Breaking News
light_mode
Beranda » Opini » Pulau  Kecil  Meradang  Karena  Ditambang 

Pulau  Kecil  Meradang  Karena  Ditambang 

  • account_circle
  • calendar_month Jum, 19 Jan 2024
  • visibility 355

Penulis Dr. Abdul Motalib Angkotasan, S.Pi, M.Si

Dosen Ilmu Kelautan Universitas Khairun Ternate

Kepulauan Indonesia sangat indah, memiliki pulau dengan beragam morfogenesa dan ukuran. Menurut Bengen et al (2014) berdasarkan morfogensa, pulau kecil di Indonesia terdiri dari pulau vulkanik, pulau tektonik, pulau teras terangkat, pulau alluvium, pulau petabah, pulau teras terangkat, pulau karang, dan pulau genesis campuran.

Berdasarkan ukuran terbagi menjadi pulau besar, pulau kecil dan pulau sangat kecil. Pulau kecil adalah pulau dengan luasan kurang dari 2000 km, di dalamnya terdapat berbagai macam flora dan fauna. Di wilayah pesisir pulau kecil terdapat vegetasi lamun (sea grass), vegetasi hutan mangrove, dan vegetasi pascaprea.

Di darat terdapat Perkebunan warga dan berbagai macam jenis kayu yang berkontribusi dalam menyumbang potensi forestry di pulau kecil. Pertanyaan kemudian, apa yang akan terjadi jika pulau kecil dieksploitasi menjadi kawasan pertambangan?.

Akibat apa saja yang akan timbul sebagai dampak dari eksploitasi pulau kecil tersebut?

Sudah pasti pulau kecil akan meradang karena di tambang. Pertambangan selalu menyisakan luka dalam bagi pulau kecil, bukan hanya sumberdaya yang rusak tapi kehidupan masyarakat yang menghuni pulau kecil juga mengalami berbagai krisis. Ekosistem di darat rusak, ekosistem pesisir dan laut hancur, air bersih sulit, dan mencari ikan semakin jauh. Pada akhrinya masyarakat tetap miskin.

Eksploitasi Tambang

Praktek eksploitasi tambang umumnya dilakukan secara terbuka (open mining). Aktivitas ini akan membabat seluruh vegetasi. Vegetasi mangrove (bakau.red) dan pascaprea di pesisir habis  untuk pembangunan kawasan industri. Vegetasi hutan di darat diratakan dengan tanah karena material tambang harus diambil.

Alhasil, puncak perbukitan pulau kecil menjadi gundul dan daratan pesisir menjadi gersang. Padahal kawasan hutan ini adalah penyangga pulau kecil. Berperan sebagai penyerap air ketika hujan buat penyediaan air tanah bagi masyarakat pesisir. Hutan mangrove adalah penyangga alami yang baik untuk menghindari pulau kecil dari abrasi pantai dan sedimentasi. Melindungi Pantai dari ancaman gelombang dan masuknya material daratan yang dapat merusak eksositem lamun dan ekosistem terumbu karang. 

Dampak

Perlu diingat bahwa pulau kecil punya daya dukung kawasan yang terbatas. Jika dieksploitasi seperti dijadikan kawasan pertambangan baik nikel, emas, dan gas maka pulau kecil terancam rusak berat. Terdapat tujuh dampak utama yang akan ditimbulkan sebagai akibat dari ekpsloitasi tambang di pulau kecil.

Pertama, kerusakan hutan pesisir dan darat.  Pengambilan material tambang di darat sudah pasti menghancurkan ekosistem hutan. Kayu yang berumur ratusan tahun dibabat buat mengambil material didalam tanah. Alhasil, pulau yang tadinya hijau menjadi kekuningan karena sudah gundul. Padahal hutan inilah yang member suplai air tanah kepada masyarakat. Pada akhirnya masyarakat akan krisis air.

Kedua, pencemaran air tanah. Hutan sebagai penyangga sudah dihabisi, serapan material tidak bisa lagi dibendung. Ketika hujan, material tambang akan mengalir sampai ke pusat air bersih warga. Akibatya sumber air bersih akan tercemar.

Ketiga, tingginya laju sedimentasi. Material sisa penambangan akan teraliri ke wilayah pesisir yang disebut dengan run off. Dalam kurun waktu yang lama maka akan terjadi sedimentasi, buktinya dapat dilihat jika ada pendangkalan di wilayah pesisir.

Keempat, menurunya kualitas perairan. Material dari daratan yang merupakan dampak dari eksploitasi tambag sudah pasti bermuara ke laut. Material tersebut akan berkontribusi menurunkan kualitas perairan. Misalnya, material tersuspensi yang membuat perairan keruh.

Kekeruahan ini adalah salah satu indicator rendahnya kualitas perairan akibat tingginya material tersuspensi (Total Suspended Solid/TSS). Di sisi lain bisa jadi nilai Nitrat, Pospat dan Silika di perairan pun melampaui baku mutu dan menjadi indicator menurunya kualitas perairan.

Kelima, kerusakan ekosistem. Ekpsloitasi tambang di darat dan pembangunan kawasan industri pesisir bisa dipastikan merusak ekosistem. Ekosistem mangrove di pesisir misalnya, ditebang untuk area perkantoran dan industri. Material tambang dari darat yang masuk ke perairan akan merusak ekosistem lamun dan ekostem terumbu karang. Padahal, ketiga ekosistem ini adalah ekosistem utama pesisir dan laut di pulau kecil yang menjadi penyangga hidup masyarakat. 

