Breaking News
light_mode
Beranda » Kabar Kampung » Produksi Sagu Melimpah, Butuh Bantuan Pemasaran

Produksi Sagu Melimpah, Butuh Bantuan Pemasaran

  • account_circle
  • calendar_month Sab, 13 Feb 2021
  • visibility 314

Banyak sumberdaya hutan bisa dimanfaatkan. Terutama dalam memenuhi kebutuhan pangan. Salah satunya  pohon sagu yang tumbuh di sekitar kawasan hutan. Ternyata,  jika diolah dan diproduksi besar besaran tidak hanya dikonsumsi di tingkat rumah tangga, tetapi menjadi sumber  pendapatan petani.   

Seperti dilakukan Kelompok Tani Hutan (KTH) Mandiri Sejati Kelurahan Aketobato Loleo Kota Tidore Kepulauan ini. Mereka mengelola hutan sagu  di belakang kampong   menjadi sumber makanan sekaligus menambah penghasilan  anggota  kelompok tani.  

Anggota Kelompok KTH sedang meremas pokok sagu, foto Rusdiyanti KPH

Pasalnya dari  produksi sagu yang mereka hasilkan tidak hanya dijual dalam bentuk tepung mentah, tetapi diolah menjadi lempengan sagu yang siap disantap, ke masyarakat  desa hingga tetangga kampong.  Bahkan sampai ke  Pulau  Tidore.  

“Mereka saat ini menghasilkan 50 tumang (tempat tepung sagu dari daun rumbia,red)  dalam sekali produksi,” jelas Penyuluh Kehutanan Pendamping Rusmiyanti Dano Yamin kepada kabar pulau.co,id. Kelompok tani hutan yang beranggotakan 15 orang itu semua mengolah sagu.  

Dari hasil sagu yang ada kemudian istri-istri  mereka mengolah  menjadi sagu lempeng meskipun  tidak semua diolah  jadi lempengan sagu.   

Kelompok tani ini, mengelola hutan sagu di areal tak jauh dari kampong. Saat ini potensi pohon sagunya masih   banyak tetapi  butuh peremajaan  untuk menjaga  kelestarian pohon sagu yang diproduksi setiap saat tersebut.

Pokok sagu yang selesai digiling dan siap diremas. foto Rusdiyanti/KPH Tikep

Rusmiyanti bilang, dari hasil produksi sagu itu kebanyakan masih dijual di tingkat lokal. Meski demikian sudah mulai ada pedagang pengumpul yang masuk membeli dan menjualnya  lagi ke Kota Tidore Kepulauan, terutama tepung sagu.  Untuk satu tumang sagu biasanya dijual Rp100 ribu hingga Rp120 ribu.

Untuk penjualannya  mereka sangat butuh sentuhan dari pemerintah terutama dalam hal pemasaranya. Pasalnya saat ini masyarakat  terutama kelompok tani sangat butuh  sagu yang dihasilkan bisa dipasarkan sampai ke luar daerah.  Di kampong tersebut belum ada  koperasi atau instansi pemerintah  yang ikut memfasilitasi dan bantu memasarkan hasil produksi mereka.

Proses bakar sagu menggunakan forno, foto Rusdiyanti, KPH Tikep

Meski demikian menurut Rusmiyanti, ada rencana dari KPH membantu mengambil produk  KTH  untuk dibantu dipasarkan.  

Dalam hal produksi  para petani sebenarnya membutuhkan perhatian pemerintah daerah kota  Tidore Kepulauan.  Terutama kebutuhan  alat angkut hasil. Pasalnya    ketika proses tepung sudah diisi ke dalam  tumang saat diangkut ke kampong butuh alat  alat angkut memadai. 

“Mereka sangat butuh kendaraan roda tiga semacam motor merek Kaisar yang bisa  angkut hasil sagu ke kampong.  Anggota KPH sangat  butuh   alat angkut.  ,” jelas Rusmiyanti .

Selain itu, hasil produksi mereka terutama untuk tepung sagu olahan dalam bentuk sagu lempeng baru dipasarkan di tingkat rumah tangga belum bisa masuk sampai ke toko dan supermarket. Hal ini katanya butuh pendampingan juga dari pemerintah daerah agar hasil produk olahan tepung sagu yang telah dikelola  tidak hanya dipasarkan di  sekitar desa tetapi bisa  masuk sampai Ternate dan Tidore terutama toko maupun  pasar.

