Breaking News
light_mode
Beranda » Kabar Malut » Ini Penjelasan Masyarakat Speleologi Indonesia Soal Bokimoruru

Ini Penjelasan Masyarakat Speleologi Indonesia Soal Bokimoruru

  • account_circle
  • calendar_month Kam, 7 Sep 2023
  • visibility 224

Masyarakat Speleologi Indonesia (MSI) yang memiliki spesifikasi keilmuan mempelajari gua termasuk  proses pembuatan dan lingkungannya   melihat kasus di Sungai Sagea dan Goa Bokimoruru  penting diberitanggapan. Melalui rilis MSI yang diterima kabarpulau.co.id/ Kamis (7/9/2023) menyampaikan  bahwa Gua Bokimoruru adalah Salah Satu Sistem Gua Sungai Bawah Tanah Terpanjang  di Indonesia. Gua  di Pulau Halmahera itu  saat ini tercemar  diduga akibat sedimentasi pembukaan lahan pertambangan.

Mirza Ahmad Heviko yang juga  Ketua Bidang Konservasi, Kampanye dan Advokasi, Masyarakat Speleologi Indonesia menjelasakan bahwa,  Kawasan Karst Sagea di Desa Sagea dan Kiya Weda Utara, Kabupaten Halmahera Tengah, Maluku Utara, menyimpan potensi keunikan kawasan karst yang memiliki Gua Bokimoruru.  Disebutkan, dalam laporan yang diterbitkan pada 1988   berjudul “Batukarst 88”, panjang gua yang berhasil dipetakan tim Ekspedisi Speleologi dari Prancis adalah sepanjang 7.467 km. Ini menjadikan Gua Batu Lubang atau Gua Bokimoruru sebagai gua terpanjang yang saat ini ditemukan di Pulau Halmahera. “Gua Bokimoruru merupakan gua dengan karateristik lorong horizontal bertingkat yang memiliki ruangan yang besar dan secara geologi disusun oleh batugamping massif,” jelasnya.   

Gua Bokimoruru, memiliki aliran sungai bawah tanah yang besar dan mengalir keluar gua membentuk aliran sungai permukaan yang disebut Sungai Sagea/Sageyen.  Dia bilang  lagi, bentukan lorong horizontal Gua Bokimaruru dengan ruang yang besar disusun oleh batugamping massif.

Sementara Sungai Sagea merupakan sistem sungai yang hilang dan muncul kembali sekitar 7 km  dimanfaatkan masyarakat setempat sebagai sumber kehidupan untuk penyediaan air bersih  dan wisata alam sungai dan Gua Bokimaruru.

Bentukan lorong horizontal Gua Bokimaruru dengan ruang yang besar disusun oleh batugamping masif foto MSI

“Akibat adanya pembukaan lahan yang dilakukan untuk   akses jalan dan pertambangan pada 28 Juli 2023 air berubah  jadi cokelat dan keruh dari hulu sampai ke hilir,” tulisnya dalam rilis itu.

Dia menyanggah, kesimpulan sementara Tim Investigasi yang menyatakan penyebab  perubahan pada warna air di Sungai Sagea dan Gua Bokimoruru bukan karena dampak aktivitas pertambangan. “Hal ini sangat tidak tepat,” jelasnya.

Karena berdasarkan hasil analisis di lapangan dan analisis citra yang dilakukan Koalisi Save Sagea menunjukkan pembukaan jalan menuju area pertambangan mengakibatkan kondisi tidak stabil pada lapisan tanah. Akibatnya bila terjadi hujan maka run off akibat pembukaan lahan akan membawa sedimen masuk ke alur sungai terdekat dengan jumlah yang besar.

Peningkatan sedimentasi yang cukup tinggi menjadi penyebab utama pencemaran dan selama bulan Agustus di wilayah hulu kawasan ini terjadi hujan secara terus menerus. “Akibat  pembukaan lahan untuk akses jalan pertambangan, air yang tidak bisa terserap menjadi aliran run off atau aliran permukaan mengalami proses pelumpuran yang membawa material sedimentasi berupa tanah dan lumpur dalam jumlah  besar masuk ke dalam sistem Sungai Sagea. Ini yang menjadikan air di sepanjang Sungai Sagea dan Gua Bokimaruru menjadi tercemar. Air yang semula bersih dan jernih menjadi coklat pekat,”katanya.    

Dia bilang lagi,  sedimentasi akan terjadi secara terus-menerus selama proses pembukaan lahan untuk pertambangan dilakukan. Butuh proses sangat lama untuk mengembalikan fungsi Sungai Sagea seperti semula.

“Ini harga yang dibayar ketika kita tidak berpihak pada keselamatan ekosistem Sungai Sagea,” cecarnya.

Dalam kegiatan pembukaan lahan untuk akses jalan dengan kondisi curah hujan yang tinggi sudah dapat menimbulkan pencemaran pada air, apabila pengupasan lahan secara besar-besaran di wilayah hulu terus terjadi. Terutama di wilayah-wilayah konsesi pertambangan Nikel maka peningkatan sedimentasi akan terjadi dan ekosistem Sungai Sagea tidak akan bisa dipulihkan.   

