Breaking News
light_mode
Beranda » Kabar Kampung » Dari Forum Adat Kesangadjian, Selamatkan Alam Halmahera Timur

Dari Forum Adat Kesangadjian, Selamatkan Alam Halmahera Timur

  • account_circle
  • calendar_month Sel, 7 Jan 2025
  • visibility 645

Forum adat di bawah Kesangadjian  yang berada  di Halmahera Timur  diinisiasi pembentukannya oleh masyarakat. Gerakan  yang dilakukan Kesangadjian   Bicoli dan turut menghadirkan Sangaji  di Maba itu dilaksanakan  pada 27 dan 28 Desember 2024 lalu. Forum Adat Kesangadjian ini merupakan yang  pertama di Halmahera Timur.

Kegiatan itu itu dipusatkan di Balai Desa Wayamli, Halmahera Timur Maluku Utara.  Dalam pelaksanaan kegiatan itu, para  tetua dari masing-masing daerah sekitar berdatangan. Sebagian mengenakan baju adat. Ada juga pemerintah desa. Selain ini, ada keterwakilan masayrakat adat O’Hongana Manyawa, atau Suku Tobelo Dalam dari Desa Lili.

Acara ini terselenggara atas dukungan LSM  Fala Lamo, yang tiga tahun terakhir bersama warga memetakan potensi  wilayah perikanan hingga sosial budaya di daerah Bicoli dan sekitarnya.

Jefferson Tasik, Executive Director Fala Lamo mengatakan,  secara khusus dari pelaksanaan Forum Adat ini adalah: Penguatan fungsi dan peran kelembagaan adat dalam struktur adat Kesangdjian Bicoli.

“Dalam forum ini, mendiskusikan sikap masyarakat adat Kesangadjian Bicoli terhadap berbagai isu sosial budaya dan lingkungan yang berkembang dalam wilayah adatnya saat ini,” kata Jefferson Senin (30/12/202) lalu.

Dia turut berharap  dari Forum Adat yang pertama kali diselenggarakan ini,  dapat melihat kelengkapan struktur kelembagaan  adat di seluruh desa pesisir di Bicoli, hingga kesepahaman fungsi dan peran kekinian serta kesepakatan kelembagaan adat kesangadjian Bicoli untuk merespons bebagai isu sosial-budaya dan lingkungan dalam wilayah adatnya secara bersama-sama.

Selama dua hari kegiatan,  dan acara  pembagian kelompok, perangkat adat masing-masing wilayah turut menyampaikan  masalah yang mereka  hadapi saat ini. Misalnya terkait struktur kelembagaan dari pihak kesultanan, yang masih ganda, begitu juga peran mereka. Hal ini jika tidak diselesaikan bisa  menjadi masalah di kemudian hari.

“Forum adat ini penting diadakan agar semua dapat duduk bersama menyelesaikan masalah dan memberikan rekomendasi pada pihak Kesultanan Tidore,” kata Sangaji Bicoli Samaun Seba. Dia mengatakan, di Wayamli misalnya, hanya ada struktur adat Kimalaha. Padahal seharusnya  jika berada di bawah strukur  Sangaji Bicoli,  maka posisis mereka adalah Kapita Lao di Wayamli. Ini pun menjadi bahan diskusi di Forum Adat  tersebut.

“Untuk itu terkait struktur adat akan dibentuk kembali sehingga menjadi baik dan rapi di setiap desa, yang menjadi wilayah Sangaji Bicoli,” ujarnya.

Sekretaris Desa Wayamli Abbas Yusuf menjelaskan kegiatan seperti ini harusnya dibuat lebih besar lagi dan berkelanjutan karena sangat baik dan bernilai positif bagi masyarakat dan Pemerintah Desa. Dari hasil diskusi dalam forum adat itu diharapkan menjadi satu rekomendasi kepada masyarakat adat pesisir,” kata   Abbas.

Sementara  Habian,  selaku Dimono (orang yang dituakan) Masyarakat Adat O’Hongana Manyawa di wilayah Desa Lili mengatakan,  forum adat ini, memperkuat hak mereka selaku masyarakat adat, yang wilayah mereka kini berhadapan dengan izin konsesi pertambangan.

