Breaking News
light_mode
Beranda » Serba-serbi » Mtu Mya Halteng, Destinasi Eksotis yang Terancam Abrasi

Mtu Mya Halteng, Destinasi Eksotis yang Terancam Abrasi

  • account_circle
  • calendar_month Ming, 17 Jan 2021
  • visibility 381

Hamparan pasir putih menghiasi pulau kecil berukuran sekira 70  meter  persegi itu. Di kiri kanannya terlihat  laut biru tosque dan terumbu karang yang sebagian sudah mulai mulai mati. Pulau tersebut tak lagi berpohon. Pohon yang dulu rindang dan tumbuh lebat di ekosistem pantai ini, telah mati. Baru ada beberapa pohon ditanam kembali oleh warga dan komunitas wisata  anak muda yang menghimpun diri dalam Komunitas Jelajah Wisata Weda Timur atau (JeWeTu).   

Ada batang dan ranting yang dibawa banjir sungai di pulau besar Halmahera terdampar di pulau ini.  Sebuah papan pengumuman yang memberitahukan bahwa pulau ini ditutup kunjungannya saat awal merebak covid 19 juga  tergelatak di atas pasir pantai itu.

Batang pohon yang dibawa banjir dan terdampar di pulau  ini sekaligus menjadi tempat duduk untuk ber-swa foto. 

Itu kondisi pulau Mtu Mya (pulau kecil,red) yang dianggap  keramat oleh warga adat Sawai yang mendiami desa Mesa Weda Timur Halmahera Tengah Maluku Utara. Karena itu tak berlebihan jika mengunjungi Halmahera Tengah tak salah  juga menyinggahi pulau mini ini.

Di pulau Mtu Mya, bisa menikmati pemandangan yang luar biasa indah. Sebelum menuju pulau ini, bisa berenang sebenatar di pantai Mesa yang berpasir hitam dan berair jernih  sambil bermain kano atau snorkeling

Dari Mtu Mya,  jika melempar pandangan ke selatan, nun jauh di sana teluk Weda. Menatap ke timur,  laut lepas tanpa pulau. Sementara pandangan ke Utara daerah Patani yang jauh memanjang. Semilir angin  berhembus  dan hawa laut lepas di teriknya matahari siang, serasa membakar wajah. Karena itu ketika mendatangi pulau ini di siang hari, paling tidak membawa alat yang bisa digunakan untuk berteduh.   

Untuk mencapai pulau ini dari Ternate, butuh waktu cukup lama dan berganti-ganti trasportasi. Menumpang speedboat ke Sofifi dari Ternate, selanjutnya dengan mobil angkutan umum menuju Weda. Lalu turun mengganti mobil lagi menuju desa Mesa. Dari Desa Mesa bisa menggunakan bodi perahu atau kano  diantarkan  sampai ke pulau Mtu Myal   tak cukup 10 menit.   

Pulau Keramat Punya Kekuatan Magis

Pulau ini bagi warga setempat,  dianggap punya kekuatan magis. Dulu, ketika ada warga yang  punya niat  dan menyebut tentang orang sakti yang diyakini tuan pulau ini maka  ketia  doa dan harapannya tercapai maka   melakukan ritual ke pulau ini.  

“Kegiatan seperti itu tergantung siapa punya niat. Baik sakit, atau karena terancam  cuaca  buruk saat  di atas laut,” jelas Sabtu Haya tetua kampong Mesa.  

Warga yang punya niat  akan meminta bantuan kepada  keramat di pulau ini yang dikenal dengan nama Barahima. Warga kemudian datang ke pulau dan  membuat ritual atau dikenal  warga setempat sebagai  bikin obat  .   

Masyarakat tahu  bahwa pulau ini  punya keramat. Orang yang punya keramat itu bernama Barahima.  Barahima diyakini sebagai pemilik pulau  yang punya kekuatan  membantu anak turunannya  ketika mengalami kesulitan atau kesusahan. “Ritual itu sebenarnya  bagian dari rasa terima kasih dan doa kepada sang pencipta melalui perantara orang  keramat yang  diyakini memiliki pulau ini,” kata  Sabtu lagi.       

