Breaking News
light_mode
Beranda » Kabar Kota Pulau » Fenomena Meluapnya Air Laut hingga Daratan

Fenomena Meluapnya Air Laut hingga Daratan

  • account_circle
  • calendar_month Ming, 5 Des 2021
  • visibility 302

Kenaikan  air laut yang terjadi di beberapa wilayah pantai Kota Ternate  sejak   Sabtu 4 Desember 2021 sore hingga malam tadi, tidak hanya menjangkau bibir pantai, tetapi meluap hingga ke daratan.  Kejadian ini juga menyebabkan sejumlah sarana umum dan pemukiman warga dekat  pantai rusak parah. Lalu fenomena apa yang menyebabkan terjadinya luapan air hingga mencapai daratan tersebut?

Berikut penjelasan Dr, Najamuddin Ahli Oceanografi dan Staf Pengajar Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Khairun Ternate.    

Faktor pertama adalah  kejadian pasang air laut. Puncak kenaikan air laut melalui kejadian air pasang terjadi dua kali dalam sebulan yaitu setiap bulan mati/bulan baru dan bulan purnama dalam penanggalan Hijriah. Tepat hari ini  1 Jumadil Awwal yang merupakan bulan baru sehingga terjadi kenaikan air pasang maksimal. Ini adalah fenomena umum yang terjadi setiap bulannya sehingga masyarakat tidak perlu panik namun tetap waspada.

Faktor kedua  adalah kemunculan siklon tropis yang merupakan fenomena hidrometeorologi. Di tahun 2021 ini muncul beberapa kejadian siklon tropis seperti Siklon Tropis Odette di Samudera Hindia bagian Selatan Jawa Barat, Siklon Tropis Surigae di Samudera Pasifik di bagian Utara Papua, dan Siklon Tropis Seroja di Nusa Tenggara Timur yang merupakan bibit dari siklon tropis 99S. Siklon Tropis Seroja terpantau melalui Tropical Cyclone Warning Center (TCWC) berada di Laut Sawu sebelah barat daya Pulau Timor, 10.0 LS – 122.7 BT dan Samudera Hindia sebelah barat daya Pulau Timor, di titik koordinat 11.3 LS – 120.4 BT.

Pada bulan Desember muncul siklon tropis Teratai di dekat perairan wilayah Indonesia. Siklon tropis Teratai merupakan siklon yang berkembang dari bibit siklon 92S. Siklon tropis Teratai mulai terbentuk di sekitar Samudera Hindia sebelah barat daya Lampung, tepatnya di posisi 9,5 LS 101,9 (sekitar 600 Km sebelah barat daya Tanjung Karang) BT pada tanggal 1 Desember 2021 pukul 19.00 WIB.


Dampak kemunculan siklon tropis akan mempengaruhi pertumbuhan awan hujan dan peningkatan kecepatan angin yang berdampak pada ketinggian gelombang air laut sehingga wilayah Indonesia secara umum akan mengalami hujan lebat hingga ekstrim dan pada saat yang bersamaan disertai angin kencang yang menimbulkan gelombang tinggi hingga mencapai 6 meter sehingga ketika mencapai wilayah pantai meluap hingga ke daratan.

Seperti namanya, siklon tropis tumbuh di perairan sekitar wilayah tropis yang memiliki suhu permukaan laut hangat lebih dari 26,5oC. Biasanya terjadi di wilayah perairan Atlantik Barat, Pasifik Timur dan Selatan, Samudra Hindia, serta Australia. Pada awal tahap pembentukannya, suhu permukaan laut yang hangat akan menyebabkan sistem tekanan rendah di wilayah tersebut. Akibatnya, terbentuklah kumpulan awan-awan konvektif (awan Cumulonimbus).  Awan-awan tersebut kemudian membentuk sabuk melingkar. Tekanan udara permukaan akan menurun mencapai kurang dari 1000 milibar (mb). Sementara itu, kecepatan angin maksimum akan meningkat hingga mencapai lebih dari 60 km/jam.

Pada tahap selanjutnya, bentuk siklon tropis cenderung lebih stabil. Di pusat siklon, terbentuk suatu wilayah dengan kecepatan angin yang relatif rendah dan tanpa awan. Wilayah ini disebut mata siklon. Mata siklon dikelilingi dengan dinding berbentuk cincin yang dapat mencapai ketebalan hingga 16 km. Di wilayah ini juga terdapat kecepatan angin tertinggi dan curah hujan terbesar.

Siklon tropis berbentuk seperti spiral yang di dalamnya terdapat aktivitas awan, angin, dan badai petir. Angin kencang yang berputar di dekat pusatnya mempunyai kecepatan lebih dari 63 km/jam. Masa hidup siklon tropis berkisar antara 3 sampai 18 hari dan akan melemah dan hilang saat bergerak memasuki wilayah perairan yang dingin atau daratan.