Keenam, krisis pangan. Hutan gundul air tanah bermaslah, krisis ekologi di darat dan di laut akan berdampak pada krisis pangan. Masyarakat pulau kecil hidup mengandalkan hasil dari tangkapan ikan dan perkebunannya. Jika ekosistemnya mengalami krisis, akan berujung pada krisis pangan bagi masyarakat pulau kecil.

Ketujuh, kemiskinan masyarakat pulau kecil. Jika pendapatan masyarakat terganggu, ditambah lagi dengan krisis air yang dihadapi maka kemiskinan menjadi suatu keniscayaan. Saat ini, masuknya perusahaan tambang memberikan bantuan dan juga pembayaran ganti rugi tanah misalnya. Tapi uang yang didapat tidak akan bertahan lama. Sudah pasti lima sampai sepuluh tahun ke depan, dipastikan masyarakat kita akan mengalami kemiskinan.

Solusi

Langkah solutif harus segera diambil oleh pemilik kuasa di negeri ini. Beberapa solusi alternatif yang bisa dilakukan adalah : Pertama, hentikan aktivitas penambangan. Pertambangan di Pulau Kecil harus dihentikan  untuk menyelamatkan ekosistem dan masa depan masyarakat di Pulau Kecil. Kegiatan ini hanya memperkaya elit, memiskinan rakyat jelata.

Kedua, restorasi dan rehabilitas ekosistem. Pemerintah harus memastikan perusahaan memulihkan kembali ekosistem yang sudah rusak. Hutan yang dibabat, terumbu karang yang rusak harus direstorasi. Ketiga, menyediakan alternative mata pencaharian masyarakat. Pemerintah daerah harus merumsukan langkah-langkah solutif dengan menyediakan pekerjaan alternative bagi masyarakat lingkar tambang di pulau kecil.  Memberikan bantuan permodalan dan alat tangkap modern kepada nelayan agar bisa mencari ikan lebih jauh.

Pengambil kebijakan di negeri ini harus memilih posisinya, apakah bersama rakyat atau bersama yang punya tambang. Pemilik kuasa di negeri ini jangan cawe cawe lalu mengorbankan rakyatnnya sendiri. Jika ingin bersama rakyat, maka tambang di pulau kecil harus dihentikan. Masyarkat pulau kecil berharap keberpihakan pemerintah daerah dan masyarakat sipil untuk berjuang bersama menghadapi permasalahan ini.

 Jangan biarkan masayarakat berjuang sendiri. Mereka adalah anak negeri ini dan keluarga besar kita. Mari bersama satukan niatan tertinggi kita untuk mencari solusi atas permasalahan tambang di pulau kecil. Semoga bangsa ini terbebas dari aktivitas pertambangan di pulau kecil.

  • Penulis:

Rekomendasi Untuk Anda

  • Kawasan Segitiga Terumbu Karang  Didorong  Dapat  Pendanaan Berkelanjutan  

    • calendar_month Ming, 14 Sep 2025
    • account_circle
    • visibility 215
    • 0Komentar

    Sejumlah Negara termasuk Indonesia yang masuk kawasan segitiga terumbu karang dunia mendapat perhatian khusus. Perhatian itu salah satunya adalah dalam bentuk pendanaan berkelanjutan. Saat ini Pemerintah Indonesia melalui Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) mendorong penguatan skema pendanaan berkelanjutan sebagai langkah strategis mencapai tujuan Regional Plan of Action (RPOA) 2.0 Coral  Triangle Initiative on Coral Reefs, […]

  • Pemerintah Sudah Tetapkan Acuan Harga Ikan  

    • calendar_month Rab, 1 Mar 2023
    • account_circle
    • visibility 301
    • 1Komentar

    Pendaratan Ikan di Pelabuhan Perikanan Dufa dufa Ternate foto M Ichi

  • Soal Sungai Sagea, Ini Hasil dari Tim Udara dan Darat

    • calendar_month Kam, 7 Sep 2023
    • account_circle
    • visibility 265
    • 1Komentar

    Ahli Geologi Sarankan Tunggu Uji Lab Kimia Air Komunitas Save Sagea yang mengawal bencana tercemarnya sungai Sagea menjelaskan bahwa  setelah tim investigas lakukan tugasnya,  di mana tim yang merupakan gabungan masyarakat pemerintah  yang turun lapangan belum punya kesimpulan apa pun. Baik yang lakukan pemantauan melalui udara dengan  heli maupun melalui perjalanan darat. Adlun Fikri Juru […]

  • Aksi Hari Tani, Desak Wujudkan Reforma Agraria

    • calendar_month Sel, 26 Sep 2023
    • account_circle
    • visibility 172
    • 1Komentar

    Peringatan Hari Tani yang diperingati setiap  24 September  diperingati juga oleh Wahana Lingkungan Hidup (WALHI) Maluku Utara bersama sejumlah organisasi gerakan mahasiswa  di Maluku Utara. Perayaan Hari Tani 2023 yang bertepatan dengan 63 tahun kelahiran UU Nomor 5/1960 tentang Undang–undang pokok Agraria (UUPA) itu, para aktivis turut menyuarakan  berbagai ketimpangan terkait persoalan agraria di daerah […]

  • Hutan dan Laut  Malut Makin Terancam

    • calendar_month Sab, 23 Apr 2022
    • account_circle
    • visibility 195
    • 1Komentar

    Salah satu peserta aksi Hari Bumi yang membawa Pamflet berisi pesan Jaga Laut Maluku Utara foto M Ichi

  • Hemiscyllium halmahera Terancam, Perlukah Perlindungan?  

    • calendar_month Rab, 22 Jun 2022
    • account_circle
    • visibility 285
    • 0Komentar

    Hemyscillium-halmahera yang-ditemukan-di-laut-Ternate-foto-Nasijaha-Dive Center

expand_less