Bekali Aktivis Mahasiswa dan NGO dengan Pengorganisasian Masyarakat
- account_circle
- calendar_month Sen, 20 Okt 2025
- visibility 66
Forum Studi Halmahera (Foshal) Maluku Utara menggelar Pelatihan Pengorganisasian Masyarakat Tahun 2025. Kegiatan ini berlangsung selama dua hari di kantor Wahana Lingkungan Hidup (WALHI) Maluku utara yang digelar Sabtu (18/10/2025) dan Jumat (19/10/2025). Pelatihan ini melibatkan mahasiswa dan anggota lembaga Walhi.
Pelatihan ini bertujuan memberikan penguatan kepada para aktivis mahasiswa dan anggota lembaga WALHI memahami lebih mendalam tentang pengorganisasian masyarakat dan isyu-isyu yang berhubungan dengan pendampingan masyarakat. Selain itu setelah pelatihan tersebut pesertanya diharapkan bisa menjadi relawan bagi NGO di daerah ini.
Foshal sebgai salah satu organisasi Non-Pemerintah yang didirikan dengan visi mendorong terwujudnya masyarakat lokal yang berdaulat dalam pengelolaan sumberdaya alam berkelanjutan, demokratis sesuai prinsip hak azasi manusia yang universal, berkeadilan gender, dan yang sejahtera ekonominya, berkomitmen kuat menjadi lembaga ‘penggemblengan’ karakter dan kompetensi generasi muda Maluku Utara dalam bidang pengelolaan berkelanjutan sumberdaya alam wilayah kepulauan.

“Untuk itu, Foshal secara proaktif mengembangkan program penguatan kapasitas staf dan relawan Foshal, melalui: pelatihan internal dan eksternal, aktif berpartisipasi dalam forum pertemuan (lokakarya atau simposium) regional dan nasional, dan kegiatan pengembangan SDM lainnya,” jelas Zulkifli Idris fasilitator pelatihan CO FOSHAL .
Menurutnya, kegiatan pengembangan kapasitas Foshal dilakukan untuk mendukung program kerja tematrik yang sudah dilakukan Foshal sejak berdiri tahun 1999.
Program kerja tematik Foshal yakni dimaksud adalah antara lain Pengkajian Dan Advokasi Pengelolaan Berkelanjutan Sumberdaya Alam Wilayah Kepulauan; Pendampingan Pemberdayaan masyarakat Lokal; Pengembangan jaringan kerjasama.
“Program kerja tematik ini merupakan Program Kerja Strategis Foshal yang dibangun untuk menjawab tantangan pembangunan berkelanjutan wilayah Kepulauan Maluku Utara dan sekitarnya,” jelas Zulkifli.
Tantangan yang dimaksud meliputi faktor internal yang disebabkan kebijakan dan praktek pembangunan perekonomian daerah maupun faktor eksternal dari variabilitas alam semisal perubahan iklim global. Menyadari tantangan besar dalam upaya mewujudkan visi, misi melalui program kerja tematik ini.
Foshal meyakini diperlukannya aktifis di kalangan mahasiswa maupun Ornop yang memiliki kapasitas dasar dalam kerja-kerja advokasi dan pengorganisasian masyarakat di tingkat lokal.

