Breaking News
light_mode
Beranda » Kabar Kota Pulau » Cerita Para Perempuan Dibo-dibo Ikan

Cerita Para Perempuan Dibo-dibo Ikan

  • account_circle
  • calendar_month Jum, 5 Feb 2021
  • visibility 240

Puluhan dibo-dibo (pengepul ikan,red)  pagi di akhir Desember 2020 itu  berjejal menunggu kapal penangkap jenis pajeko (purseine) yang akan sandar. Kapal  berbahan fiber itu,  berasal dari  Pulau Hiri dan akan sandar di Pelabuhan Pendaratan Ikan (PPI) Dufa-dufa Ternate Utara.

Puluhan penjual yang  juga  ibu-ibu ini, berasal dari beberapa kelurahan di Ternate. Mereka sebagian besar bertempat tinggal di Tengah dan Utara kota Ternate. “Torang dapa info (kami dapat informasi,red) pajeko (purse seine,red) dari Hiri mau masuk jadi mau beli ikan jualan,” kata Ibu Hawa pengepul  ikan asal Kelurahan Sangaji.   

Dibo dibo ikan cakalang sedang memilih stok ikan untuk dibeli foto M Ichi

Ketika kapal akan sandar, sebagian penjual berjalan menenteng baskom besar menuju tempat sandar. Sebagian ibu  harus berlari merebut tempat agar  baskom mereka diletakkan di samping kapal. Tak pelak  kadang  saling  sikut agar baskom mereka  berada paling di  depan. Dengan begitu ketika keranjang takar ikan  diangkat ke atas jembatan, langsung dipindahkan ke baskom mereka untuk selanjutnya ditimbang. Para pedagang berebut karena kuatir stok ikan yang didapat nelayan tidak mencukupi.  “Hari ini kami jual per kilo Rp17 ribu. Kali ini iko torang pe harga dulu (harga nelayan,red),” teriak salah satu lelaki yang menimbang ikan. Karena dianggap mahal  dari ibu-ibu itu ada yang menawar agar diturunkan Rp1000. Tapi pemilik ikan ngotot diharga yang telah disebutkan. “16 ribu per kilogram yaa,” kata ibu berjilbab ungu itu. Tawaran itu sepertinya tak digubris.Pada saat yang sama ikan yang ada di dalam geladak kapal terus dibongkar ke atas jembatan.

Banyaknya pedagang ikan serobot membeli ikan layang (sorihi,red) memunculkan kegaduhan sebagaimana  kondisi  berjualan  di pasar ikan.

Para dibo dibo ikan menyiapkan ikan yang sudah dibeli dan selanjutnya ke pasar foto M Ichi

Pengakuan sebagian pedagang, mereka harus lincah  bergerak karena jika lambat  sedikit  bisa gigit jari.  Ketakutan itu terbukti karena setelah kapal bersandar dan ikan  diturunkan   ada pedagang  tidak kebagian ikan.  “Stok ikan tidak terlalu banyak. Ikan yang didapat tidak cukup tiga ton,” ujar Ibu   Rahma. Ibu ini mengaku tidak kebagian ikan karena  sebelum baskomnya  terisi,    sudah habis stok di kapal.

Aktivitas ibu-ibu  yang  dikenal dengan dibo-dibo ikan  ini dijalani hamper setiap hari. Mereka bisa ditemui  di Tempat Pendaratan Ikan (TPI) Bastiong, PPI Dufa-dufa, Pasar Ikan Gamalama  dan Pelabuhan Tradisional Rua. Di tempat tempat ini setiap hari ditemukan aktivitas bongkar muat ikan yang dipasarkan tingkat lokal Ternate.  Beberapa tempat di atas   adalah lokasi  keseharian dibo-dibo  mengejar stok ikan yang selanjutnya di jual ke pasar.  Ikan yang dijual juga tidak hanya jenis ikan pelagis kecil. Ada juga jenis cakalang maupun  demersal atau ikan dasar.

Di Tempat Pendaratan Ikan (TPI) Bastiong misalnya, ada  banyak jenis ikan didaratkan. Dari pelagis besar dan kecil hingga jenis ikan dasar atau ikan karang.  

Ada yang menarik dari  hal  yang dianggap biasa di Ternate ini. Sebab ibu-ibu ini sebenarnya adalah penggerak denyut ekonomi kota. Mereka adalah pengisi perut warga kota yang  jumlahnya menyentuh  200 ribu jiwa di Kota Ternate. Dari aktivitas mereka, ikan yang ditangkap nelayan bisa terdistribusi sampai ke perut warga kota yang disibukkan keseharian mereka.

Untuk pengais rezki dari  sektor ini, mereka tidak terdata secara lengkap. Mereka juga tidak berdagang secara terus menerus seperti penjual barang kelontong atau sayur mayor. Sekali-sekali mereka harus beristrahat  karena  dampak kondisi lautan tidak bersahabat. Tidak itu saja ada yang mesti beristrahat karena  kehabisan modal. Mereka yang mengandalkan  hasil suami yang nelayan kecil misalnya, harus bersabar karena tidak setiap hari   rutin  mendapatkan hasil tangkapan. Jika tak ada hasil tangkapan  terpaksa mereka harus mengejar stok ikan  melalui pajeko  (purse seine) atau pelanggan pelanggan ikan yang sudah ada sebelumnya. “Saya sekarang harus menyediakan  sendiri untuk berjualan ikan.  karena  suami sudah tidak lagi menangkap ikan  karena  tidak punya alat tangkap,” kata Amrina salah satu pedagang ikan yang mengaku berasal dari Pulau Hiri.   

