Breaking News
light_mode
Beranda » Kabar Kampung » Perjuangkan Sungai Sagea, Aksi Warga Ricuh  

Perjuangkan Sungai Sagea, Aksi Warga Ricuh  

  • account_circle
  • calendar_month Ming, 29 Okt 2023
  • visibility 266

Warga Desa Sagea dan Kiya yang berada di lingkar tambang  kawasan industry  PT Indonesia Weda Bay Industrial Park (IWIP) Kabupaten Halmahera Tengah (Halteng), Maluku Utara menggelar aksi  Sabtu (28/10/2023) di Lipe Gate 3 PT IWIP, Kecamatan Weda Utara, Kabupaten Halmahera Tengah pagi tadi sekitar pukul 09.30 WIT.

Aksi yang melibatkan massa yang datang dengan truk dan kendaraan roda dua tersebut
berakhir ricuh.  Protes ini dilakukan warga buntut dari air Sungai Sagea yang keruh diduga tercemar limbah tambang.


Beralasan menghalau massa yang masuk area aman aktivitas tambang, polisi melepaskan tembakan gas air mata. Akibatnya sebagian warga  pingsan hingga alami sesak napas.

Tembakan gas air mata itu mengagetkan peserta aksi karena tidak menyangka polisi menembakan gas air mata ke tengah massa.  

Gas air mata itu menyebabkan ibu-ibu dan sebagian masyarakat kocar kacir. Bahkan  ada satu massa aksi  sempat pingsan.  Sebagian  ibu juga sesak napas.

Aksi oleh Koalisi Save Sagea bersama warga  diawali dengan memboikot jalan  menuju kawasan perusahaan untuk menahan karyawan perusahaan yang akan bekerja.   

“Gerakan ini akan tetap berlanjut sampai manager perusahaan temui kami massa aksi. Tapi sasaran kami ke PT WBN, bukan IWIP. Karena WBN yang lakukan penambangan,” kata Mardani Legaylol yang juga koordinator aksi.

Aksi ini dilakukan karena Sungai Sagea yang menjadi sumber hidup warga Sagea yang tercemar akibat kerukan tambang belum juga pulih.   
Bebebrapa hari lalu air sungai Sagea berwarna kuning padahal tidak ada hujan. Sementara air sungai Sagea merupakan sumber air bersih warga.

“Sungai Sagea kembali keruh terjadi sekitar tiga hari lalu.Warga  Desa Sagea dan Desa Kiya kaget, masa  tak ada  hujan  air menjadi kuning,” katanya.
Kapolsek Weda Utara Ipda Jarot Cahyono mengatakan warga yang berdemo   melewati batas-batas prosedur pengamanan. Karena itu aparat di lapangan  menembakkan gas air mata menghalau massa.

“(Ricuh) karena  mereka  lewati batas-batas prosedur pengamanan. Aksi  mereka  akan melewati ring 1, ring 2, sehingga ring 3 harus bertindak,” ujar kilah Ipda Jarot.

“Intinya tuntutan mereka tidak diakomodir sama pihak perusahaan, maunya perusahaan juga tidak diterima oleh mereka. Artinya tidak ada titik temu, sehingga mereka paksa masuk dengan memundurkan truk yang mereka gunakan itu membuka ring 1 dan ring 2, sehingga ring 3  harus menindak tegas,” lanjutnya.

Aksi yang diberi title    Sagea  Menggugat  itu dilakukan sebagai bentuk  menyikapi apa yang terjadi akhie akhir  ini. Di mana  aliran Sungai Sagea mengalami perubahan warna. Aliran sungai Sagea mendadak keruh berwarna kuning. Meski sering keruh ketika terjadi hujan lebat, secara visual kekeruhan seperti  ini berbeda dari sebelum-sebelumnya dan lebih mirip sungai-sungai yang telah tercemar sedimen tambang seperti Kobe dan Waleh.

