Breaking News
light_mode
Beranda » Kabar Kampung » Bahasa Kayoa Terancam Punah

Bahasa Kayoa Terancam Punah

  • account_circle
  • calendar_month Sel, 28 Mar 2023
  • visibility 206

Turut Dibahas Saat Gelar Sosialisasi 4 Pilar Kebangsaan  

Beberapa bahasa daerah di Maluku Utara alami ancaman kepunahan.Salah satunya adalah Bahasa Kayoa di Halmahera  Selatan. Bahasa serumpun dengan Makeang ini lambat laun tidak lagi digunakan saat berkomunikasi di kampung ini. Setidaknya hal ini juga mengemuka saat digelar Sosialisasi Empat Pilar Kebangsaan yang dilaksanakan oleh DPRD Provinsi Maluk Utara Sabtu (25/3/2023) akhir pekan lalu.

Kegiatan ini sendiri sebagai bentuk menguatkan pemahaman masyarakat dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.    Wakil Ketua DPRD Maluku Utara M Rahmi Husen  saat menyelenggarakan kegiatan  ini  turut   menghadirkan  pembicara yang menjelaskan kepada masyarakat  pentingnya pemahaman Pancasila, UUD 45, Negara Kesatuan Republik Indonesia  dan Bhineka Tunggal Ika.

Ali Lating  Dosen Ilmu Politik  Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Muhammadiyah, memaparkan beberapa hal menyangkut menifestasi Pancasila  dari keseharian  masyarakat.

Sosialisasi   yang  antusias diikuti warga tersebut, Ali menyebutkan bahwa saripati Pancasila sebenarnya sudah dijalankan masyarakat secara turun -temurun sejak Indonesia belum terbentuk sebagai sebuah negara kesatuan. Hal ini perlu tetap dijalankan dan dipertahankan dalam kehidupan sehari hari. Menurutnya, nilai nilai Pancasila sebenarnya sudah dipraktekan sejak nenek moyang bangsa Indonesia termasuk yang    ada di Kayoa ini.   “Manifestasi  Pancasila itu sudah turun temurun. Nilai nilainya  sudah tertanam dalam perilaku masyarakat,” jelasnya.  

Sebelumnya, M Rahmi Husen yang berbicara  mengawali  sosialisasi tersebut, menyampaikan kekuatiraanya atas perkembangan generasi di kampung  Guruapin Kayoa. Misalnya terkait  penggunaan bahasa daerah sebagai kekayaan budaya dan tradisi setempat yang cenderung ditinggalkan, tidak lagi digunakan warga terutama anak muda.

“Bahasa Daerah itu alat komunikasi antar masyarakat yang majib dijaga dan dilestarikan.Generasi muda Guruapin Kayoa   mestinya mempertahankan bahasa daerahnya  sebagai bahasa ibu. Karena  akan menjadi  identitas  orang Kayoa,” cecarnya.

Dia lantas kuatirkan kepunahan bahasa ini bisa terjadi. Tanda tandanya juga sudah nyata. Dia cotohkan anak di bawah 15 tahun tidak bisa lagi menggunakan bahasa daerah dalam  keseharian maupun berkomunikasi antar mereka. “Itu artinya tidak lama lagi 20 sampai 30 tahun  ke depan penutur  bahasa  Kayoa akan hilang. Ini menyedihkan dan sangat disesalkan. Perlu dicari jalan keluarnya,”harapnya. Caranya dimulai dari rumah,  orang tua selalu membiasakan anak mereka menggunakan bahasa daerah dalam komunikasi. Dia bilang  tidak boleh  dianggap sepele karena cepat atau lambat bahasa daerah  Kayoa  akan hilang.

Kesempatan ini warga turut mempertanyakan beberapa fasilitas pembangunan di desa ini yang juga  urgen  segera dipikirkan solusinya untuk segera dibangun. Fasilitas itu berupa ketiadaan lapangan sepak bola. Padahal daerah ini  selama ini jadi penyuplai bibit pemain bola, baik local maupun di kancah  nasional. (*)

  • Penulis:

Rekomendasi Untuk Anda

  • Kiprah KTH Ake Guraci Marikurubu Ternate

    • calendar_month Sel, 2 Feb 2021
    • account_circle
    • visibility 194
    • 3Komentar

    Bibit yang siap ditanam di lokasi izin KTH Ake Guraci Marikurubu/foto FB Juliaty Rahma Tuhulel

  • Mengunjungi Mayau, Pulau Terluar Kota Ternate (1)

    • calendar_month Sen, 4 Sep 2023
    • account_circle
    • visibility 385
    • 1Komentar

    Merekam Masalah Infrastruktur hingga Layanan Dasar    Kamis (24/8/2023) lalu saya berkesempatan  mengunjungi Pulau Mayau di Kecamatan Batang Dua. Pulau ini secara adminstratif berada di wilayah pemerintahan Kota Ternate Provinsi Maluku Utara. Di kecamatan ini ada dua  pulau yakni Mayau dan Tifure  dengan 6 kelurahan. Di Pulau Mayau ada 4 kelurahan.Sementara di Tifure ada dua […]

  • Tumbuhnya Tambang, Tumbangnya Pulau

    • calendar_month Jum, 30 Mei 2025
    • account_circle
    • visibility 394
    • 0Komentar

    Oleh: Herman Oesman Dosen Sosiologi FISIP UMMU Pulau-pulau kecil di Indonesia telah lama menjadi ruang hidup masyarakat pesisir yang menggantungkan kehidupan pada laut, hutan, dan tanah. Namun, dalam dua dekade terakhir, pesona kandungan mineral yang terkubur di dalam perut bumi pulau-pulau itu menjelma menjadi kutukan. Ekspansi tambang besar-besaran yang didorong oleh kepentingan ekonomi nasional justru […]

  • Korban Lakalaut Tinggi, Butuh Kolaborasi Penanganan

    • calendar_month Ming, 5 Feb 2023
    • account_circle
    • visibility 160
    • 1Komentar

    Ketua POSSI dan SAR Ternate didampingi Danlanal Ternate menunjukan isi MoU yang telah ditandatantangani foto M Ichi

  • Senjakala Hutan dan Lahan di Maluku Utara

    • calendar_month Sen, 19 Okt 2020
    • account_circle
    • visibility 354
    • 0Komentar

    WALHI: 2019 Malut Kehilangan 7.041 Ha Hutan Primer Maluku Utara terdiri dari pulau-pulau. Ada yang menyebut jumlahnya 805, dimana  berpenghuni  85 pulau  dan tak berpenghuni  723 pulau. Ada  juga data yang menyebutkan  jumlah pulau di Maluku Utara  ada1474. Dari jumlah itu 89 berpenghuni dan 1385 tidak berpenghuni.  Terlepas dari data jumlah pulau yang masih diperdebatkan, […]

  • 14 Lurah di Ternate Utara Jadi Mahimo Gam   

    • calendar_month Sel, 16 Agu 2022
    • account_circle
    • visibility 218
    • 1Komentar

    Ternate  dikenal sebagai negeri   adat  se atorang. Karena itu segala sesuatu mestinya berdasar pada ketentuan yang diatur  oleh adat seatorang di Kesultanan Ternate.  Dalam hal perangkat dan struktur pemerintahan baik penamaan dan penyebutannya  sudah saatnya mengikuti   pada adat se-atorang  di kesultanan Terante tersebut.  Setidaknya,  hal ini   kemudian,   14 lurah di Kota Ternate Utara, dikukuhkan sebagai […]

expand_less