Breaking News
light_mode
Beranda » Laut dan Pesisir » Maluku Utara Masuk Habitat Dugong di Indonesia Timur

Maluku Utara Masuk Habitat Dugong di Indonesia Timur

  • account_circle
  • calendar_month Ming, 12 Feb 2023
  • visibility 565

Wilayah laut Maluku Utara memiliki keanekaragaman hayati  cukup melimpah, terutama jenis biota laut. Salah satunya adalah mamalia dugong.   Kondisi laut yang  banyak memiliki  ekosistem lamun padat biasanya menjadi tempat  utama  dugong mencari makan. 

Dikutip dari https://kkp.go.id/djprl/lpsplsorong/artikel/34537-habitat-dugong-di-perairan-wilayah-indonesia-timur-maluku-maluku-utara-papua-dan-papua-barat) menyebutkan bahwa Dugong (Dugong dugon) merupakan salah satu dari 35 jenis mamalia laut di perairan indonesia yang dapat ditemui di habitat padang lamun. Mamalia Dugong adalah bagian dari ordo Sirenia. Sementara semua anggota Sirenia adalah mamalia laut herbivor, dan telah beradaptasi dengan baik dengan lingkungan lautnya.

Ordo Sirenia terdiri atas dua family, yaitu Trichechidae dan Dugongidae. Dugong adalah salah satu dari dua anggota family Dugongidae; anggota lainnya, yaitu Sapi Laut Steller (Hydrodamalis gigas) telah punah akibat perburuan di abad ke-18, hanya 30 tahun setelah ditemukan.

Klasifikasi Dugong berdasarkan Muller (1766) adalah sebagai berikut:

 Phyum:Chordata
Class:Mammalia
Ordo:Sirenia
Family:Dugonginae
Genus:Dugong
Spesies:Dugong dugon

Menurut data Loka Pengelolaan Sumberdaya Pesisir dan Laut (PSPL) Sorong, secara khusus penelitian  potensi habitat dugong di perairan Maluku Utara belum dilakukan. Namun dengan dilihat dan adanya beberapa kejadian terdamparnya dugong di beberapa pesisir dan periaran laut Maluku Utara  mengindikasikan bahwa, ada potensi habitat dugong.

Ada beberapa wilayah yang berpotensi menjadi habitat dugong di perairan Maluku Utara, diantaranya perairan kota Ternate, Kota Tidore, Kabupaten   Halmahera Timur (Wasile), Kabupaten Pulau Morotai (TWP Pulau Rao-Tanjung Dahegila), Halmahera Barat, Halmahera Selatan (Weda), dan Halmahera Utara (Tobelo)

Kawasan Laut Morotai menjadi tempat hidup dugong, foto M Ichi

Sementara pada tahun 1990 dan 1992 telah dilakukan penilitian tentang distribusi, migrasi, dan pola makan dugong di Aru Timur dan Pulau-pulau Lease (Ambon dan kepulauaan Haruku, Saparua, dan Nusa Laut) oleh tim dari Universitas Pattimura Ambon dan Laiden University yang mendapati populasi dugong diperairan tersebut berkisar 22-37 ekor. Selain di Aru Timur dan Pulau-pulau Lease (Ambon dan kepulauaan Haruku, Saparua, dan Nusa Laut) Kawasan Konservasi Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil (KKP3K), Pulau Kei Kecil, perairan dan pulau-pulau di sekitarnya, Kabupaten Maluku Tenggara merupakan habitat dugong yang didukung dengan luasnya ekosistem padang lamun mencapai 5.314,90 ha yang didominasi dari jenis Thalassia hemprichiiHalophila ovalis, dan Halodule uninervis dengan rata-rata persen tutupan lamun, yaitu 43,62% dan memiliki rata-rata kerapatan lamun 16 batang/m2. Keberadaan padang lamun ini tentunya menjadi indikasi akan adanya dugong di wilayah tersebut, mengingat padang lamun sebagai wilayah makan mereka, terlebih lamun jenis Halophila dan Halodule (Dokumen Rencana Pengelolaan KKP3K Maluku Tenggara 2015; Aragones 1996).

Selain bukti keberadaan dugong di perairan Maluku lewat penelitian ilmiah, keberadaan dugong diperairan Maluku juga dapat dibuktikan dengan kejadian terdamparnya dugong. Tahun 2016-2018 tercatat ada 6 kejadian D. dugon terdampar di Provinsi Maluku dari 20 kejadian D. dugon terdampar di wilayah Indonesia Timur.

Secara nasional di tahun 1970-an populasi dugong di perairan Indonesia diperkirakan mencapai 10.000 ekor, sedangkan pada tahun 1994 diperkirakan hanya tersisa 1.000 ekor saja (Marsh et al., 2002). Mamalia laut yang semakin langka ini dilindungi dari kepunahan berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 7 Tahun 1999 tentang Pengawetan jenis Tumbuhan dan Satwa, Permen KP No 12/Men/2012 Tentang Usaha Perikanan Tangkap di Laut Lepas dan Status perlindungan dugong dilindungi secara nasional dan internasional (UU No 5 tahun 1990, UU Perikanan No. 31 tahun 2004 jo UU No45 tahun 2009, Permen LHK P.106/MENLHK/Setjen/KUM 1/12/2018, CITES Terkait dengan pengelolaan Duyung).

Habitat Hidup Dugong Di Perairan Wilayah Timur Indonesia

Persebaran dugong bisa ditemukan di kawasan perairan sekurang-kurangnya 37 negara di indo-pasifik (Marsh et al., 2002). Indonesia merupakan Negara yang menjadi habitat dugong. Pada umumnya persebaran dugong terdapat di Indonesia bagian timur (Lawler, 2002), namun persebaranya hanya dibeberapa tempat saja.

Keberadaan dugong berasosiasi langsung dengan keberadaan populasi padang lamun. Di perairan Indonesia lamun umumnya tumbuh di daerah pasang surut dan sekitar pulau-pulau karang (Nienhuis et al., 1989). Tumbuh pada substrat dengan dasar lumpur, pasir berlumpur, pasir dan pecahan karang. Dimana Jumlah spesies lamun di dunia adalah 60 spesies, yang terdiri atas 2 suku dan 12 marga (Kuo and McComb, 1989).

Dugong yang tedampar di pantai juanga dan dikubur oleh warga dan petugas foto Fahrudin Banyo

Di perairan Indonesia terdapat 15 spesies, yang terdiri atas 2 suku dan 7 marga. Jumlah spesies lamun di dunia adalah 60 spesies, yang terdiri atas 2 suku dan 12 marga (Kuo and McComb 1989). Jenis lamun yang dapat dijumpai adalah 12 jenis, yaitu Enhalus acoroides, Thalassia hemprichii, Cimodocea rotundata, Cimodocea serrulata, Haludole pinifolia, Halodule uninervis, Halophila decipiens, Halophila ovalis, Halophila minor, Halophila spinulosa, Syringodium iseotifolium, dan Thalassodendron ciliatum. Tiga jenis lainnya, yaitu Halophila sulawesii merupakan jenis lamun baru yang ditemukan oleh Kuo (2007), Halophila becarii yang ditemukan herbariumnya tanpa keterangan yang jelas, dan Ruppia maritima yang dijumpai koleksi herbariumnya dari Ancol-Jakarta dan Pasir Putih-Jawa Timur.

Dugong diidentifikasi memakan seluruh jenis lamun, namun Jenis-jenis lamun yang disenangi umumnya adalah Halodule uninervsis, H. pinifolia, Syringodium isoetifolium. Halophila ovalis. H. spinulosa, Cymodocea rotundata, C. serrulate, Thalasia hemprichii, dan  Zostera capricorni  (PREN   1993; LANYON et al. 1989; DE YONG et al. 1995) Untuk itu, duyung sebagai hewan herbivora akan tergantung sangat dengan penyebaran lamun.

#Makin Tahu Indonesia

  • Penulis:

Rekomendasi Untuk Anda

  • Koalisi CSO dan Masyarakat Sipil Kawal RUU Masyarakat Adat

    • calendar_month Kam, 10 Sep 2020
    • account_circle
    • visibility 156
    • 0Komentar

    Masyarakat Adat Tobelo Dalam di Hutan Halmahera Benteng Terakhir Hutan Halmahera foto Opan Jacky Polhut TNAL

  • Potensi Geothermal Idamdehe Halmahera Barat  

    • calendar_month Sen, 3 Jul 2023
    • account_circle
    • visibility 350
    • 1Komentar

    Bisakah Menjawab Masalah Listrik di Malut? Potensi Geothermal Idamdehe Jailolo Halmahera Barat   Menjawab Masalah Listrik  di  Malut? Provinsi Maluku Utara memiliki luas wilayah mencapai 145.801,10 km² terdiri dari lautan 113.796,53 km² (69,08 persen) dan luas daratan 32.004,57 km² (30,92 persen). Provinsi   ini memiliki 10 Kota/Kabupaten yaitu Kota Ternate, Kota Tidore Kepulauan, Kabupaten Halmahera Barat, […]

  • Tambang  PT MAI Beroperasi,  Desa Sagea Kiya Makin Terancam

    • calendar_month Sel, 14 Okt 2025
    • account_circle
    • visibility 117
    • 0Komentar

     Warga Desa Sagea-Kiya, Weda Utara, Halmahera Tengah, Maluku Utara, yang tergabung dalam Koalisi Save Sagea kembali menggelar aksi protes  Senin, 13 Oktober 2025. Aksi ini  dilakukan berkaitan dengan  aktivitas tambang PT Mining Abadi Indonesia (PT MAI), kontraktor dari perusahaan tambang nikel PT Zhong Hai Rare Metal Mining Indonesia dan PT First Pacific Mining. Aktivitas penambangan […]

  • Pulau Sumba Jadi Titik Nol Penetapan Hari Keadilan Ekologi Dunia

    • calendar_month Sel, 23 Sep 2025
    • account_circle
    • visibility 201
    • 0Komentar

    Pulau Sumba yang dikenal dengan nama tanah humba   atau tanah marapu, menjadi titik nol ditetapkannya, hari Keadilan Ekologi dunia atau World EcologicaJustce Day. Hari penting ini digagas oleh Wahana Ligkungan Hidup Indonesia (WALHI) pada Sabtu 20 September 2025 bertepatan dengan kegiatan pertemuan nasional lingkungan  hidup (PNLH) WALHI ke XIV yang  dipusatkan di Kota Waingapu […]

  • Ini Rencana Pesta Pesisir dan Pulau-pulau Kecil di Malut

    • calendar_month Jum, 16 Nov 2018
    • account_circle
    • visibility 180
    • 0Komentar

    Digelar di Kalaodi  dan  Kayoa  17  hingga 19 November Sebuah  pesta  berbasis  lingkungan   segera digelar  Wahana Lingkungan  Hidup (WALHI) Maluku Utara. Pekan lingkungan ini akan  digelar  di  Kalaodi  puncak Kota Tidore Kepualuan  dan Kayoa Halmahera Selatan.  Bertitel Pekan Lingkungan Hidup Pesisir Laut dan Pulau-pulau Kecil  akan   digelar sejumlah  acara.  Mulai dari  seminar lingkungan hidup  dan […]

  • Warning!  Global Boiling Mengancam  Dunia

    • calendar_month Kam, 10 Agu 2023
    • account_circle
    • visibility 299
    • 4Komentar

    Bumi  Mendidih, Waspadai Dampaknya Bagi Kesehatan   Perubahan iklim yang kian parah menyebabkan global warming sudah berubah menjadi global boiling. Akibatnya, ancaman kesehatan mulai dari heat stroke akibat suhu panas eksterm hingga peningkatan kasus infeksi akibat meningkatnya jumlah bakteri dapat terjadi.  Apa itu global boiling? Dampak global boiling untuk kesehatan yang perlu diwaspadai. Kekhawatiran akan global […]

expand_less