“Keruhnya Sungai Sagea terjadi mulai akhir Juli, sepanjang Agustus hingga akhir September 2023. Terbaru, pada 23 – 25 Oktober Sungai Sagea mendadak keruh kekuningan. Jika menganalisis penyebab keruhnya sungai Sagea, tentunya perlu menelusuri hingga ke hulu di Sagea Atas. Kami mengumpulkan foto citra satelit dari bulan Maret hingga Agustus mendapati ada bukaan lahan dan pembuatan jalan di wilayah Sagea Atas yang mana kawasan tersebut masuk dalam konsesi PT. Weda Bay Nickel (WBN).

PT. WBN merupakan perusahaan pertambangan nikel yang terintegrasi dengan PT. IWIP dan memiliki luas konsesi sebesar 45,065 Ha, dimana wilayah Sagea Atas (Jiguru, Bokimekot, Pintu, dll) juga termasuk di dalamnya,” jelas Adlun Fikri Juru bicara Komunitas Save Sagea.

Menurtnya, dari pantauan lapangan, terdapat pembuatan jalan untuk pengerahan alat untuk pengeboran (eksplorasi) oleh PT. WBN, sehingga indikasi kuat tercemarnya sungai Sagea akibat dari aktivitas PT. WBN yang membuat jalan di atas anak sungai dalam wilayah Daerah Aliran Sungai Sagea. Sebagaimana temuan Forum Koordinasi DAS Moloku Kie Raha yang tertuang dalam berita acara kunjungan lapangan mereka pada 26 s.d. 27 Agustus 2023, dalam poin 1 menyatakan bahwa: secara faktual di lapangan sudah terdapat perubahan biofisik yang disebabkan faktor non alam / antropogenik (aktivitas manusia); kemudian pada poin 4 yang berbunyi: berdasarkan sebaran IUP di sekitar DAS Ake Sagea, perlu dilakukan pengawasan terpadu dan objektif terhadap aktivitas pertambangan.

Desak PT WBN Bertanggung Jawab

Sekadar diketahui Daerah Aliran Sungai (DAS) Sagea memiliki luas 18.200,4 Ha (BPDAS Ake Malamo, 2023) dimana terdapat 3 sungai besar dan ratusan anak-anak sungai. Sayangnya ada 5 Ijin Usaha Pertambangan (IUP) yang sebagian konsesinya masuk dalam DAS Sagea yaitu PT. Weda Bay Nickel seluas 6858 Ha, PT. Dharma Rosadi Internasional seluas 341 Ha, PT. First Pasific Mining seluas 1467 Ha, PT. Karunia Sagea Mineral seluas 463 Ha, dan PT. Gamping Mining Indonesia seluas 2170 Ha. Dari 5 IUP di atas baru PT. WBN yang melakukan aktivitas di bagian hulu DAS Sagea.

“Persoalan keruhnya air Sungai Sagea tidak bisa dilepaspisahkan dari DAS yang telah dirusak oleh PT. WBN. Ketika turun hujan material tanah bekas bukaan lahan akan tererosi ke sungai,”jelasnya.

Bagaimanapun aktivitas pembukaan lahan di wilayah DAS Sagea mesti diberhentikan karena besar kemungkinan erosi tanah terus terjadi mengalir ke Sungai Sagea dan akan sangat berpengaruh ke sistem sungai bawah tanah di kawasan Karst Sagea dan Gua Bokimoruru.

“Bagi  Kami  Sagea adalah nafas dan harga diri kami. sungai yang selama ini kami jadikan sebagai sumber penghidupan dan dikeramatkan oleh leluhur kami.” cecarnya.

Melalui aksi ini Koalisi Selamatkan Kampung Sagea atau #SaveSagea menuntut agar:

1) PT. WBN menghentikan operasinya di hulu DAS Sagea atau wilayah Sagea,

2) Melakukan Restorasi dan Rehabilitasi DAS Sagea,

3) Bertanggungjawab atas dampak dari pencemaran Sungai Sagea, dan

4) Wilayah DAS Sagea harus dilindungi dan dikeluarkan dari rencana pertambangan PT. WBN.  