Peserta spesial, Lily Pays salah satu mahasiswa Belanda berkewarganegaraan Jerman yang magang di kantor WaLHI Malut ikut terlibat dalam pelatihan CO ini
Direktur Eksekutif Foshal Malut Mahmud Ici menyampaikan, kegiatan pengorhanisasian masyarakat (CO) merupakan langkah Foshal memberikan pengetahuan bagi para mahasiswa mengenai strategi pengorganisasian masyarakat. Selain itu CO ini juga memberikan pemahaman bagi mahasiswa mengenai masalah sosial dan kerusakan lingkungan akibat industri pertambangan di Malut. “Karena itu dalam kegiatan ini kami hadirkan berbagai narasumber yang kompeten soal pengorganisasian dan pernah secara langsung terlibat dalam pengorganisasian masyarakat maupun advokasi masalah yang dihadapi warga lokal,” tuturnya.
Ia berharap Pelatihan Pengorganisasian Masyarakat ini memberikan manfaat bagi mahasiswa, terutama dalam pengorganisasian warga yang menghadapi perampasan ruang hidup yang massive saat ini.
“Melalui pelatihan ini para peserta sudah punya modal besar dan bekal terkait pengorganisasian. Kami juga memberikan sertifikat bagi peserta, semoga bisa bermanfaat bagi peserta setelah keluar dari kampus,” pesannya.
Untuk diketahui pelatihan pengorganisasian ini para mahasiswa juga mendapatkan kesempatan belajar menulis dan belajar banyak hal dengan para narasumber yang kompeten.
Maharani Carolina dari LBH Marimoi yang memberikan materi untuk peserta pelatihan menjelaskan, pengorganisasi masayarkat adalah kunci bagi kawan kawan aktivis melihat kondisi sumberdaya alam Maluku Utara yang massive dieksploitasi korporasi dan para pemilik modal saat ini.
Dampaknya kemudian, tidak hanya lingkungan dan sumber-sumber kehidupan masyarakat menjadi hancur. Masyarakat di wilayah yang dieksploitasi juga mendapatkan dampak cukup serius dan terancam oleh kerusakan yang ada. Bahkan ada juga kriminalilasi yang dialami masyarakat adat.
Rani yang juga menjadi pengacara public di Maluku Utara itu mengungkapkan, ditangkapnya 11 warga hingga diproses dan divonsi bersalah hari ini adalah contoh pengorganisasian yang tidak dilakukan di awal oleh para aktivis maupun masyarakat sipil di daeah ini.
Itu kemudian menyebabkan, warga juga tidak terorganisir secara baik. Saat ini katanya masyarakat perlu diperkuat dan diorganisir untuk menghadapi proses eksploitasi dan penghancuran ruang hidup yang semakin massive.
Sementara Nurdewa Safar dari LSM Daulat Perempuan (DAURMALA) Maluku Utara yang berbicara tentang bagaimana melakukan advokasi perempuan dan anak di daerah lingkar tambang seperti di Maluku Utara memang tidak mudah. Pasalnya, industry pertambagan saat ini memberi dampak cukup serius terhadap kondisi perempaun dan anak di Halmahera. Dewa contohkan, saat ini kekerasan seksual dan pemerkosaan sangat tinggi di daerah lingkar tambang. Begitu juga dengan munculnya penyakit HIV dan AIDS di daerah lingkar industry tidak terbendung.

Data-data yang ditemukan di lapangan juga sangat mencengangkan. Sementara anak-anak tingkat trafficking atau perdagangan perempuan yang berusia di bawah 15 tahun juga begitu tinggi. “Kasus kasus ini melibatkan masyarakat local terutama korbannya. Ini yang sangat memiriskan,” imbuhnya.
Karena itu dia bilang, untuk mengadvokasi perempuan dan anak terutama di daerah lingkar industry tambang butuh model dan cara yang berbeda dari biasanya. Dia contohkan kasus trafficking perlu cara dan strategi karena bisa sulit diungkap jika tidak melalui sebuah proses yang terencana degan baik.
Di hari pertama Dr Asis Hasyim memberikan materi advokasi anggaran daerah (APBD).Dia bilang dalam advokasi anggaran daerah, Asis mengungkap praktek penyusuan APBD hingga bicara menyangkut sumber-sumber pembiayaan dalam APBD.
Asis mengingatkan, advokasi anggaran ini juga penting karena berhubungan dengan pembangunan masyarakat secara umum yang perlu dikawal aktivis dan kelompok masyarakat sipil.
Dalam pelatihan ini juga para peserta pelatihan mendapatkan contoh praktis menulis dan menyusun laporan.Baik untuk advokasi maupun kepentingan kampanya. Terakhir para peserta juga diberikan sertifikat sebagai pertanda mereka telah mengikuti kegiatan pelatihan pengorganasasian. Harapannya apa yang telah diterima dapat bermafaat bagi diri aktivis dan masyarakat yang akan diorganisir. (adil)
- Penulis:
