Breaking News
light_mode
Beranda » Kabar Kampung » Kolaborasi Dorong Perdes Pesisir dan Laut Kayoa

Kolaborasi Dorong Perdes Pesisir dan Laut Kayoa

  • account_circle
  • calendar_month Sel, 8 Sep 2020
  • visibility 167

Pakativa- KPMK- Foshal- Pemdes Guruapin Kerja  Bareng  

Perlindungan komprehensif untuk hutan mangrove dan pesisir laut sedang digagas bersama lembaga dan pemerintah desa Guruapin Kayoa Halmahera Selatan. Adalah Perkumpulan Pakativa, sebuah lembaga non pemerintah yang bergerak mengkampanyekan budaya, litrerasi dan ekologi bersama Komunitas Pencinta Mangrove Khatulistwa (KPMK) serta Forum Studi Halmahera (Foshal)   mendorong pembuatan Peraturan Desa untuk melindungi Pesisir dan laut di Kayoa khususnya  di Desa Guruapin.  

Diawali dengan Fokus Diskusi Grup (FGD) yang digelar di Desa Guruapin Kamis (4/8) malam lalu. Terungkap dalam FGD itu, kampung di pulau kecil yang berada tepat di garis khatulistiwa itu sangat membutuhkan Perdes ini untuk melindungi lingkungan laut dan pesisirnya dari ancaman kerusakan yang semakin serius.  

Direktur Pakativa Faisal  Ratuela saat memberikan masukan dalam FGD pertama yang dihadiri ketiga lembaga bersama pemerintah desa setempat  menjelaskan,  pentingnya Perdes ini untuk perlindungan mangrove  dan lautnya kini dan  masa depan.

Kawasan laut Kayoa yang indah. Foto: Mahmud Ici/kabarpulau

Selain pentingnya mendorong Perdes dan pemetaan wilayah, dia turut menjelaskan  tentang kerja-kerja Perkumpulan Pakativa di beberapa daerah.  Di Gane Halmahera Selatan misalnya, Pakativa telah melakukan  gerakan mendorong  ekonomi warga lokal. Caranya,  mengajak warga   mengolah  produk- produk lokal dengan memanfaatkan sumberdaya yang  dimiliki. “Dalam dua tahun ini kita telah mendampingi  komunitas masyarakat sekitar hutan atau community forest. Tujuannya agar mereka melindungi hutan dan memanfaatkan sumberdaya  alam yang mereka miliki. Misalnya menanam jenis tanaman pangan untuk memperkuat pangan rumah tangga. Mereka juga memanfaatkan hasil non kayu seperti aren untuk menambah pendapatan,” jelas Faisal. Mereka juga memanfaatkan produk turunan kelapa  selain untuk kopra.

Untuk Kayoa, sebenanrya memiliki kesamaan. Yakni mendorong warga agar melindungi hutan  mangrove  dan eksosistem pesisirnya. Pertanyaanya kenapa mangrove di Kayoa harus segera dilindungi?. Menurut dia, ancaman hilangnya mangrove sangat serius.  Karena itu perlu ada perhatian khusus  harus diberikan. Apalagi  bicara soal  pulau kecil yang memiliki kerentanan akibat ancaman perubahan iklim.

Mangrove yang masih baik di kawasan Logas Guruapin Kayoa. Foto: Mahmud Ici/kabarpulau

Mangrove katanya memiliki berbagai fungsi dan menyimpan berbagai kekayaan keanekaragaman hayati. “Mangrove dapat menyimpan karbon lima kali lebih besar dari hutan hujan tropis. Belum lagi kekayaan sumberdaya protein yang  hidup di  dalam kawasan.  Sebut saja jenis kerang, kepiting bahkan ikan. Semua ini ada di  hutan mangrove,” jelas Faisal.