  • Penulis:

Rekomendasi Untuk Anda

  • Ingatkan Warga Kota Ternate Hemat, Jaga dan Rawat Air

    • calendar_month Sab, 18 Mar 2023
    • account_circle
    • visibility 189
    • 0Komentar

    Kampanye Jalanan Komuntas Save Ake Gaale Ternate Hari Air Sedunia atau World Water Day yang diperingati warga dunia pada 23 Maret setiap tahun, selalu diperingati juga kelompok masyarakat di Kelurahan Sangaji Kota Ternate Utara, terutama mereka yang berada di kawasan sumber mata air Ake Gaale.   Ada beragam cara dilakukan. Salah satunya sebelum masuk puncak […]

  • KLHK Sosialisasikan FOLU Net Sink 2030 di Maluku Utara

    • calendar_month Rab, 22 Feb 2023
    • account_circle
    • visibility 152
    • 0Komentar

    Indonesia Forestry and Other Land Uses (FOLU) Net-Sink 2030 merupakan suatu kondisi dimana tingkat serapan karbon sektor kehutanan dan penggunaan lahan lainnya sudah berimbang atau bahkan lebih tinggi dari tingkat emisi yang dihasilkan sektor tersebut pada tahun 2030 merupakan   Komitmen Indonesia  untuk mendorong tercapainya tingkat emisi GRK sebesar -140 juta ton CO2e pada tahun 2030 […]

  • Mangrove di Malut Menyusut 5.030,71 Hektar

    • calendar_month Sel, 6 Okt 2020
    • account_circle
    • visibility 403
    • 0Komentar

    Mangrove-di-kawasan-Logas-Guruapin Kayoa yang-masih-terjaga/foto mahmud Ichi

  • Di Mare akan Dikembangkan Jambu Mente

    • calendar_month Kam, 8 Nov 2018
    • account_circle
    • visibility 216
    • 0Komentar

    Pulau Mare Tidore Kepulauan  yang  menjadi pusat gerabah di Maluku Utara,   segera dikembangkan menjadi pusat produksi jambu mente di  Maluku Utara. Pihak Kantor Kesatuan Pengelolaan Hutan (KPH) Ternate- Tidore    berencana mengembangkan lahan hutan lindung  di  Pulau Mare ini dengan tanaman jambu mente.  Data  Kesatuan Pengelolaan   Hutan (KPH) Ternate-Tidore  menunjukan dari luas hutan lindung Pulau Mare […]

  • Pulau Sumba Jadi Titik Nol Penetapan Hari Keadilan Ekologi Dunia

    • calendar_month Sel, 23 Sep 2025
    • account_circle
    • visibility 201
    • 0Komentar

    Pulau Sumba yang dikenal dengan nama tanah humba   atau tanah marapu, menjadi titik nol ditetapkannya, hari Keadilan Ekologi dunia atau World EcologicaJustce Day. Hari penting ini digagas oleh Wahana Ligkungan Hidup Indonesia (WALHI) pada Sabtu 20 September 2025 bertepatan dengan kegiatan pertemuan nasional lingkungan  hidup (PNLH) WALHI ke XIV yang  dipusatkan di Kota Waingapu […]

  •  “Nagari Beta Yang Gulana”

    • calendar_month Jum, 1 Mar 2024
    • account_circle
    • visibility 216
    • 1Komentar

    mendung terus sepanjang hari.. mentari seakan enggan beranjak, tegar bersembunyi dibalik awan.. seiring hujan kian merintik bagai menandai duka anak bangsa yang terlilit nasib diantara antrian nan panjang untuk sebutir nasi demi sesuap dan.. disudut sana di kotaraja prawira nagara ketawa ketiwi berdecak kagum berbagi bintang dipundak, dalam jejak penuh tetesan darah.. darah anak negeri […]

expand_less