Faktor ketiga adalah fenomena perubahan iklim global dalam hal ini terjadinya pemanasan global yang berdampak pada kenaikan muka air laut secara global akibat pencairan es di kutub. Pemanasan global dipicu oleh peningkatan gas-gas rumah kaca di atmosfer terutama gas karbon dioksida yang dihasilkan dari hasil pembakaran bahan bakar fosil untuk keperluan industri dan akibat deforstasi.

Faktor keempat adalah fenomena La Nina yang menyebabkan tingginya curah hujan. Fenomena La Nina muncul karena kolam air hangat di Samudera Pasifik bergeser ke arah barat Samudera Pasifik dekat dengan perairan Indonesia yang mendorong tingginya penguapan sehingga menimbulkan potensi hujan lebat.

Kondisi curah hujan menjadi ekstrim karena di waktu yang bersamaan terjadi fenomena La Nina juga disertai kemunculan siklon tropis. Wilayah perairan pantai di Maluku Utara, termasuk Kota Ternate menerima dampak yang cukup signifikan karena berada di bibir perairan Samudera Pasifik.  

Faktor kelima adalah aktivitas  monsoon. Di mana posisi matahari saat ini berada di belahan bumi selatan  menyebabkan  terjadinya tekanan udara rendah  di Australia dan tekanan udara tinggi di Asia. Hal ini ini juga membuat angin  bertiup  dari Benua Asia ke Benua Australia,  melewati wilayah Indonesia  mengandung banyak uap air menimbulkan peningkatan curah hujan, umumnya pada  Desember hingga Februari.

Aiir laut yang naik dan merusak fasilitas umum di Pantai Kota Baru Ternate Slatan (foto capture video yang beredar di medsos)

Akumulasi dari beberapa faktor tersebut di atas yang secara bersamaan terjadi, menyebabkan air laut meluap sampai ke daratan. Lalu sampai kapan fenomena ini akan berakhir? Prediksi air meluap ke daratan akan berlangsung sampai satu minggu ke depan. Adapun cuaca ekstrim  berupa hujan lebat,  angin kencang dan gelombang  tinggi bisa sampai Januari mendatang.

  • Penulis:

Rekomendasi Untuk Anda

  • Cerita Miris Desa Terang di Pulau Kecil

    • calendar_month Sab, 8 Jan 2022
    • account_circle
    • visibility 229
    • 1Komentar

    Pemandangan dari atas Pulau Laigoma Halmahera Selatan foto M Ichi

  • Cara Menyiapkan Warga Adaptif Ketika Bencana (2 habis)

    • calendar_month Sab, 15 Agu 2020
    • account_circle
    • visibility 216
    • 0Komentar

    Bagaimana Melakukannya di Komunitas? Bencana baik alam maupun non alam berdampak cukup serius bagi warga.  Pandemi Covid-19 misalnya, membuat hampir semua orang menjadi kurang produktif.  Pemenuhan kebutuhan hidup di masa pandemi pun  jadi tantangan.   Warga menjadi sangat rentan terutama  dalam memenuhi kebutuhan pangan. Karena itu perlu membangun  ketangguhan. Menata kembali kehidupan sosial dan lingkungan, yang […]

  • Miris, RPJMD Kabupaten Ini Tanpa KLHS

    • calendar_month Rab, 5 Jan 2022
    • account_circle
    • visibility 239
    • 1Komentar

    Peta Kabupaten Pulau Taliabu

  • Kaya Tambang, Malut Primadona Investasi Asing

    • calendar_month Kam, 4 Feb 2021
    • account_circle
    • visibility 201
    • 1Komentar

    Bumi Maluku Utara benar- benar menjadi buruan investor asing menanamkan modalnya. Provinsi ini memiliki kekayaan  di darat  terutama bahan mineral serta  hasil hutannya. Sementara  di laut daerah ini punya potensi perikanan dan kelautanya yang benar benar membuat mata para investor tetuju ke  daerah ini. Tak hanya kaya bahan mineral dan hasil hutan,  negeri dengan 805 […]

  • Bangun Desa Harus Dimulai dari Tata Ruang

    • calendar_month Rab, 2 Des 2020
    • account_circle
    • visibility 188
    • 0Komentar

    Membangun sumber sumber pangan desa. jga butuh tata ruang desa. foto mahmud ichi

  • Warga Diimbau Jaga Pola Hidup Bersih

    • calendar_month Sen, 14 Sep 2020
    • account_circle
    • visibility 131
    • 0Komentar

    Penyuluhan kesehatan yang digelar Pakativa dan Mayana di kawasan Jembatan Jiko Cobo Tidore

expand_less