Sampai sekarang  orang tua tua  yakin tuan pulau ini bernama  Barahima  yang memiliki  karomah.   Memang    anak cucu sekarang sudah tak percaya lagi hal–hal seperti itu. Tetapi kalau mereka yakin di kala  mendapatkan kesulitan  Barahima  bisa membantu. “So banyak bukti  (sudah terbukti,red)  orang yang  dihantam badai atau pun sakit  yang tidak sembuh-sembuh mereka niatkan setelah itu pergi ke pulau ini untuk bikin obat, ” ceritanya.

Namun demikian  seiring waktu keyakinan akan kekuatan magis pulau ini mulai ditinggalkan. Hal ini juga diakui  Haya.  Bahkan menganggap orang muda saat ini  sudah tidak percaya lagi dengan berbagai keyakinan itu.

Ancaman Abrasi Cukup Serius

Yang juga memiriskan saat ini  seiring waktu, pulau yang diyakni  memiliki kekuatan magis itu kini mulai terkikis.  “Dulu pantainya kurang lebih 30 meter ke laut dari kondisi sekarang. Saat ini pantai dan batas air laut tinggal beberapa meter saja,” katanya.   

Pulau Mtu Mya  adalah satu dari 36 pulau  di Kabupaten Halmahera Tengah yang saat ini kondisinya sangat terancam oleh  perubahan kenaikan air laut.

Jika terus dibiarkan,  suatu saat akan habis. “Kita juga kuatir bisa terjadi demikian,” ujar  Sabtu Haya (75) salah satu sesepuh desa Mesa yang ditemui pertengahan Desember 2020 lalu di Mesa. 

Karena itu meski kondisinya mulai rusak karena   pulau ini tetap  biasa saja. Belum ada langkah antisipasi menjaga agar pulau ini terhindar dari   ancaman abrasi.

 Di sebelah timur  pulau ini warga  setempat membuat semacam break water atau pemecah ombak. Menggunakan batu karang yang sudah mati, hanya kurang lebih sekira 10 meter dan belum menyelesaikan persoalan ini.

Sebenarnya, pulau ini  memiliki masalah yang jika tidak segera dilindungi karena akan habis terkikis. Pengakuan warga setempat, dulunya warga sering  mengambil pasir di Pulau ini.   Meski begitu  seiring waktu  karena ada ancaman serius terhadap pulau,  langsung dilarang  pemerintah setempat

“Saat ini sudah tidak diambil lagi pasirnya karena sudah dilindungi.  Jika tidak dilindungi akan habis nanti pulau ini.   Saat ini saja pantai pulau ini juga sudah semakin tergerus,”kata Fahrureza Ketua Komunitas JWT Desa Mesa.   

Komunitas yang dipimpin Fahrulrazi ini salah satu tugasnya juga menjaga dan melindungi pulau ini. Ada 7 anggota komunita dan berdiri baru sekira 5 bulan, komunitas ini mencoba menggandeng anak muda untuk membantu mengangkat tempat wisata ini menjadi lebih dikenal.  “Yang paling penting adalah  memperkenalkan kepada khalayak atau public,  potensi wisata pantai dan pulau ini yang menarik dan layak dikunjungi. “Tugas kami  juga menjaga pulau ini dari berbagai ancaman. Termasuk memperkenalkan kepada masyarakat Maluku Utara dan Indonesia  tentang keindahannya. Pulau ini sebenarnya menawarkan keindahan pemandangan alam laut dan pantai. Tidak itu saja bawah lautnya juga dengan  terumbu karang  yang belum dieksplore,”katanya.

Dia bilang lagi, jika berkunjung ke pulau ini tak sekadar menikmati alam pantai dan laut dengan snorkeling. Bisa juga mencoba sensasi mancing di pulau ini menggunakan  perahu maupun alat  pancing seadanya.  

Sabtu Haya   mengaku,   di zamannya pulau ini sangat dijaga dan dilindungi dari  upaya upaya pengerusakan.  “Tahun 1979  pulau itu masih dijaga sehingga pohonnya juga masih banyak.  Ada ketapang dan waru. Pulau  ini menjadi tempat singgah kalau mengail ikan,” katanya.

 Saat perjuangan Trikora 1963 pulau ini juga memiliki sejarah penting dan sempat menjadi tempat persinggahan pasukan Indonesia.’

Kepala Dinas Pariwisata  Kabpaten Halmahera Tengah Husain Ali dikonfirmasi di Weda belum lama ini bilang, pengembangan pariwisata Halteng berbasis komunitas. Dan penekanannya pada komunitas masyarakat desa di sekitar objek wisata. Termasuk di Pulau Mtu Mya ini.

