Breaking News
light_mode
Beranda » Headline » Mengangkat Kearifan Nelayan Ternate  Lewat Festival Nyao Fufu

Mengangkat Kearifan Nelayan Ternate  Lewat Festival Nyao Fufu

  • account_circle
  • calendar_month Rab, 8 Okt 2025
  • visibility 109

Nyao fufu adalah salah satu tradisi memasak atau mengawetkan ikan yang dilakukan  warga Ternate dan Maluku Utara secara turun temurun. Kelurahan Dufa-dufa sebagai salah satu kampong/kelurahan nelayan di Kota Ternate  melestarikan tradisi nyao   fufu atau ikan asap  tidak  hanya untuk  konsumsi tetapi juga  usaha ekonomi produktif. Masyarakat di Pantai Dufa dufa juga turut menjaga dan melestarikan tradisi pesisir itu hingga kini.

126 tungku kayu  sebagai tempat mengasapi  ikan, berjejer di jalan utama hingga ke tepi pantai kelurahan Dufa-dufa Kota Ternate Maluku Utara  Senin (6/10/2025). Kegiatan ini menjadi bukti warga nelayan Dufa-dufa mencoba mengangkat kearifan ini ke pentas  nasional bahkan internasional. Tungku berdiri dengan bahan bakar kayu dan sabut kelapa itu digunakan untuk fufu  ikan cakalang secara massal melalui Festival Nyao Fufu (ikan asap,red).

Dimulai dengan ikan cakalang yang sudah disiapkan, dibelah dan dibersihkan. Kemudian dijepit dengan bambu yang sudah diraut lalu diikat. Jika sudah siap, ikan yang siap diasapi   diletakkan di atas tungku  dengan  bara api dari kayu dan sabut kelapa.  Warga bahu-membahu tua muda turun ke jalan mengasapi ikan yang sudah disediakan.  Kegiatan ini dilakukan secara massal atau sekitar 3.000 warga  dari jalan utama hingga ke ujung jalan tepi pantai  ke Taman Jole Majiko tak jauh dari ujung Selatan Bandara Baabullah Ternate.

Mereka serentak mengasapi ikan yang sudah tersedia. Setiap tungku pemanggangan mengasapi  20 hingga 50 ekor ikan dan dikawal  5 sampai 10  warga. Proses nyao  fufu ini hingga matang berlangsung kurang satu jam tergantung bara api yang disiapkan. Setelah ikan fufu matang  warga menyediakan nampan dan aneka makanan pangan lokal untuk dicicipi bersama.  Tak hanya itu  nyao fufu  juga dibagikan ke pengunjung yang berdatangan  secara gratis  yang  menyaksikan festival.

Kegiatan ini memecahkan rekor Museum Rekor Indonesia (MURI) dengan mengasapi  6,42 ton ikan atau lebih dari 5470  ekor ikan cakalang  sepanjang 1 kilometer jalan . Ikan-ikan  yang diasapi merupakan hasil partisipasi kelompok  nelayan setempat  yang disumbangkan  untuk acara ini.

Ridwan Safar,  warga Dufa- dufa mengatakan, distribusi ikan  untuk festival tahun ini mencapai enam ton. Ini bukan sekadar pesta kuliner, tapi juga upaya memperkenalkan  potensi kampung nelayan Dufa- Dufa kepada  masyarakat yang lebih luas.

“Kami ingin Dufa-dufa dikenal bukan hanya karena ikannya, tapi juga karena semangat warganya  menjaga tradisi.  Karena itu Festival ini  kami  hidupkan dengan budaya bahari yang sudah lama dijalankan,” ujarnya di sela sela  acara. Dalam festival ini seluruh pengunjung dipersilahkan menikmati ikan asap yang telah dibakar secara gratis. “Siapa saja yang mau makan silahkan ambil,”  katanya.

