Ada banyak persoalan di bidang lingkungan yang menghantui dunia saat ini. Beberapa di antaranya adalah dampak perubahan iklim (climate change) dan problem pangan. Sementara kepedulian public terhadap dua persoalan ini masih masih terbilang minim. Karena itulah Organisasi Wilayah (ORWIL) Ikatan Cendekiawan Muslim Indonesia (ICMI) Maluku Utara menjadikan dua isyu ini didorong ke tengah masyarakat dan pemerintah agar diperhatian sekaligus menjadi core ketika membuat kebijakan. Setidaknya hal ini, menjadi tema pembicaraan ketika Pengurus ICMI Malut bertandang ke Kedaton Kesultanan Tidore dan bertemu langsung Sultan Tidore Husain Sjah pada Selasa (17/10/2023) lalu.
Ketua Orwil ICMI Malut Dr Kasman Ahmad bersama sekretaris Dr Herman Oesman dan beberapa pengurus saat diskusi terbatas dengan Sultan di pendopo kedaton kesultanan Tidore, sebelum menghadiri pelantikan ICMI Kota Tidore Kepulauan, menyampaikan bahwa ada sejumlah soal besar terutama di bidang lingkungan sepertinya luput dari perhatian para pihak. Karena itu ICMI menjadikan masalah tersebut sebagai konsen penting.
Bertepatan dengan kegiatan ICMI Annual Meeting yang rencana dilaksanakan di Ternate pada 26 sampai 28 November nanti dan dihadiri Orwil ICMI di seluruh Indonesia hal ini menjadi tema utama. “Ada sejumlah isu besar tetapi kami fokuskan pada isyu lingkungan secara umum, isu perbahan iklim dan persoalan pangan. Ini menjadi isyu utama didorong untuk dibahas dalam ICMI Annual Meeting nanti,” jelas Kasman.
Menurut dia, persoalan ini begitu serius terutama di Maluku Utara yang mayoritas berada di pulau pulau kecil. Sejumlah persoalan lingkungan yang dihadapi masyarakat di Halmahera, Obi dan pulau lainnya karena adanya eksploitasi tambang. Ini mesti menjadi perhatian serius semua pihak terutama ICMI yang berisikan insane intelektual.
Dia bilang, ada ancaman serius yang dihadapi masyarakat terutama soal air, kesehatan maupun social ekonomi yang akan semakin dirasakan. Hal ini di masa depan akan semakin berat. Karena itu perlu mendapat perhatian.
Tidak itu saja, persoalan lain yang tidak kalah penting adalah dampak perubahan iklim yang begitu nyata terjadi. Bahkan sudah dirasakan masyarakat di kawasan pesisir dan pulau-pulau kecil. “Masalah ini nyata di tengah tengah kita,” ujarnya.
Ketiga yang tidak kalah penting dihadapi Indonesia dan dunia saat adalah persoalan pangan. Hari hari ini karena persoalan pangan, misalnya beras mahal lalu pemerintah meminta masyarakat mengkonsumsi pisang, sagu maupun pangan lainnya.
“Ini adalah fakta yang hari ini tidak bisa kita nafikan. Karena itulah sudah saatnya semua pihak perlu didorong agar lebih peduli pada soal ini. Maluku Utara yang wilayahnya berada di pulau pulau kecil menghadapi tiga problem itu sekaligus. Keterancamannya cukup serius,” jelasnya.
Soal pangan misalnya, pulau pulau tidak punya cadangan pangan cukup saat menghadapi peristiwa ekstrem. Harapannya Halmahera tetapi ketika lahan lahan produktif petani sudah dikuasai tambang maka harapan agar petani bisa menanam tidak bisa lagi.
Di tempat yang sama Sultan Husain Sjah, berbicara soal penyelamatan lingkungan di Maluku Utara. Dia sedikit menyentil soal nasib Halmahera di masa depan. Terutama dampak tambang terhadap masyarakat dan lingkungan yang mereka tinggali. Dia bilang, ada masalah strategis terkait lingkungan di Halmahera dan beberapa pulau lainnya yang perlu diberi perhatian. Dia juga menyentil soal suara suara untuk kembali memekarkan Halmahera menjadi provinsi. “Silakan itu hak semua orang tetapi perlu memperhatikan persoalan stratagis lingkungan di Pulau Halmahera. Per hari hari ini persoalan tanah, air dan banyak masalah social dihadapi masyarakat. Saya tantang mereka yang teriak teriak itu apa tidak punya izin-izin tambang,” katanya.
Diskusi yang berlangsung kurang lebih satu jam itu turut membahas politik electoral terutama Pemilu 2024 yang semakin dekat. Usai diskusi tersebut kegiatan ICMI dilanjutkan dengan pelantikan Pengurus ICMI Kota Tidore Kepulauan yang dipimpin Orwil ICMI Maluku Utara. ICMI Kota Tidore Kepulauan dinakhodai oleh Yusuf Kamis yang juga dosen ISIPOL di Unversitas Nuku Tidore. (*)
CEO Kabar Pulau