Akhir Mei 2022 lalu, saya berkesempatan mengunjungi gugusan pulau Widi di ujung selatan Halmahera Kabupaten Halmahera Selatan. Klaim warga setempat, kawasan ini memiliki 99 pulau. Meski demikian berdasarkan data Dokumen Rencana Pengelolaan dan Zonasi Taman Wisata Perairan Kepulauan Widi dan Perairan Sekitarnya Provinsi Maluku Utara 2020 – 2040 kawasan ini memiliki 83 pulau dan 3 pulau di sekitar pesisir Halmahera.
Kepulauan Widi membentuk gugusan yang terletak di sebelah tenggara Pulau Halmahera dan sebelah barat Kepulauan Raja Ampat (Papua Barat) memiliki dua gugusan pulau.Salah satunya adalah gugusan Pulau Widi serta terdiri dari dua atoll (Direktorat P4K Ditjen PRL KKP, 2019).
Kepulauan Widi berada di Desa Gane Luar atau sebagian orang menyebutnya Giman, di Kecamatan Gane Timur Selatan, Kabupaten Halmahera Selatan. Secara bio-ekologis Kepulauan Widi selain memiliki keunikan sumber daya alam baik flora dan fauna, juga terdapat berbagai jenis biota laut.
Sesuai hasil riset Muttaqien dan kawan kawan pada 2017 potensi perairan Kepulauan Widi secara umum memiliki tutupan karang mulai dari cukup hingga baik yakni mulai dari 15% sampai 78%. Sedangkan komposisi genera karang keras didominasi oleh Porites dengan persentase sebesar 16,27%. Selain itu, genera lainnya yang cukup banyak juga ditemukan di perairan Kepulauan Widi adalah Montipora, Acropora, Pocillopora, Dendrophyllia, Coeloseris, Cyphastrea, Pachyseris, dan Pavona. Untuk biomassa ikan karang didominasi oleh famili Acanthuridae, Caesionidae, Carchanidae dan Scarinilabridae. Selain potensi di atas, perairan Kepulauan Widi juga memiliki satwa kharismatik seperti lumba-lumba, hiu, pari manta, dugong, hiu paus dan juga ditemukan paus biru kerdil, paus sperma yang mendiami dan berimigrasi melalui perairan sekitarnya (Leadership Island of Indonesia, 2018 dalam dokumen RPZ Widi).
Kepulauan Widi merupakan gugusan pulau yang kebanyakan tidak berpenghuni. Sejak dahulu pulau-pulau di Kepulauan Widi hanya dijadikan sebagai tempat persinggahan nelayan, yaitu saat cuaca buruk dan kondisi laut sedang tidak bagus.Hanya di Pulau Daga terdapat penduduk yang sudah menetap tinggal sekitar 15 KK.
Kepulauan Widi memiliki potensi kawasan ekowisata bahari, seperti keindahan alam yang masih asli, alami dan eksotis, serta biota laut dengan keanekaragaman yang tinggi.
Selain potensi, ancaman terhadap sumber daya yang ada di Kepulauan Widi juga masih tinggi. Salah satu ancaman yang masih marak sampai saat ini adalah kegiatan perikanan yang merusak lingkungan, seperti penggunaan bom, bius, serta penambangan terumbu karang maupun pasir pantai.
Dalam mewujudkan kelestarian wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil serta melindungi dan mengelola sumber daya ikan dan ekosistem khususnya di Pulau Widi, sejak tahun 2015 pemerintah membentuk kawasan konservasi Pulau Widi. Kawasan ini dicadangkan sebagai “Suaka Pulau Kecil” melalui Surat Keputusan Gubernur Maluku Utara Nomor 251/KPTS/MU tahun 2015 . Kawasan Konservasi Perairan, Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil (KKP3K) yang dicadangkan ini memiliki luas keseluruhan sebesar 7.690 hektar. Rencana Zonasi Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil (RZWP3K) yang kemudian dituangkan dalam Peraturan Daerah Maluku Utara No. 2 Tahun 2018 menetapkan Kepulauan Widi dialokasikan sebagai Kawasan Konservasi Perairan, Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil (KKP3K) dengan luas 324.945,36 hektar. Oleh karena itu, pencadangan Kepulauan Widi sebagai Suaka Pulau Kecil ditinjau kembali untuk penyesuaian tipe kawasan serta penyederhanaan bentuk kawasan. Dari hasil peninjauan tersebut Kepulauan Widi ditetapkan menjadi Kawasan Konservasi Perairan (KKP) tipe kawasan Taman Wisata Perairan (TWP) dengan luas 315.117,11 hektar.
