Breaking News
light_mode
Beranda » Kabar Kota Pulau » Ini Cara Komikus Muda Kalesang Ternate

Ini Cara Komikus Muda Kalesang Ternate

  • account_circle
  • calendar_month Rab, 2 Jun 2021
  • visibility 156

Kritisi Kesadaran Sampah, Laut Kotor hingga Masalah Sosial

Sabtu (29/5) sekira pukul 16.30 WIT,  14 komikus muda Ternate  duduk  bersila di sebuah ruangan di situs sejarah Benteng Oranye. Mereka yang rata-rata mahasiswa  dan beberapa yang sudah lulus kuliah itu,  mendengar masukan dari salah curator komik yang juga  pelukis  di Ternate Fadriah Suaib. Fadriah  menjelaskan bagaimana memvisualisasikan sebuah isyu dari narasi menjadi gambar yang menarik dalam bentuk kritik. Terutama berhubungan dengan isyu-isyu lingkungan.

Diskusi sore itu  adalah rangkaian dari kegiatan pameran sepekan yang digelar Komunitas Komikus Ternate (KOKONATE).  Komunitas yang beranggotakan 24 anak muda itu menggelar pameran  pada 22 hingga 29 Mei lalu. Pameran  Komik yang  digelar pertama kalinya di Ternate dan Maluku Utara ini, diramaikan 14 komikus  dengan   30 karya komik yang rata- rata berisi kritik dan sentilan pedas  beragam persoalan.

Mengangkat tema besar Kalesang atau peduli dalam Bahasa Ternate, mereka mengkritisi beberapa persoalan kota terutama lingkungan dan masalah social yang mendera. Karya-karya yang ditampilkan sebagian besar menyoal  kritisnya persoalan lingkungan yang dihadapi Ternate dan Maluku Utara umumnya. Dari pengelolaan sampah yang bermasalah, laut yang kotor,  reklamasi, hingga soal anak muda dan infrastruktur yang disalahgunakan.  Khusus masalah lingkungan di Kota Ternate, ada beberapa persoalan besar yang menjadi kritik melalui visual itu. Misalnya  sampah plastik,  dan laut yang kotor serta dampaknya bagi biota laut.Hal ini banyak dikritisi karena sangat dekat dan bisa disaksikan terjadi  setiap saat di berbagai tempat di kota ini.

Foo bersama para komikus di arena pameran

Soal sampah misalnya, kritik visual itu banyak ditunjukan pada kesadaran masyarakat yang masih minim.   Terutama yang terjadi di dalam lingkungan para komikus masing masing.Di sekolah, di rumah bahkan di tempat umum kesadaran warga membuang sampah dengan benar sulit diterapkan. Karya kritis mereka juga menyasar persoalan laut saat ini yang sudah mulai tercemar oleh sampah plastic. Nadya Salsabila salah satu komikus  muda  siswi SMA kelas III  di Kota Ternate misalnya mengangkat tema tentang sampah, membuat kritik visual di sebuah sekolah  berdasarkan pengalaman pribadinya. Di mana di sekolah sebagai pusat pendidikan. Bagi dia kesadaran para siswa terkait sampah juga begitu minim.  

“Di  karya ini  menampilkan seorang siswa yang membuang sampah sembarangan di halaman sekolah.  Ketika ditegur petugas kebersihan di sekolah itu, dengan santai siswa itu mengatakan bahwa kebersihan sekolah itu adalah tugas cleaning service. Kasus seperti ini banyak terjadi di sekolah,” kata Nadya. Kritik ini juga sebenarnya berhubungan dengan kesadaran masyarakat dalam   menangani sampah.

Dalam karya laut telah tercemar sampah plastik, sebuah visual  memperlihatkan   bagaimana sampah plastic telah menjadi ancaman serius bagi kehidupan biota laut dan manusia. Karena itu dibutuhkan kesadaran   penuh untuk menangani masalah  sampah laut  saat ini.Berjudul Sea Plastic Karya Syam salah satu komikus  adalah contoh dari perilaku manusia mengotori laut dengan sampah plastik. Akhirnya hewan laut ikut menjadi korban. Penyu dan ikan mati karena plastic.  

Kritik menarik dari karya visual   dalam pemeran ini juga digambarkan oleh Botania M Ways berjudul Return. Karya Botania  ini mengingatkan kepada publik bahwa sampah plastic yang dibuang secara serampangan bisa saja kembali kepada kita. Pasalnya ketika sampah plastic  dibawa ke laut   akan dimakan oleh  biota laut dan kemudian biota terutama ikan kecil dan plankton   dimakan oleh ikan besar. Ketika  ikan   besar  dipancing nelayan dan dijual di pasar, bisa saja dibeli oleh orang yang membuang sampah plastic tersebut dan mengkonsumsinya. Ikan yang sebenarnya telah mengkonsumsi  mikroplastik itu  sangat berbahaya bagi kesehatan. “Judul komik return sebenarnya ingin mengingatkan  bahwa ternyata sampah plastic yang dibuang sembarangan itu suatu saat bisa kembali mengancam diri sendiri  atau juga keluarga. Pasalnya, sampah   plastic yang kita buang sembarangan jika  dibawa banjir ke laut lama kelamaan  dimakan ikan. Jika ikan dipancing nelayan  kemudian kita beli  dan  konsumsi   menjadi sumber panyakit bagi tubuh,” jelas Botania.   

