Home / Kabar Kampung

Sabtu, 23 Januari 2021 - 19:48 WIT

Toyom, Pohon Penyembuh Luka dari Halmahera

Pohon  Toyom  yang banyak tersebar di khutan Halmahera Maluku Utara

Pohon Toyom yang banyak tersebar di khutan Halmahera Maluku Utara

“Sterculia oblongifolia atau yang dikenal dengan sebutan toyom  atau sebagian warga Halmahera menyebutnya dengan Tapaya, merupakan tumbuhan yang sangat bermakna bagi masyarakat sekitar Taman Nasional Aketajawe Lolobata, Halmahera Timur, Maluku Utara. Tumbuhan ini berperan penting dalam kehidupan komunitas suku Ohongana Manyawa atau  orang Tobelo Dalam. Warga yang  sebagian masih hidup nomaden di Hutan Halmahera menjadikan pohon ini multi fungsi.Selain untuk kebutuhan hidup juga menjadi herbal yang bermakna penting.

Hasil riset yang dilakukan Lis Nurrani , S.Hut, M.Sc yang juga Peneliti Ilmu Kayu dan Teknologi Hasil Hutan – Balai Litbang LHK Manado menjelaskan, Kayu Toyom dimanfaatkan suku Togutil sebagai bahan baku pembuatan pondok/rumah tradisional. Selain itu juga sebagai kayu bakar untuk memasak dan membuat perapian di dalam hutan.

Ternyata pohon ini tidak hanya menjadi sumber bahan bangunan  dan kayu bakar tetapi   memiliki khasiat tertentu.  Pasalnya dari hasil riset yang dilakukannya menemukan  kulit toyom juga dimanfaatkan masyarakat sekitar hutan lainnya untuk pengobatan.

“Tumbuhan obat ini digunakan masyarakat Desa Akejawi, salah satu desa penyangga Taman Nasional Aketajawe Lolobata untuk mengatasi infeksi luka bakar,” katanya sebagaimana dikutip dari  https://www.forda-mof.org/berita/post/7673-obat-luka-dari-alam-aketajawe-lolobata)

Baca Juga  Di Ekspedisi Maluku Warga Suma Makean Dapat Layanan Kesehatan dan Saprodi

  Dia jelaskan, berdasarkan pengalaman masyarakat di sana, kulit toyom dapat mengobati luka infeksi berat misalnya akibat terkena tembakan, yang telah divonis amputasi oleh dokter.

Cara membuat ramuannya sangat sederhana. Dimulai dari pengambilan kulit batang di alam dengan ukuran selebar tangan orang dewasa sebanyak tiga hingga lima lembar, kemudian dibakar hingga gosong atau menjadi arang. Atau orang local menyebutnya dengan biu.  Setelah itu ditumbuk hingga halus lalu campurkan dengan minyak kelapa (Cocos nucifera). Ramuan dalam bentuk pasta inilah yang dioleskan pada bagian tubuh yang terluka infeksi disertai dengan pijatan ringan.

Dia bilang lagi selain itu kearifan lokal lainnya yang perlu diperhatikan agar ramuan ini terjaga khasiatnya adalah minyak kelapa yang digunakan sebagai campurannya. Minyak kelapa haruslah merupakan hasil olahan dan buatan tangan manusia, bukan minyak pabrikan yang umum diperdagangkan.

Dia bilang  lagi, menurut pengalaman masyarakat, ramuan dioleskan pada luka sebanyak tiga kali dalam sehari selama dua minggu. Dalam kurun waktu tersebut luka berangsur membaik dan penderita pulih serta mulai bisa berjalan kembali setelah sebelumnya kaki yang terluka sulit untuk digerakkan.

Baca Juga  Bobato Adat Kie Goya, Jaga Hutan untuk Anak Cucu

Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa S. oblongifolia atau toyom mengandung senyawa steroid, flavonoid, tanin dan saponin. Kombinasi senyawa tersebut memiliki peran penting dalam mengobati luka.

Mengutip Saifudin et al., 2011 menyebut tanin berfungsi menghentikan pendarahan dan menyembuhkan infeksi luka bakar, mampu membuat lapisan pelindung pada luka dan ginjal. Sementara steroid dengan konsentrasi tinggi berpotensi sebagai bahan pengobatan untuk menghilangkan keletihan kronis (Kissinger et al., 2013).

Tanin dan steroid diketahui memiliki persamaan fungsi sebagai penyembuh luka yang mengakibatkan keletihan kronis. Saponin dapat digunakan sebagai antiseptik dan antibiotik alami. Seperti halnya pada tanaman lidah buaya (Aloe vera), kandungan saponin mempunyai kemampuan membunuh kuman, menghilangkan rasa sakit dan berperan sebagai antibiotic (Koswara, 2012).

Karenanya, saponin sangat baik dimanfaatkan sebagai obat luka terbakar. Sebagaimana diketahui luka sangat rentan terjangkit kuman dan mikro organisme melalui udara yang dapat berdampak infeksi. Selain itu, zat ini juga mampu merangsang terbentuknya sel-sel baru pada kulit bekas terbakar.

Sumber: Dikutip langsung dari https://www.forda-mof.org/berita/post/7673-obat-luka-dari-alam-aketajawe-lolobata).

Share :

Baca Juga

Kabar Kampung

Kemandirian Desa Jangan jadi Nyanyian

Kabar Kampung

Melihat Perempuan- perempuan Tangguh Pulau Kolorai
Di tengah bencana warga Gane masih bisa memanfaatkan pangan lokal untuk makanan mereka

Kabar Kampung

Ini Cara Menyiapkan Warga Adaptif Ketika Bencana (1)

Kabar Kampung

Cerita Miris Warga Pulau Terluar Kota Ternate (2) Habis

Kabar Kampung

“Oji” Si Yakis Bacan akan Dikembalikan ke Alam Liar

Kabar Kampung

Tambang Hadir, Kebun Hilang, Pangan Sulit 

Kabar Kampung

Cerita Miris Desa Terang di Pulau Kecil

Kabar Kampung

Cerita Warga Mengolah Aren, Melindungi Hutan Halmahera