Baskom yang disiapkan para dibo dibo ketika membeli ikan di PPI Dufa dufa

Perjuangan para dibo-dibo ikan ternyata tidak mudah karena mereka  jualan atau mengejar stok ikan sejak pagi subuh. Hal ini dilakoni setiap pagi. Ketika mendengar  suara azan subuh di masjid mereka juga harus beres beres  dan berangkat menuju pasar.  Selain beres beres  jualan pagi, jika stok ikan  menipis maka  harus memutar otak mendapatkan  stok untuk berjualan lagi. “Saya biasanya mengambil ikan sorihi (ikan layang,red) di pelabuhan Bastiong. Kadang jika di situ  tidak ada kita pagi –pagi harus ke kelurahan Rua.  Di Rua setiap pagi  banyak pajeko (purse seine) dari kelurahan ini banyak menurunkan ikan setelah  ditangkap nelayan di rumpon ,” jelas Ibu Ima salah satu penjual. Para  dibo-dibo ikan terbilang luar biasa karena rata-rata dari usaha mereka selain bisa memenuhi kebutuhan sehari-hari juga membantu biaya pendidikan anak  bahkan  sisanya bisa ditabung untuk bangun rumah dan kebutuhan lainnya.

“Lumayan memenuhi kebutuhan sehari-sehari termasuk untuk pendidikan anak dan biaya kesehatan terutama untuk baya BPJS,,” jelasnya.

Dia enggan menyebut angka pasti pendaptan setiap hari karena  fluktuatif. Kalau harga ikan mahal keuntungannya lumayan. Bisa sampai Rp500 ribu pendapatan bersih satu hari. Kadang juga turun sampai Rp200 ribu,” imbuhnya. (*)

  • Penulis:

Rekomendasi Untuk Anda

  • Kanari Makeang Sasar Pasar Eropa

    • calendar_month Rab, 16 Jun 2021
    • account_circle
    • visibility 178
    • 0Komentar

    Ibu inu di ksmpung Samsuma Makeang Pulau sedang memecah tempurung kenari untuk diambil kacang kenari, foto M Ichi

  • Faisal Ratuela Pimpin WALHI Maluku Utara

    • calendar_month Kam, 24 Mar 2022
    • account_circle
    • visibility 200
    • 1Komentar

    Faisal Ratueala (Kaus Hitam) Berdiri Paling Kanan menggelar foto bersama Ketua Dewan Nasional dan Direktur Eksekutif serta para kader dan anggota lembaga WALHI Maluku Utara

  • Senjakala Hutan dan Lahan di Maluku Utara

    • calendar_month Sen, 19 Okt 2020
    • account_circle
    • visibility 357
    • 0Komentar

    WALHI: 2019 Malut Kehilangan 7.041 Ha Hutan Primer Maluku Utara terdiri dari pulau-pulau. Ada yang menyebut jumlahnya 805, dimana  berpenghuni  85 pulau  dan tak berpenghuni  723 pulau. Ada  juga data yang menyebutkan  jumlah pulau di Maluku Utara  ada1474. Dari jumlah itu 89 berpenghuni dan 1385 tidak berpenghuni.  Terlepas dari data jumlah pulau yang masih diperdebatkan, […]

  • Kebun Sagu Dijual, Cadangan Pangan Warga Sagea Hilang (1)

    • calendar_month Ming, 7 Jan 2024
    • account_circle
    • visibility 329
    • 0Komentar

    Rintik hujan pada Minggu (26/11/2023) sekira pukul 17.00 WIT itu, tak menyurutkan semangat Abdurahman Jabir (50) dan Anwar Ismail (67). Keduanya bahu membahu dengan kedua tangan, mengangkat tepung sagu yang telah mengendap di dalam perahu–wadah penampung perasan pokok sagu.  Tepung terisi dalam tiga karung besar hasil perasan  empulur setengah batang pohon sagu, yang panjangnya kurang […]

  • Melihat Perempuan- perempuan Tangguh Pulau Kolorai

    • calendar_month Kam, 21 Feb 2019
    • account_circle
    • visibility 159
    • 0Komentar

    Bantu Suami Menjaring Ikan dan Menanam Rumput Laut    Fajar baru menyingsing di ufuk Timur Pulau Kolorai. Pulau kecil berpasir putih seluas 8 hektar  dengan laut tosqoea   subuh itu disapu angin  timur  yang dinginya  menusuk   hingga ke tulang- tulang.  Sepagi  itu, dalam suasana gelap dan dingin, ada seorang  perempuan berusia sekitar 38 tahun, tetap bangun pagi  membantu […]

  • Ini Penjelasan Masyarakat Speleologi Indonesia Soal Bokimoruru

    • calendar_month Kam, 7 Sep 2023
    • account_circle
    • visibility 224
    • 1Komentar

    Masyarakat Speleologi Indonesia (MSI) yang memiliki spesifikasi keilmuan mempelajari gua termasuk  proses pembuatan dan lingkungannya   melihat kasus di Sungai Sagea dan Goa Bokimoruru  penting diberitanggapan. Melalui rilis MSI yang diterima kabarpulau.co.id/ Kamis (7/9/2023) menyampaikan  bahwa Gua Bokimoruru adalah Salah Satu Sistem Gua Sungai Bawah Tanah Terpanjang  di Indonesia. Gua  di Pulau Halmahera itu  saat ini tercemar  diduga […]

expand_less