Ketua panitia Festival Sukarjan Hirto mengatakan, tujuan kegiatan ini  adalah mengangkat potensi ekonomi masyarakat,  tradisi  dan budaya   maritime  serta pesisir,   terutama yang ada di Kelurahan Dufa-dufa. Hal ini karena  mata pencarian warga  sebagai nelayan. Semangat festival ini juga katanya, adalah  merayakan dan membudayakan tradisi leluhur  yang menjadi identitas warga   pesisir   Ternate.   “Kita juga, mengangkat potensi masyarkat Dufa-dufa yang berdiri di atas tiga pilar utama  ekonomi perikanan, budaya masyarakat dan kekayaan maritime. Dalam konteks ini  yang disasar  adalah nilai kebahariannya,” ujar Sukarjan.


Festival Nyao Fufu di Ternate pecahkan rekor MURI, foto Andra

 

Dia bilang, bagi kami masyarakat nelayan Dufa- dufa festival ini tidak sekadar  seremonial, tetapi upaya masyarakat membangun nilai budaya ekonomi yang bersumber dari kearifan local.  Festival selama sepekan  sejak 2  hingga 8 Oktober 2025  itu mengusung tema “Ikan Fufu Lokal, Ekonomi Berkelanjutan” sebagai komitmen  memperkuat ekonomi maritim  masyarakat pesisir.  Festival ini juga mendapatkan dukungan penuh Pemerintah Provinsi Maluku Utara dan diharapkan menjadi event bertaraf nasional bahkan internasional.

“Kami ingin menunjukkan bahwa  ini bukan sekadar pesta kuliner, tetapi  bagian dari warisan budaya dan spiritual masyarakat Dufa-Dufa,” ujar Sukarjan.  Saat pembukaan kegiatan, panitia juga menyiapkan pertunjukan tarian kolosal melibatkan 150 orang. Selain itu    pra iven,  digelar tradisi ziarah ke makam leluhur dan auliyah  serta pelaksanaan ritual Sou Gam (mengobati kampong,red). Kegiatan ini sebagai bentuk melindungi kampong dan wilayah dari  musibah dan bencana.

Dia berharap,  apa yang diinisiasi warga ini menjadi momentum penting  mempromosikan Maluku Utara ke panggung dunia.  Diharapkan  tidak hanya  satu kali penyelenggaraannya, tetapi berlanjut  setiap tahun sebagai kalender tetap pariwisata nasional.

“Melalui festival Nyao Fufu  kami harapkan dapat menjadi identitas Ternate di mata dunia. Dari Dufa-Dufa,ikan fufu bisa mendunia, sekaligus mengangkat ekonomi masyarakat nelayan,” harapnya.

Selain kuliner, festival ini juga dirangkai dengan pameran UMKM, atraksi budaya, hingga forum ekonomi lokal. Dengan sentuhan tradisi dan semangat modernisasi,  diyakini mampu menjadi jembatan antara kearifan lokal dan potensi global.

Asisten Deputi Pengembangan Produk Wisata Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, Itok Parikesit,  mewakili Kementerian Pariwisata, mengapresiasi  terselenggaranya kegiatan tersebut.  Festival Nyao Fufu ini merupakan bentuk inovasi daerah  memadukan potensi seni, budaya, dan pariwisata bahari. “Festival ini bisa menjadi daya tarik wisata nasional bahkan internasional, serta berkontribusi pada perputaran ekonomi masyarakat pesisir,” ujar Itok.

Sementara Wakil Gubernur Maluku Utara, Sarbin Sehe, mengatakan bahwa pemerintah provinsi akan terus mendukung kegiatan rakyat berbasis potensi lokal. Festival Nyao Fufu merupakan wujud nyata kolaborasi masyarakat, pemerintah, dan pelaku budaya  untuk memajukan sektor ekonomi kelautan. “Kegiatan ini adalah kerja nyata membuka akses masyarakat nelayan agar laut kembali menjadi sumber pendapatan berkelanjutan,” kata Sarbin.(*)

 

  • Penulis:

Rekomendasi Untuk Anda

  • Hari Peduli Sampah Nasional Sepi Agenda  

    • calendar_month Sel, 21 Feb 2023
    • account_circle
    • visibility 167
    • 1Komentar

    KLHK: 2030 Tak Ada Lagi TPA Baru Pada 21 Februari setiap tahunnya diperingati sebagai Hari Peduli Sampah Nasional (HPSN). Hari penting ini   bertujuan  mengingatkan semua pihak bahwa persoalan sampah harus menjadi perhatian utama. Upaya penanganan dan pengelolaan sampah harus melibatkan seluruh komponen masyarakat yang meliputi Pemerintah baik Pusat dan Daerah, akademisi, aktivis, komunitas, dunia usaha, […]

  • Mari Saksikan Konser Hutan Merdeka

    Mari Saksikan Konser Hutan Merdeka

    • calendar_month Sab, 29 Agu 2020
    • account_circle
    • visibility 142
    • 0Komentar

    Sekira 50,1% dari total daratan di wilayah Indonesia merupakan bentangan hutan. Berbagai hewan dan tumbuhan endemik tinggal di hutan-hutan Indonesia, membuat negara kita dijuluki sebagai zamrud khatulistiwa yang menjadi rumah bagi keanekaragaman hayati.Hutan adalah sumber kehidupan yang menyediakan oksigen, air, menyimpan cadangan karbon, penyeimbang iklim dan sumber penghidupan bagi masyarakat adat yang tinggal di sekitarnya. […]

  • TNAL Miliki Aset Wisata Gua Menakjubkan

    • calendar_month Ming, 4 Apr 2021
    • account_circle
    • visibility 200
    • 1Komentar

    Lebatnya hutan Taman Nasional AkeTajawe Lolobata. Di dalam hutan ini tersimpan kekayaan flora dan fauna serta goa karst yang menakjubkan. Foto Sofyan Ansar TNAL

  • Harus Ada Kolaborasi Media Dorong Isu Lingkungan

    • calendar_month Jum, 17 Nov 2023
    • account_circle
    • visibility 173
    • 0Komentar

    Masalah lingkungan sudah tak mungkin “tidak” menjadi isu utama. Krisis iklim misalnya yang terjadi sudah sangat berdampak pada kehidupan banyak orang. Karena kondisi ini bukan zamannya lagi media bekerja sendiri-sendiri tetapi harus berkolaborasi mendorong isu penting ini. Wakil Ketua Umum Asosiasi Media Siber Indonesia (AMSI)  Upi Asmaradana saat membuka pelatihan “Green Growth Journalism” di Makassar […]

  • Percepat Pengakuan Hutan Adat, Pemerintah Daerah Harus Proaktif

    • calendar_month Sel, 13 Feb 2018
    • account_circle
    • visibility 171
    • 0Komentar

    Pengakuan  dan perlindungan hak-hak masyarakat adat masih minim di negeri ini. Dalam dua tahun terakhir, kurang dari 50.000 hektar hutan adat mendapatkan penetapan dari 9,3 juta hektar pemetaan partisiatif yang diserahkan Badan Registrasi Wilayah Adat. Untuk itu, pemerintah provinsi dan kabupaten/kota diminta lebih aktif demi percepatan ini.  Di Provinsi Maluku Utara sendiri saat ini diusulkan […]

  • Tugu Kenari dan Diaspora Minang di Makean

    • calendar_month Rab, 6 Sep 2023
    • account_circle
    • visibility 399
    • 0Komentar

    Kuliah Bersama Masyarakat (Kubermas) tahap I Universitas Khairun Ternate  di Desa Sebelei Kecamatan  Makean Barat, Halmahera Selatan, Provinsi Maluku Utara selama satu bulan (Agustus 2023) telah tuntas. Program kerja mereka,salah satunya membuat Tugu Kenari sebagai salah satu ikon Desa Sebelei.    Sekadar diketahui, tugu ini memiliki makna filosofis mendalam. Pohon kenari  disebut- sebut sebagai  salah […]

expand_less