Komik Berjudul Return karya Botania M Ways

Ketua Kokonate Aswin AIyas mengaku pameran ini pertama kalinya digelar  di Ternate dengan tema besar Kalesang atau peduli. Lebih mengangkat   keresehan yang dialami oleh komikus itu sendiri. Kebetulan katanya para komikus kali ini mengangkat isyu yang   lebih menyentuh persoalan persoalan lingkungan terutama di Ternate.  “Kebanyakan anak- anak KOKONATE lebih  menyuarakan isyu-isyu lingkungan, penyampaiannya juga lebih soft. Jadi ketika orang masuk melihat pameran kami, masih bisa senyum walaupun sebenarnya persoalan yang kami kritisi itu tajam dan menohok,” jelas Aswin.

Komunitas   yang  terbentuk  4 tahun  lalu itu   mengangkat tema Kalesang, sebenarnya sebagai bagian dari kepedulian  pada kota ini, baik  masalah lingkungan atau social yang dihadapi. Harapanya  kritik yang dilontarkan ini semoga bisa mendapat perhatian semua pihak termasuk pemerintah sebagai pengambil kebijakan.  “Intinya kami membaca persoalan kota melalui komik. Mungkin ini cara baru membaca kota. Selama ini orang mengkritisi lewat tulisan dan aksi jalanan. Kami mencoba dengan  cara yang lain yakni lewat komik,”ujarnya. (*)   

  • Penulis:

Rekomendasi Untuk Anda

  • WALHI: Investasi Massive Mengarah ke Timur

    • calendar_month Kam, 24 Mar 2022
    • account_circle
    • visibility 131
    • 0Komentar

    Ancaman Serius  Pesisir dan Pulau Kecil di Maluku Utara Provinsi Maluku Utara yang sebagian besar wilayahnya berupa laut, memiliki 856 buah pulau. Dari jumlah itu ada pulau yang tergolong besar seperti Halmahera (18.000 Km2 ) dan pulau-pulau yang ukurannya relatif sedang yaitu  Pulau Obi (3.900 Km2 ),  Pulau Taliabu (3.195 Km2 ), Pulau Bacan (2.878 […]

  • 9 Ekor Paruh Bengkok Pulang ke Halmahera

    • calendar_month Kam, 30 Sep 2021
    • account_circle
    • visibility 158
    • 0Komentar

    Burung burung tersebut saaat diangkut menuju Halmahera

  • “Oji” Si Yakis Bacan akan Dikembalikan ke Alam Liar

    • calendar_month Rab, 10 Mar 2021
    • account_circle
    • visibility 320
    • 0Komentar

    Seekor monyet atau “yakis Bacan” berjenis kelamin laki-laki yang dipelihara oleh salah satu warga Guraping Kecamatan Oba Kota Tidore Kepulauan, akhirnya diamankan pihak petugas Taman Nasional Ake Tajawe Lolobata. Yakis Bacan ini   selanjutnya diserahkan ke Balai Konservasi Sumber daya Alam (BKSDA) untuk dirawat sebelum dilepas ke alam liar. Pengambilan  satwa dilindungi ini dilakukan petugas dari […]

  • Suara Lirih Petani Kakao Pulau Bacan

    • calendar_month Kam, 9 Nov 2023
    • account_circle
    • visibility 242
    • 0Komentar

    Busuk Buah Bertahun-Tahun, Tak Digubris Pemerintah? Hari sudah agak siang Rabu (31/10/2023). Meski begitu di bawah perkebunan kakao yang ditumpangsarikan kelapa dan pala berjarak kurang lebih satu kilometer dari Panamboang Bacan Selatan Pulau Bacan itu terasa sejuk.     Jarum jam menujukan sekira pukul 11.20 WIT. Saif Bakar (49) sibuk mengumpulkan satu per satu buah kakao […]

  • Ini Cara Mendorong Warga Memetakkan Wilayah Adatnya

    • calendar_month Kam, 26 Jul 2018
    • account_circle
    • visibility 143
    • 0Komentar

    AMAN- Burung Indonesia dan CEPF Latih Masyarakat Adat Warga terutama kelompok masyarakat adat perlu didorong melakukan pemetaan wilayah kelolanya, termasuk  agar mereka bisa mengetahu klaim wilayah adatnya. Upaya ini memerlukan pelatihan atau training  pemetaan wilayah kelola mereka,    Dengan pemetaan itu juga masyarakat adat  bisa melakukan  proses penyatuan, mencatat dan mengesahkan pengetahuan tradisional yang  sudah tumbuh dalam […]

  • Kelompok Tani Hutan di Tidore Kembangkan Minyak Kelapa

    • calendar_month Rab, 20 Jan 2021
    • account_circle
    • visibility 171
    • 0Komentar

    Tulisan Kiriman  Andy Taufik Marasabessy Dishut Malut Sumberdaya kelapa yang melimpah di bumi Maluku Utara menjadi berkah. Selain dibuat kopra juga diolah menjadi minyak kelapa kampong. Seperti yang dilakukan Kelompok Tani Hutan (KTH)   Balibunga Lestari Kelurahan Rum  Kota Tidore. Mereka mengolah buah kelapa menjadi minyak. Dari hasil olahannya   dijual ke pasar serta dikonsumsi. Untuk pengembangan […]

expand_less