 Dalam hal perlindungan pulau akibat kondisi ancaman abrasi itu katanya,  untuk   perlindungan dan rehabilitasinya pemerintah desa bersama- komunitas pemuda telah merencanakan penanaman kembali mangrove dan membuat sedimen trap utk menangkal abrasi yang terjadi.

Saat ini untuk mendukung penyediaan  fasilitas tempat wisata ini, telah diserahkan sejumlah sarana ke  komunitas JeWeTu  berupaa peralatan atraksi wisata.

“Ini juga menjadi program penguatan ekonomi sektor pariwisata yang menjadi prioritas Pemkab Halmahera Temgah di masa  pandemic ini. Bahwa aktivitas pariwisata harus tetap hidup dan harus diberikan dukungan usaha kepada komunitas penggerak pariwisata di desa,” tutupnya.   ()

  • Penulis:

Rekomendasi Untuk Anda

  • 75 Tahun Warga Gane Belum “Merdeka”

    • calendar_month Kam, 2 Jun 2022
    • account_circle
    • visibility 154
    • 1Komentar

    Jalan perusahaan di perkebunan sawit PT Korindo ini dimanfaatklan warga Gane Dalam dan Gane Luar untuk akses antar dua desa tersebut. foto M Ichi

  • Laut Malut, Kuburan Bagi Mamalia Laut?

    • calendar_month Rab, 8 Mar 2023
    • account_circle
    • visibility 218
    • 0Komentar

    Bangkai-Paus-yang-mulai-hancur-dan-menmbulkan-bau-menyengat-di-Morotai-beberapa-waktu-lalu-foto-Hamsor-Yusuf

  • 9 Ekor Paruh Bengkok Pulang ke Halmahera

    • calendar_month Kam, 30 Sep 2021
    • account_circle
    • visibility 170
    • 0Komentar

    Burung burung tersebut saaat diangkut menuju Halmahera

  • Tanam Mangrove agar “Merdeka” dari Abrasi

    • calendar_month Jum, 4 Sep 2020
    • account_circle
    • visibility 157
    • 0Komentar

    Cerita Aksi Komunitas Pencinta Mangrove Khatulistiwa Kawasan taman pemakaman umum (TPU) Desa Guruapin Kecamatan Kayoa Halmahera Selatan saat ini berada dalam  kondisi terancam. TPU yang berada di pantai  bagian barat desa itu, terancam abrasi cukup serius yang membuat pemakaman itu habis tersapu air. Melihat kondisi yang semakin memprihatinkan itu, Komunitas Pecinta Mangrove Khatulistiwa  (KPMK) yang […]

  • Suara Kaum Disabilitas dari Ternate untuk Keadilan Iklim Dunia

    • calendar_month Ming, 31 Agu 2025
    • account_circle
    • visibility 518
    • 0Komentar

    Dampak perubahan iklim  bisa menghantam berbagai kelompok. Tidak hanya petani, nelayan, kaum buruh, perempuan dan anak-anak. Salah satu yang turut merasakan  hasil dari proses industrialisasi itu adalah kaum difabel/disabilitas. Sebagai kelompok yang memiliki kebutuhan khusus mereka sangat terdampak dengan  perubahan iklim yang terjadi saat ini. Apalagi untuk mereka yang berada di pesisir dan pulau-pulau seperti […]

  • Joko Nugroho Kembangkan Batatas  Aksesi Lokal, Jadi Sumber Ekonomi Penting

    Joko Nugroho Kembangkan Batatas Aksesi Lokal, Jadi Sumber Ekonomi Penting

    • calendar_month Rab, 10 Sep 2025
    • account_circle Mahmud Ici
    • visibility 227
    • 1Komentar

    Minggu (21/8/2025) lalu, sejak pagi hingga jelang siang,Joko Nugroho  (55) mengawasi  dua pekerja bersama istri dan satu anak perempuan nya  panen batatas atau  umbi jalar,  di kebun miliknya. Di lahan seluas  50X50 meter persegi di desa  Sidodi Goal Sahu Timur Halmahera Barat itu, Joko mengembangkan batatas yang tidak sekadar  dimakan tetapi  juga  jadi  pangan lokal […]

expand_less