Ikan dan Manusia di Teluk Weda Tercemar Logam Berbahaya
- account_circle Redaksi
- calendar_month Sel, 27 Mei 2025
- visibility 1.898

Ini Hasil Riset Nexus3 Foundation dan Universitas Tadulako
Nexus3 Foundation bersama Universitas Tadulako Palu Sulawesi Tengah merilis laporan penelitian mengenai status lingkungan dan human biomonitoring di daerah Teluk Weda, Halmahera Tengah, Maluku Utara. Wilayah ini menjadi tempat pengambilan sampel karena menjadi salah satu sentra industri nikel di Indonesia. Nexus3 Foundation Nexus for Environmental, Health, and Development Foundation atau Nexus3 Foundation bekerja untuk melindungi masyarakat publik, terutama populasi yang rentan, dampak dari pembangunan pada kesehatan dan lingkungan masyarakat. Nexus3 juga bekerja menuju masa depan yang adil, bebas beracun, dan hidup berkelanjutan.
Rilis yang dikirimkan nexus3 menyebutkan, studi lapangan yang dilakukan pada Juni-Juli 2024 dan hasilnya disampaikan secara online pada Senin (26/5/2025) sore, dihadir media, NGO lokal bersama para peniliti. Melalui peluncuran itu, dipresentasikan hasil temuan yang sangat mencengangkan. Sampel yang diuji, ditemukan telah terjadi pencemaran yang sangat mengkwatirkan. Untuk ikan hasil tangkapan nelayan di sekitar Teluk Weda ditemukan mengandung logam berat arsenik dan merkuri dalam berbagai konsentrasi. Bahkan telah melebihi batas aman cemaran.
Selain ikan, sampel darah warga lokal menunjukkan bahwa 47% responden memiliki nilai kadar merkuri melebihi batas aman 9 µg/L dan 32% responden memiliki nilai kadar arsenik melebihi batas aman 12 µg/L dari total 46 responden. Saat darah warga dibandingkan dengan pekerja industri di kawasan PT Indonesia Weda Bay Industrial Park (IWIP), konsentrasi logam berat warga lebih tinggi dibandingkan dalam darah pekerja.
“Penelitian ini menjadi peringatan serius terhadap ancaman jangka panjang pajang logam berat baik terhadap kesehatan masyarakat maupun kelestarian lingkungan. Temuan ini menegaskan perlunya pemantauan lingkungan dan kesehatan secara rutin, serta penegakan hukum terhadap industri pencemar. Kami mendorong keterbukaan data dan kolaborasi semua pihak untuk melindungi masyarakat dan ekosistem”, ujar Prof. Darmawati Darwis, Fakultas MIPA, Universitas Tadulako.
Sebagai bahan baku penting dalam mempercepat transisi energi, ekspansi industri pertambangan dan pengolahan nikel semakin menjamur di Indonesia. Kebijakan hilirisasi industri mendorong Indonesia memanfaatkan sumber daya nikel laterit yang tumpang tindih dengan hutan hujan tropis dan keanekaragaman hayati. Masifnya pembukaan dan alih fungsi lahan untuk industri nikel meningkatkan kerusakan lingkungan, ancaman terhadap keanekaragaman hayati, dan berdampak negatif terhadap masyarakat lokal yang kehidupannya bergantung pada sumber daya alam. “Kegiatan industri di Weda, yang dianggap memiliki kepentingan strategis nasional, melepaskan dan memancarkan polutan ke lingkungan secara tidak terkendali.
Risiko lingkungan dan kesehatan yang terkait dengan area IWIP dan industri pendukungnya menimbulkan ancaman bagi kesehatan masyarakat dan pekerjanya. Ini bukan contoh yang baik dari objek vital nasional tetapi lebih merupakan proyek mencari keuntungan jangka pendek yang menciptakan penderitaan jangka panjang. Negara harusnya bertanggung jawab mencegah pajanan (paparan,red) terhadap kesehatan warganya dan melindungi hak mereka hidup di lingkungan yang sehat, bukan melindungi industri”, kata Yuyun Ismawati, pendiri dan Senior Advisor Nexus3.
Hasil pemantauan air sungai tahun 2024 menunjukan bahwa kualitas air Ake Jira telah melampaui ambang batas baku mutu air sungai kelas 1 berdasarkan parameter BOD5 dan COD. Perbandingan dengan pengujian kualitas air sungai tahun 2007 mengonfirmasi keluhan masyarakat mengenai hilangnya fungsi sungai sebagai sumber air minum dan air bersih. Dokumen tersebut menggunakan baku mutu air sungai kelas 1 karena air sungai Ake Jira digunakan sebagai sumber air bersih dan air minum masyarakat setempat.
Temuan Nexus3 menunjukkan bahwa parameter BOD5 dan COD masuk dalam golongan baku mutu air sungai kelas 3, yang hanya cocok untuk kegiatan seperti budidaya ikan air tawar, peternakan, dan irigasi pertanian. Secara visual, kondisi air sungai kini berwarna oranye dengan kekeruhan tinggi, tidak lagi layak digunakan sebagai sumber air minum dan air bersih bagi masyarakat. Lebih jauh lagi, penelitian ini juga melihat potensi risiko pajanan logam berat ke masyarakat lokal lewat konsumsi ikan.