Sementara perwakilan Foshal Rahmi Husen yang ikut memfasilitasi FGD itu mengungkapkan, Kayoa dalam kurun waktu hamper 20 tahun  ini mengalami perubahan kondisi alam yang sangat mencolok. Dulu kawasan mangrove menutupi hampir semua kawasan kampong ini. Lebatnya mangrove dan padatnya terumbu karang  serta padang lamun, memperkaya  jenis ikan  bahkan melimpah. Saat ini, semua  tinggal kenangan. Ikan juga susah didapat. Terumbu karang  habis  dan padang lamun juga telah hilang.

Tidak ada cara lain untuk mengembalikannya.Walaupun dalam jangka waktu lama dengan segera membuat perlindungan. Karena itu  tidak salah  jika perlu ada kolaborasi  mendorong dibuatnya  Peraturan Desa itu. “Peraturan desa itu harga mati untuk melindungi laut dan pesisir termasuk did dalamnya  hutan mangrove. Jika tidak, kondisi kerusakan mangrove dan lautnya  semakin serius ,” katanya.

Kepala Desa Guruapin Kayoa M Reom  H M Saleh mengatakan,  gagasan ini adalah langkah yang baik. Karena itu dia menyambut baik  yang digagas komunitas pencinta mangrove khatulistiwa bersama Pakativa dan Foshal. “Kami berterima kasih jika ada yang mau datang mendorong peraturan desa ini dibuat. Kami siap Perdes ini segera diwujudkan,” katanya.   

Kades juga sempat bercerita soal kondisi Kayoa khususnya di Guruapin yang semasa kecilnya  merasakan ikan yang melimpah  dengan  terumbu karang  dan mangrove yang  masih terjaga. Untuk memancing ikan tak perlu jauh- jauh. Di kawasan pantai desa ini saja   mendapatkan  berbagai jenis ikan. Tetapi sekarang  nelayan di desa Guruapin  harus keluar mengail ikan sampai bermil-mil. Untuk itu katanya upaya perlindungan ini mutlak diperukan untuk mengembalikan kondisi  yang ada  seperti semula.

Sementara Junaidi Salim dari Komunitas Pencinta Mangrove yang hadir dalam pertemuan itu, menyampaikan bahwa upaya  mengumpulkan bibit secara mandiri  dan menanamnya dalam dua tahun ini,  perlu  ada perlindungan. Sebelum  dibuat  Perdes  untuk perlindungan yang  mengikat seluruh masyarakat,  dia menyarankan  pemerintah desa  membuat semcam papan pengumuman  larangan  merusak mangrove terutama yang mereka telah tanam. Ini karena penanaman yang mereka lakukan banyak yang dirusak.

“Kami menyarankan  pemerintah desa segera membuat papan larangan agar tidak merusak dan mengambil mangrove yang telah kami tanam. Ini sangat penting untuk perlindungan awal,” ujar Junaidi. Apa yang disampaikan pihak komunitas ini langsung direspon Kades dan meminta segera dibuat beberapa papan pengumuman dan poster untuk melindungi kawasan yang telah ditanami mangrove.  

Junaidi juga mengingatkan perlu segera dipikrikan upaya  mengatasi adanya eksploitasi mangrove sebagai  bahan kayu bakar  rumah  maupun   pengambilan mangrove  untuk kegiatan ekonomi lainnya.

“Kayu mangrove ini sudah digunakan turun temurun.  Ada yang untuk kayu bakar, bahan bangunan rumah sampai  dijual. Ini persoalan pelik yang perlu dipikirkan jalan keluarnya, sebelum  dibuat Perdes ini,” ujarnya. Masukan ini  menjadi bahan masukan untuk penyusunan Perdes nanti.

Sekadar diketahui kawasan pulau-pulau kayoa kaya dengan mangrove. Meski begitu mangrove  juga banyak dieksploitasi untuk kebutuhan rumah tangga. Sayangnya sepanjang tahun belum ada penananaman ulang pasca diambil. Karena itu di beberapa lokasi di daerah ini mangrove-nya sudah mulai berkurang bahkan mengalami kerusakan. “Di desa Guruapin yang dulu kawasan pantainya    ditumbuhi mangrove, kini telah hilang,”kata M Rahmi yang juga tokoh masyarakat desa Guruapin.  (*)

  • Penulis:

Rekomendasi Untuk Anda

  • Selamatkan Air Tanah, Tanam Sagu dan Buat Sumur Resapan

    • calendar_month Rab, 9 Mar 2022
    • account_circle
    • visibility 140
    • 0Komentar

    Anggota Komunitas Save Ake Gaale sedang menyiapkan bibit

  • Kolaborasi Bahas Lingkungan, Lahir Gagasan Ecoteologi  

    • calendar_month Sel, 28 Feb 2023
    • account_circle
    • visibility 140
    • 0Komentar

    Sejumlah kelompok masyarakat yang tergabung dalam  Komunitas Eco Enzyme, Orwil Ikatan Cendekiawan Muslim Se Indonesia (ICMI) Maluku Utara, dan Forum Diskusi Insan Cita (FORDISTA)  menggelar diskusi  membahas problem lingkungan yang  kian hari kian  ruwet di daerah ini. Diskusi bertema, Permasalahan, Solusi dan Kebijakan Pengelolaan Ekologi di Kota Ternate  ini  dikemas dalam Diskusi Serial Collaborative Discourse  […]

  • Perampasan Ruang Laut Marak, BRIN Ajak Kolaborasi Keilmuan

    • calendar_month Sab, 24 Mei 2025
    • account_circle
    • visibility 416
    • 1Komentar

    Beberapa dekade terakhir, pesisir dan laut menjadi arena perebutan kepentingan yang tidak seimbang antara pemegang kuasa ekonomi-politik dan komunitas pesisir yang menggantungkan hidupnya dari laut. Fenomena ini dikenal sebagai coastal and marine grabbing – praktik perampasan ruang laut. Berapa besar dampak bagi komunitas tempatan dan ekosistem pesisir dan laut saat ini? Organisasi Riset Ilmu Pengetahuan […]

  • Sungai Sagea Nasibmu Kini, Keruh Belum Usai   

    • calendar_month Rab, 6 Sep 2023
    • account_circle
    • visibility 1.653
    • 2Komentar

    6 September 2023 “Emas Coklat” Mengalir Sampai Jauh Kuning kecoklatan air sungai Sagea dan kawasan sungai Boki Moruru di Desa Sagea Weda Halmahera Tengah Maluku Utara, yang ditengarai terjadi sejak April 2023 lalu belum juga usai. Informasi yang dihimpun kabarpulau.co.id/ dari lapangan  Selasa pagi, air sungai Sagea kembali keruh setelah sempat bersih beberapa hari.   […]

  • Nelayan Tidore Bakar Sate Tuna Terbanyak di Dunia  

    • calendar_month Sen, 11 Des 2023
    • account_circle
    • visibility 179
    • 3Komentar

    Peringatan Hari Nusantara (Harnus) yang jatuh pada  13 Desember 2023 ini dipusatkan di Kota Tidore Provinsi Maluku Utara. Acara ini diisi berbagai kegiatan.  Salah satunya  Bakar Sate Ikan Tuna terbanyak.Kegiatan ini termasuk salah satu agenda yang masuk  catatan rekor Museum Rekor Indonesia (MURI). Bakar sate ikan tuna yang dilaksanakan Senin (11/12/2023) itu dipusatkan di  Kelurahan […]

  • Ini Penjelasan Masyarakat Speleologi Indonesia Soal Bokimoruru

    • calendar_month Kam, 7 Sep 2023
    • account_circle
    • visibility 222
    • 1Komentar

    Masyarakat Speleologi Indonesia (MSI) yang memiliki spesifikasi keilmuan mempelajari gua termasuk  proses pembuatan dan lingkungannya   melihat kasus di Sungai Sagea dan Goa Bokimoruru  penting diberitanggapan. Melalui rilis MSI yang diterima kabarpulau.co.id/ Kamis (7/9/2023) menyampaikan  bahwa Gua Bokimoruru adalah Salah Satu Sistem Gua Sungai Bawah Tanah Terpanjang  di Indonesia. Gua  di Pulau Halmahera itu  saat ini tercemar  diduga […]

expand_less