereka.
Menyikapi kondisi perikanan terutama jenis ikan tuna ini maka mereka yang tergabung dalam kelompok nelayan fair trade di Ternate, Maluku Utara itu mengajak semua nelayan untuk istirahat sehari menangkap ikan. Ajakan ini bertujuan ada waktu jeda agar ikan bertelur dan berkembangbiak. Ajakan ini disampaikan dalam diskusi WFD 2021 yang dihelat sederhana di Kantor Lurah Jambula dihadiri para nelayan dan berbagai kelompok masyarakat lainnya.
Gafur Kaboli, nelayan champion kelompok fair trade Marimoi di Jambula yang menyampaikan materi dalam diskusi itu, membeber data-data yang dihimpun oleh Yayasan Masyarakat dan Perikanan Indonesia (MDPI). Dari data data mereka menunjukan bahwa ukuran ikan tuna yang berhasil ditangkap sudah makin kecil dan nelayan makin jauh menangkap. Akhirnya waktu yang diperlukan melaut makin lama dan biaya bahan bakar jadi membengkak. “Inilah tanda-tanda dari menurunnya hasil tangkapan yang perlu diwaspadai nelayan-nelayan kecil yang memiliki keterbatasan dibanding kapal besar,” kata Gafur dalam diskusi tersebut.
Gafur menjelaskan situasi perikanan ini di hadapan nelayan yang hadir. Dia jelaskan, data perikanan tuna IFish MDPI 2014, di WPP 714 dan 715 panjang tuna masih besar. Ukurannya 150-170 cm yang tertangkap nelayan masih banyak. Tapi pada 2020, terjadi sebaliknya. Kebanyakan kecil. “Ada apa, laut bermasalah? Ikan bermigrasi dan penangkapan berlebih,” ujar Gafur yang anggota kelompoknya berjumla 25 orang itu.
Dia bilang, karena nelayan sangat tergantung dengan laut, untuk jamin mendapatkan ikan, harus mengikuti caranya. Penangkapan juga harus ramah lingkungan, tidak mengganggu satwa yang dilindungi seperti lumba-lumba, penyu, dan hiu, tidak membuang sampah di laut, dan mematuhi prinsip perikanan berkelanjutan lainnya.
Disadari banyaknya kapal ikan besar juga makin menggerus hasil tangkapan nelayan kecil. Namun ada juga penyebab lain seperti pengeboman dan potassium sebagai bagian dan praktek destructive fishing. Hal ini mengakibatkan terumbu karang yang jadi rumah ikan hancur. “Semua saling memiliki ketergantungan, kalau ada yang rusak laut kita tidak sehat,” lanjut Gafur yang juga Pengawas Koperasi Nelayan Bubula Ma Cahaya itu.
Dia bilang, mengistirahatkan laut sehari bisa memberikan kesempatan ikan berkembangbiak. Telur jadi anakan, lalu dewasa, memijah dan produksi telur lagi.
Dia contohkan, sudah ada upaya yang dilakukan pemerintah. Misalnya di laut Banda ada penutupan di zona tertentu 3 bulan saat waktu pemijahan, dan yang bisa melaut hanya kapal skala kecil. Pengendalian alat tangkap, pembatasan izin masuk, dan menentukan kuota tangkap.
Selain itu, perlu memperhatikan standar ukuran ikan yang ditangkap. Hal ini juga penting diketahui nelayan karena ikan semakin besar, telurnya jauh lebih banyak. Kalau ukuran ikan 40 cm menghasilkan telur 350 ribu, jika 50 cm menghasilkan 1 juta telur, dan di atas itu bisa bertelur sampai 3 juta. Karena itu jika sehari memberi waktu rehat dan tidak menangkap induk tuna berarti sudah memberi waktu bagi tuna bertelur dan memijah yang lebih banyak.
Lalu apa hal lain yang bisa dilakukan nelayan? Gafur mengajak nelayan untuk mendata hasil tangkapannya karena suara nelayan ada dalam data. Hal lain yang dilakukan nelayan adalah tidak buang sampah di laut, tidak menangkap satwa terancam punah, dan menyisihkan satu hari istirahat untuk mengurangi tekanan penangkapan. “Bagaimana kalau libur melaut tiap Jumat?” ajaknya. Mahrumi H. Ismail, tokoh agama Jambula menyatakan dukungan untuk satu hari istirahat. Menurutnya, laut sama dengan manusia, butuh istirahat.
Ruslan S. Djauhar, Lurah Jambula, Kecamatan Pulau Ternate yang hadir dalam diskusi tersebut menyatakan mendukung pemberdayaan hasil perikanan berkelanjutan. Karena sistem pengolahan dan perikanan nelayan kecil masih tradisional sementara sektor perikanan sudah global. “ Sudah saatnya dipikirkan sistem perikanan yang keberlanjutan,” katanya. Inilah salah satu prinsip fair trade yang didampingi MDPI di beberapa lokasi perikanan wilayah Maluku Utara.
Rahman Pelu, Koordinator Daerah MDPI Maluku Utara mengatakan, MDPI sudah mengembangkan sejumlah sistem perikanan fair trade yang akan meningkatkan penghasilan nelayan kecil jika diterapkan. Misalnya pendampingan sertifikasi fair trade di kelompok nelayan tuna skala kecil dan meningkatkan pengorganisasian kelompok untuk melaksanakan praktik penangkapan bertanggungjawab. “Manfaat sertifikat fair trade, bisa mendapatkan dana premium yang digunakan untuk program lingkungan dan sosial oleh nelayan,” katanya.
Dalam WFD itu juga dilakukan pemutaran film pendek tentang kegiatan MDPI yang menceritakan mekanisme pengumpulan data melalui sistem I fish sehingga data bisa diakses pemerintah daerah dan para pihak guna mengetahui kondisi perikanan tuna di Indonesia.
Dimulai dengan mengukur sampel tangkapan. Jika panjang rata-rata ikan kategori ikan muda saja menjadi indikator krisis. Pengumpulan data juga dengan wawancara misal penggunaan es, bahan bakar minyak, dan area penangkapan. Ada juga dokumentasi pemberian insentif dana premium serta pelatihan menciptakan kondisi kerja aman (safety at sea) seperti kotak obat dan pelampung.
WFD yang jatuh tiap 21 November ini juga dilakukan di sejumlah site dampingan MDPI di Maluku Utara, dibuat oleh nelayan champion dengan beragam acara. Ada edukasi perikanan untuk anak-anak sekolah, pembersihan pantai, lomba, dan lainnya.(*)
CEO Kabar Pulau