Habian yang juga  kepala Desa Lili itu bilang, kehidupan mereka tidak bisa dipisahkan dengan hutan dan sungai. Sebab itu, dia berharap, forum adat ini, terus dilakukan agar masyarakat adat di Maluku Utara menjadi perhatian serius pemerintah. “O’akere de O’Fongana mea wowango mangii (Sungai dan hutan adalah tempat hidup kami),” singkatnya.

Melalui pertemuan dan diskusi panjang selana dua hari dalam Forum Adat itu, lahirlah lima rekomendasi  yakni

Pertama, Penguatan pengetahuan dan pemahaman tentang sejarah kesangadjian (termasuk Soa), struktur kelembagaan adat dan regenerasi kepemimpinan/tokoh adat.

Kedua, Penegasan tata batas wilayah adat sangadji di darat/hutan dan laut

Ketiga, Penguatan aturan adat tentang tanah, hutan dan perairan

Kempat Perlindungan ekosistem hutan, sungai , pesisir dan laut dalam wilayah adat sangadji.

Kelima, Reclaiming wilayah hutan dan perairan ada.

  • Penulis:

Rekomendasi Untuk Anda

  • Kenalkan Kehati Malut Lewat Pameran Kehidupan Liar

    • calendar_month Ming, 13 Jun 2021
    • account_circle
    • visibility 156
    • 1Komentar

    Foto yang ditampilkam dalam pameran pertama yang dilaksanakan pada 2020 lalu

  • Empat Lembaga Bongkar Bobrok PT Korido di Gane

    • calendar_month Sen, 12 Nov 2018
    • account_circle
    • visibility 178
    • 0Komentar

    Diduga Lakukan  Pembalakan Liar hingga Pelanggaran HAM Investasi perkebunan sawit di Gane Kabupaten Halmahera Selatan Provinsi Maluku Utara hampir 11 tahun ini, meninggalkan penderitaan luar biasa bagi warga. Mereka tidak hanya kehilangan ruang kelola seperti kebun, tetapi juga menderita secara sosial dan ekonomi. Aktivitas perusahaan raksasa dari Korea bernama Korea Indonesia (Korindo) itu  bahkan diduga  […]

  • Cerita Warga Ibukota Malut Berjuang Dapatkan Air Bersih

    • calendar_month Sel, 4 Jan 2022
    • account_circle
    • visibility 158
    • 0Komentar

    Ilustrasi kran yang airnya berjalan lancar

  • Waspada, Cuaca Buruk Landa Maluku Utara

    • calendar_month Rab, 15 Feb 2023
    • account_circle
    • visibility 201
    • 2Komentar

    Angin kencang yang terjadi selasa (14/2/2023) malam pohon di kawasan Kasturian Ternate tumbang dan menutupi jalan di kawasan tak jauh dari Kantor Polsek Kota Ternate Utara tersebut. foto istimewa

  • Melihat Festival Kalaodi, dan Pekan Lingkungan Hidup P3K

    • calendar_month Sen, 26 Nov 2018
    • account_circle
    • visibility 170
    • 0Komentar

    Ajakan Kembali ke Alam  hingga Lindungi Pulau dan Laut Gendang dan tifa mengiringi  soya-soya Kalaodi. Tarian  itu sekaligus menjadi salam pembuka kepada tamu  dan warga  yang datang   menyaksikan    festival  Buku se Dou Kalaodi   Kota Tidore Kepulauan. Selain festival Kaaodi,   dilanjutkan  dengan  Pekan Pelestarian Hutan Mangrove dan Ekowisata Pesisir Laut  di Kayoa Halmahera Selatan. Acara ini   adalah satu […]

  • Ini Cara Menyiapkan Warga Adaptif Ketika Bencana (1)

    • calendar_month Jum, 14 Agu 2020
    • account_circle
    • visibility 148
    • 0Komentar

    Penyiapan Pangan Warga Sangatlah Penting Bencana baik alam maupun non alam berdampak cukup serius bagi warga.  Pandemi Covid-19 misalnya, membuat hampir semua orang menjadi kurang produktif.  Pemenuhan kebutuhan hidup di masa pandemi pun  jadi tantangan.   Warga menjadi sangat rentan terutama  dalam memenuhi kebutuhan pangan. Karena itu perlu membangun  ketangguhan. Menata kembali kehidupan sosial dan lingkungan, […]

expand_less