Perjalanan menuju Widi hari itu tanpa hambatan. Body perahu bermesin 15 PK itu meluncur hamper satu jam dan gugusan pulau yang jika dipandang dar Pulau Halmahera seperti terapung apung itu makin jelas. Hamparan pulau dan pasir putih dari kejauhan mulai terlihat, laut bersih dengan hutan mangrove rapat menghijau seperti menyambut kedatangan kami ke kawasan tersebut.
Ketika memasuki kepulauan Widi, disambut oleh Pulau Dodawe Gane di sebelah kanan dan Dodawe Weda di sebelah kiri. Dua pulau ini cukup besar dibanding pulau pulau lainnya. Memasuki selat di antara dua pulau ini, motoris lebih mengarahkan mendekat ke pulau Dodawe Gane.
Kekaguman akan keindahan laut dan alam pulau-pulau ini membuncah. Laut bersih dan ikan karang bermain di sela karang terlihat jelas dari atas perahu. Perahu kami masuk ke dalam sebuah “danau laut” berwarna hijau pirus (tosque) dikelilingi mangrove yang lebat di atas pasir putih yang menghampar mengelillingi pulau. Sesekali hiu bermain beriringan di sela- sela karang dan padang lamun. Sungguh indah pemandangan yang terlihat siang itu.
Puas berputar di danau laut yang menawan itu, perahu kemudan keluar melalui selat kecil yang sisi kiri kanannya tumbuh mangrove berdekatan saling menghimpit. Tidak hanya mangrove, ada pinus dan beragam pepohonan khas pulau karang juga turut menghiasi pulau. Perjalanan dianjutkan menuju Pulau Daga Kecil yang ditempuh hampir 20 menit. Pulau ini juga keindahannya menghipnotis siapa saja yang berkunjung ke sini. Keaslian alam baik laut dan darat tak terpemanai.
Daga kecil menjadi tempat singgah karena banyak nelayan tinggal sementara di pulau ini mencari ikan. Baik ikan dasar (ikan karang,red) yang dibekukan menggunakan es, juga produksi ikan garam maupun ikan asap. Mereka juga membangun rumah rumah panggung di belkakang hutan mangrove di pulau tersebut.
“Kami masuk ke sini membangun rumah panggung dan mencari ikan di sini sejak 2013 lalu,” jelas Amin Hairudin salah satu nelayan asal desa Gane Luar Kecamatan Gane Timur Selatan. Amin sendiri mengolah hasil tangkap ikan menggunakan jarring untuk ikan garam maupun ikan asap. Karena aktivitas mata pencaharian ini, di atas rumah rumah panggung itu banyak ikan garam dan ikan asap diletakan di dalam rumah mereka.
Untuk akses wisatawan, karena gugusan pulau ini berada jauh di ujung Halmahera, tidak setiap hari mereka yang ingin menikmati indahnya bawah laut serta hamparan pasir putih pantai datang ke sini. Ada waktu waktu tertentu saja, ramai dikunjungi warga. Mereka dari Bacan Halmahera Selatan maupun dari Weda Halmahera Tengah.Bahkan ada yang datang langsung dari Ternate.
Memang tidak banyak orang yang berkunjung ke Widi saat ini. Selain tempatnya terbilang lumayan jauh dari Ternate juga biaya sampai ke sana terbilang mahal. Meski begitu di waktu waktu tertentu banyak pengunjung yang datang ke sini.
“Biasanya di waktu libur terutama selepas hari raya keagamaan. Ada banyak tamu baik dari Perusahaan PT IWIP di Weda Halmahera Tengah maupun masyarakat umum, April lalu saya kurang lebih 10 kali mengantar tamu ke Widi,” jelas Said Kahar. Said adalah nelayan asal Desa Bisui yang setiap saat menangkap ikan di kawasan Widi. Tak hanya menangkap ikan, alat tangkapnya juga disewa pengunjung yang mau ke Widi. Sekali tarik dari Bisui ke Widi kurang lebih Rp2 juta dengan waktu tempuh 2 jam perjalanan dan menunggu para wisatwan hingga balik ke Biui..
Sekadar informasi untuk sampai ke Widi dari Ternate bisa ke Bacan Halsel selanjutnya ke Desa Gane Dalam. selanjutnya ke Desa Gane Luar dengan mobil pick up. Jarak tempuhnya lebih dekat ke Widi. Perjalanan ke Widi kurang lebih satu jam. Alat transportasinya menggunakan perahu milik nelayan yang disewakan. Di Pulau ini para pengunjung tidak hanya menikmati keindahan alam laut dan pantai. Untuk penghobi selam bisa juga menyelam atau snorkeling. Bahkan yang paling menarik adalah kegiatan mancing karena kayanya ikan di laut ini. (*)
CEO Kabar Pulau