Lempengan Sagu yang telah dibakar

“Mereka juga butuh semacam pelatihan dari Perindag Provinsi membantu melatih pembuatan sagu lempeng  yang bisa  dijual ke pasar  yang lebih luas,” ujarnya.

KPH sendiri berencana mendamping mereka membantu  melatih kelompok tani membuat kemasan produk.   

Irisan lempengan sagu yang telah ditaruh dalam kemasan plastik, foto Rusdiyanti/KPH Tikep

Sekadar diketahui, KTH Mandiri Sejati Kelurahan Aketobato Loleo Kota Tidore Kepulauan  yang dipimpin  Sinen Esa ini merupakan   binaan KPH Tidore Kepulauan   yang pernah mendapatkan bantuan Alat Ekonomi Produktif dari Dinas Kehutanan Provinsi Maluku Utara 2018 lalu. Mereka mendapatkan mesin genzet dan  mesin parut sagu. (*)  

  • Penulis:

Rekomendasi Untuk Anda

  • Sampah dan Krisis Air Masalah Serius Ternate

    • calendar_month Rab, 25 Nov 2020
    • account_circle
    • visibility 274
    • 0Komentar

    Sampah yang muncul di kawasan pelabuhan Bastiong usai hujan

  • Pulau Kecil  Masalah Besar, “Dijual hingga Diperebutkan” 

    • calendar_month Jum, 11 Jul 2025
    • account_circle
    • visibility 606
    • 0Komentar

    Sebuah Catatan dari  Kisruh Pulau di  Maluku Utara The Jakarta Post  media berbahasa Inggris terbitan 9 Juli 2025,  menurunkan artikel berjudul Pulau  Kecil, Masalah Besar. Dalam artikel itu diungkap sejumlah persoalan yang dihadapi  pulau-pulau kecil saat ini. Salah satu yang diangkat adalah munculnya penjualan pulau-pulau kecil secara illegal,  di berbagai situs internasional. Bagi The Jakarta […]

  • Melihat Perempuan- perempuan Tangguh Pulau Kolorai

    • calendar_month Kam, 21 Feb 2019
    • account_circle
    • visibility 156
    • 0Komentar

    Bantu Suami Menjaring Ikan dan Menanam Rumput Laut    Fajar baru menyingsing di ufuk Timur Pulau Kolorai. Pulau kecil berpasir putih seluas 8 hektar  dengan laut tosqoea   subuh itu disapu angin  timur  yang dinginya  menusuk   hingga ke tulang- tulang.  Sepagi  itu, dalam suasana gelap dan dingin, ada seorang  perempuan berusia sekitar 38 tahun, tetap bangun pagi  membantu […]

  • Gane Dihantam Abrasi Parah dan Kesulitan Air Bersih

    • calendar_month Sab, 4 Jun 2022
    • account_circle
    • visibility 178
    • 0Komentar

    Tanggul penahan ombak di desa Gane Dalam yang kini telah patah dan tenggelam dihantam gempa. Saat ini belum juga diperbaiki dan warga dalam keadaan terancam foto M Ichi

  • KLHK Sosialisasikan FOLU Net Sink 2030 di Maluku Utara

    • calendar_month Rab, 22 Feb 2023
    • account_circle
    • visibility 151
    • 0Komentar

    Indonesia Forestry and Other Land Uses (FOLU) Net-Sink 2030 merupakan suatu kondisi dimana tingkat serapan karbon sektor kehutanan dan penggunaan lahan lainnya sudah berimbang atau bahkan lebih tinggi dari tingkat emisi yang dihasilkan sektor tersebut pada tahun 2030 merupakan   Komitmen Indonesia  untuk mendorong tercapainya tingkat emisi GRK sebesar -140 juta ton CO2e pada tahun 2030 […]

  • Nelayan Malut Protes Permen 59/2020

    • calendar_month Sen, 25 Jan 2021
    • account_circle
    • visibility 178
    • 0Komentar

    Motor ikan/pole and line yang sandar di PPI Dufa dufa Ternate

expand_less