Breaking News
light_mode
Beranda » Ragam » SYUKURAN WISUDA

SYUKURAN WISUDA

  • account_circle
  • calendar_month Ming, 19 Mar 2023
  • visibility 275

Entah sejak kapan, di kota ini, acara makan-makan, musik, bahkan barongge digelar seusai wisuda. Ada yang bilang, tradisi merayakan keberhasilan mencapai gelar sarjana ini sudah mulai ada satu dekade terakhir. 

Makin ke sini, syukuran wisuda itu bahkan lebih riuh rendah. Tidak hanya tenda, makanan, dan musik. Ada tirai latar, backdrop di rumah si empunya hajatan wisuda. Tirai latar yang bertuliskan happy graduation  dan foto sang wisudawan/wati lengkap dengan toga itu bahkan dipampang sebagai latar belakang sebuah panggung yang mirip tempat pelaminan pengantin.

Tanggal 18 Maret 2023, di kota ini, riuh rendah syukuran itu bahkan cukup terasa, sebab ada dua universitas–Unkhair dan UMMU–melepas lulusannya.

Istri saya dan teman istri saya, ponakan saya dan teman ponakan saya dan temannya teman ponakan saya sampai bingung acara syukuran wisuda mana yang duluan dikunjungi. Mereka bilang ada 5 undangan happy graduation. Ponakan saya bahkan sampai sore jelang magrib masih berada di tempat kelima acara syukuran wisuda temannya.

Happy graduation, ya bergembira, berbahagia, sumringah karena telah merampungkan kuliah S1. Ada makanan, ada musik, bahkan ada barongge. Karena itu, jangan ditanya soal kebahagiaan.

Kali ini ada yang menarik dan unik. Pas di depan rumah saya ada happy graduation.Sehari sebelumny  saya sempat bertegur sapa dengan orang tua wisudawan. Suami istri paruh baya itu berasal dari salah satu kabupaten di Malut. Mereka datang ke Ternate untuk menghadiri wisuda anaknya dan buat syukuran di rumah saudaranya, pas di depan rumah saya.

Saya bertanya kepada suami istri itu, siapa yang mau wisuda?

“Torang pe ana, Pak!” serempak mereka jawab.

“Anak ke berapa?”

“Anak pertama, Pak”

“Wah, ini sarjana magori ya? Sukses buat ibu dan bapak ya.  Anaknya wisuda di mana?”

“Di Unkhair, Pak. Wisuda di kampus yang di Akehuda tu, Pak”, sang istri langsung menyambar.

Saya tersenyum. Suami istri ini pasti tidak mengenal saya dan saya pun tidak bermaksud memperkenalkan diri. 

Kembali soal happy graduation. Sore tadi selepas asar saya keluar rumah untuk satu keperluan. Di jalan ramai. Banyak sepeda motor dikendarai anak muda seusia mahasiswa. Berboncengan  sesama laki-laki atau sesama perempuan atau laki dan perempuan. Mereka bisa dikenali karena ada yang “berseragam” bikinan sendiri lengkap dengan logo universitas ditambah simbol lain yang mirip pangkat-pangkat polisi, juga bendera merah putih di lengan baju kanan. Bahkan seragam itu berbeda antarprodi.

Tampaknya mahasiswa ini baru pulang dari syukuran temannya yang baru wisuda pagi tadi.

Happy graduation kini bukan lagi sekadar syukuran tetapi telah berubah menjadi sebuah gaya baru dalam mengonfirmasi kesuksesan.

Ada tiga hal menarik dalam syukuran wisuda: makan, musik, dan barongge. Itukah tiga tanda penting tentang kebahagiaan?

Ada satu lagi yang menarik. Di undangan dan di tirai latar, kita lebih banyak membaca happy graduation, ketimbang syukuran wisuda. 

Kita tidak tahu berapa skor TOEFL atau IELT sang wisudawan. Tapi rasanya kita tak yakin atau tak percaya diri kalau kita menyebut syukuran wisuda.

Sidang senat terbuka di Auditorium Haji Abdullah Djan Hoatseng UMMU dihadiri 190 wisudawan dan wisudawati serta orang tua dan pendamping. foto RRI.com

Makin mentradisinya syukuran wisuda menampilkan satu cara baru merayakan keberhasilan. Ia makin ke sini makin menjadi maujud semacam “ekonomi kegembiraan.”  Hitung aja berapa ikat sayur mayur, ikan, daging, telur, beras dan sembako lain serta buah-buahan terjual habis. Belum lagi sewa tenda dan sound system.