Sampel darah diambil dari empat puluh enam responden yang terdiri dari pekerja Indonesia Weda Bay Industrial Park (IWIP), keluarga nelayan, petani, dan staf puskesmas setempat untuk dilakukan pengujian kadar enam logam berat, yakni arsenik, merkuri, nikel, kadmium, talium, dan timbal. Tingkat merkuri dan arsenik dalam darah lebih tinggi pada penduduk yang bukan pekerja IWIP.
Informasi ini menunjukkan bahwa pajanan utama terhadap arsenik dan merkuri tidak hanya berasal dari pajanan okupasi di kawasan industri tetapi sudah menyebar ke lingkungan. Nexus3 bersama WALHI Maluku Utara mengambil sampel ikan tangkapan nelayan Teluk Weda untuk dilakukan pengujian beberapa logam berat. Dari 16 sampel ikan tangkapan yang diambil secara acak, semua sampel positif mengandung kadar merkuri dan arsenik di dalam daging ikannya. Konsentrasi merkuri dalam ikan berkisar antara 0,02 sampai 0,28 mg/kg, dengan konsentrasi tertinggi ditemukan pada ikan barakuda.
Konsentrasi arsenik dalam ikan berkisar antara 0,43 sampai 3,03 mg/kg, dengan konsentrasi tertinggi ditemukan pada ikan sorihi yang ditangkap oleh nelayan Gemaf dengan kadar 3,03 mg/kg. Batas arsenik yang dapat ditolerir dalam ikan menurut WHO adalah 2 mg/kg dan batas WHO untuk merkuri dalam ikan adalah 0,5 mg/kg. Perbandingan terhadap data dasar dalam ANDAL Weda Bay Nickel yang dilakukan oleh Pusat Penelitian Oseanografi (RCO – LIPI) tahun 2007 melalui pemeriksaan logam berat pada daging ikan laut yang dikonsumsi oleh masyarakat di Teluk Weda menunjukkan bahwa konsentrasi arsenik dalam daging ikan di Teluk Weda pada tahun 2024 meningkat pesat, dengan temuan terendah 20 kali lebih tinggi dibandingkan dengan tahun 2007.
Konsentrasi kromium terendah yang terdeteksi di antara dua sampel ikan Nexus3 13 kali lebih tinggi dibandingkan dengan konsentrasi kromium tertinggi dalam data awal 18 tahun yang lalu. Temuan ini mengindikasikan adanya pencemaran rantai makanan laut di Teluk Weda. Arsenik, kadmium, timbal, dan merkuri adalah toksikan sistemik yang dapat menyebabkan efek merugikan pada manusia, termasuk penyakit kardiovaskular, gangguan neurologis, kanker, dan gangguan kekebalan tubuh.
Berdasarkan wawancara yang dilakukan terhadap responden, rata-rata konsumsi makanan laut dalam 2 hari sebelum pengambilan sampel darah adalah 2–6 porsi. Paparan reguler terhadap logam-logam berat tersebut melalui jalur makanan dapat menyebabkan gangguan kesehatan dalam jangka panjang, terutama Penyakit Tidak Menular atau Non-Communicable Diseases.
Dari hasil ini, tim riset merekomendasikan kepada para pihak untuk melakuka peninjauan kembali izin untuk industri nikel. Tujuannya memastikan kepatuhan terhadap standar lingkungan, dengan mempertimbangkan batas emisi, pengelolaan limbah, dan dampak ekologis oleh Kementerian Lingkungan Hidup.
Kementerian Kesehatan dan Dinas Kesehatan setempat perlu melakukan survei dan studi komprehensif mengenai prevalensi masalah kesehatan di Teluk Weda untuk mengidentifikasi tren, mengarahkan kebijakan kesehatan masyarakat, dan mengukur dampak jangka panjang dari kegiatan industri. Lebih jauh, studi ini mendorong transparansi akses publik terhadap data lingkungan untuk memastikan akuntabilitas pemerintah dan industri melalui advokasi berbasis bukti.
Dikutip dari Harian Kompas Selasa 27 Mei 2025, Corporate communication Manager PT IWIP Jordan Xu menanggapi temuan ini dan menyampaikan bahwa IWIP, rutin berkoordinasi teknis, inspeksi dan audit internal bersama tenant untuk memastikan implementasi pengelolaan lingkungan yang sesuai dokumen perizinan yang berlaku. Pemantauan lingkungan juga sudah dilakukan berkala melalui kerjasama dengan laboratorium yang telah terakredetasi dan terdaftar di Kementerian Lingkungan Hidup.
“Hasil temuan menunjukan parameter lingkungan masih dalam ambang batas baku mutu yang ditetapkan pemerintah,” katanya. Meski begitu dia memahami kekuatiran dari laporan nexus3 dan Universitas Tadulako tersebut. Terutama terkait kualitas lingkungan dan potensi dampaknya terhadap masyarakat sekitar. IWIP berkomitmen terus melakukan kajian menyeluruh guna mengevalusi dan meningkatkan kinerja lingkungan secara berkelanjutan. (*)
- Penulis: Redaksi