Happy graduation  tidak saja mengonfirmasi kegembiraan tetapi juga telah menjadi ladang musiman bagi pedagang sembako, sewa tenda dan sound system. Di sini ekonomi kegembiraan beroperasi.

Pada happy graduation janganlah Anda bertanya tentang kebahagiaan. Apalagi mau bertanya tentang kapan wisudawan mendapatkan pekerjaan.

Mungkin di lain waktu para rektor dan ketua semua perguruan tinggi di kota ini bersepakat untuk melaksanakan wisuda pada satu hari yang sama. Kita lihat saja apa yang terjadi. Saya pikir kusi alias jantung pisang pun akan habis terjual.

Ibrahim Gibra

18 Maret 2023

  • Penulis:

Rekomendasi Untuk Anda

  • Ini Potret Desa Sumber Pangan di Pulau Morotai

    • calendar_month Rab, 28 Feb 2018
    • account_circle
    • visibility 186
    • 0Komentar

    Gugusan pulau-pulau kecil di bawah langit terlihat biru kala mendekati Kepulauan Morotai, Maluku Utara, menumpangi kapal ferry, pada awal 2018. Ada  Pulau Dodola, Zum-zum, dan Pulau Kolorai, tempat produksi rumput laut. Pulau-pulau kecil pun menyimpan sejarah panjang Perang Dunia ke II. Pulau Zum-zum, merupakan saksi bisu pertempuran Jepang dan sekutu Tentara Amerika yang dipimpin Jenderal […]

  • Ini Cara Antisipasi Stok Pangan Saat Pandemi

    Ini Cara Antisipasi Stok Pangan Saat Pandemi

    • calendar_month Rab, 17 Jun 2020
    • account_circle
    • visibility 141
    • 0Komentar

    Hasil kajian yang dilakukan  pemerintah provinsi Maluku Utara melalui  dokumen Food Security  and  Vurnerability  Atlas (FVSA), atau peta keamanan dan kerentanan pangan di Maluku Utara, menunjukan ada sejumlah sangat rawan pangan. Dasarnya  daerah daerah itu tidak mampu memproduksi  pangan  sendiri tetapi mengharapkan pasokan dari luar. Kabupaten  Kepulauan Sula dan Taliabu serta Tidore Kepulauan atau 23 kecamatan di […]

  • KTH Woda Oba Tidore Kepulauan Kirim Damar ke Surabaya

    • calendar_month Sab, 22 Jul 2023
    • account_circle
    • visibility 243
    • 1Komentar

    Diambil dari Hutan Desa Program Perhutanan Sosial Hasil hutan yang dikelola masyarakat   dalam program Perhutanan Social (PS) tidak hanya hasil hutan kayu.  Hasil non kayu serta jasa lingkungan juga bisa dikelola dan menjadi sumber pendapatan penting. Hal ini juga yang dilakukan Kelompok Tani Hutan (KTH)   Desa Woda Kecamatan Oba Tidore Kepulauan saat ini. KTH  Woda saat […]

  • Halua Kenari, Sumber Pendapatan Ibu-ibu Suma

    • calendar_month Ming, 29 Nov 2020
    • account_circle
    • visibility 284
    • 0Komentar

    Ibu Ainun (jilbab hijau) melepas tempurung kenari dari isinya dengan cara dipukul dengan batu

  • Mtu Mya Halteng, Destinasi Eksotis yang Terancam Abrasi

    • calendar_month Ming, 17 Jan 2021
    • account_circle
    • visibility 364
    • 0Komentar

    Hamparan pasir putih menghiasi pulau kecil berukuran sekira 70  meter  persegi itu. Di kiri kanannya terlihat  laut biru tosque dan terumbu karang yang sebagian sudah mulai mulai mati. Pulau tersebut tak lagi berpohon. Pohon yang dulu rindang dan tumbuh lebat di ekosistem pantai ini, telah mati. Baru ada beberapa pohon ditanam kembali oleh warga dan […]

  • Greenpeace: Wajib Lindungi Laut 30×30 2030

    • calendar_month Jum, 24 Feb 2023
    • account_circle
    • visibility 178
    • 0Komentar

    Para aktivis Greenpeace Indonesia membentangkan spanduk bertuliskan pesan “LINDUNGI LAUT SELAMANYA” di kawasan Bundaran Hotel Indonesia, Jakarta Pusat,  Kamis, 23 Februari 2023. Aksi  ini sebagai bentik desakan kepada pemerintah Indonesia untuk meningkatkan komitmen melindungi lautan. Aksi ini berlangsung bersamaan dengan diselenggarakannya  perundingan untuk Perjanjian Laut Internasional atau Global Ocean Treaty di kantor Persatuan Bangsa-Bangsa (PBB), […]

expand_less