“Speleologi adalah ilmu tentang gua dan lingkungan sekitarnya dapat membantu menganalisis peristiwa pencemaran yang terjadi,” jelasnya.

Berdasarkan karateristik Gua Bokimoruru potensi  Longsor di dalam Gua Bokimoruru sangat tidak mungkin apabila tidak dipicu   gempa bumi, collaps, rock fall yang dapat memicu adanya longsoran di dalam gua. Apabila terjadi longsoran di dalam gua maka longsoran ini hanya bersifat lokal dan tidak akan berpengaruh pada skala yang sangat luas. Apalagi sampai membawa material sedimen berupa tanah dan lumpur mengingat kondisi Gua Bokimoruru disusun  batugamping masif.  

Dalam beberapa bulan terakhir tidak ada catatan gempabumi dangkal dengan skala yang besar terjadi di Halmahera. Hal ini tidak perlu  pembuktian geologi,  secara geologis kondisi kawasan karst memiliki keunikan tersendiri yang hanya bisa diungkap oleh penelitian Speleologi. Begitu juga Ekosistem Kawasan Karst Sagea tidak berdiri sendiri dan sangat terhubung sistem di sekitarnya.

Pembukaan Jalan untuk Tambang Material sedimen yang terbawa air masuk ke dalam Sungai Sagea foto MSI

Lingkungan gua sangat sensitif terhadap perubahan yang terjadi di lingkungan sekitar. Izin pertambangan di bagian hulu akan berpotensi hilangnya fungsi Sungai Sagea yang selama ini  jadi pusat kehidupan  masyarakat di wilayah Sagea dan sekitarnya. Mereka akan terdampak secara terus menerus selama penambangan terus dilakukan.  Selanjutnya akan sangat berdampak pada ekosistem kawasan karst yang akan berisiko terjadi bencana di masa yang akan datang.  

Terutama terhadap masyarakat di kawasan Sungai Sagea. Karena itu Masyarakat Speleologi Indonesia mengajak semua pihak menjaga keberlanjutan dan fungsi kawasan karst sebagai cadangan air di masa akan datang. “Proses karstifikasi/pelarutan batuan pada kawasan karst dapat memberikan manfaat untuk penyerapan karbon (CO2 ) yang dapat menjadi bagian dalam upaya pengurangan emisi dan dampak dari perubahan iklim,”tutupnya. (*)

  • Penulis:

Rekomendasi Untuk Anda

  • Cara Menyiapkan Warga Adaptif Ketika Bencana (2 habis)

    • calendar_month Sab, 15 Agu 2020
    • account_circle
    • visibility 217
    • 0Komentar

    Bagaimana Melakukannya di Komunitas? Bencana baik alam maupun non alam berdampak cukup serius bagi warga.  Pandemi Covid-19 misalnya, membuat hampir semua orang menjadi kurang produktif.  Pemenuhan kebutuhan hidup di masa pandemi pun  jadi tantangan.   Warga menjadi sangat rentan terutama  dalam memenuhi kebutuhan pangan. Karena itu perlu membangun  ketangguhan. Menata kembali kehidupan sosial dan lingkungan, yang […]

  • Gelar Program Save The Small Island, Warga dan Walhi Malut Tanam Mangrove

    • calendar_month Jum, 19 Agu 2016
    • account_circle
    • visibility 20
    • 0Komentar

    LABUHA – Masyarakat Desa Gane Dalam Kecamatan Gane Barat Selatan Halmahera Selatan, melakukan gerakan menanam 20  ribu anakan pohon mangrove. Aksi menanam di lahan-lahan mangrove yang rusak akibat perambahan orang tidak bertanggungjawab itu,  dilakukan selama  dua hari Rabu (5/11) dan Kamis (6/11) lalu. Program selamatkan lingkungan dengan menanam mangrove ini,  dilakukan bersama  LSM Wahana Lingkungan Hidup […]

  • Warga Kasubibi Kembangkan Padi Ladang

    • calendar_month Ming, 18 Jun 2023
    • account_circle
    • visibility 145
    • 2Komentar

    Program TEKAD Dampingi dan Buat Sekolah Lapang Program pemerintah bernama Transformasi Ekonomi Kampung Terpadu (TEKAD) menunjukan hasil menggembirakan.  Program yang didanai APBN dan International Fund for Agriculture Development (IFAD)  ini,  di Maluku Utara  difokuskan di Kabupaten Halmahera Selatan, Halmahera  Barat  dan Halmahera Tengah di  4 kecamatan dan 20 desa.   Salah satu daerah dampingan TEKAD […]

  • Ini 7 Mitigasi Awal Perubahan Iklim di Malut

    • calendar_month Sab, 25 Feb 2023
    • account_circle
    • visibility 167
    • 1Komentar

    Sebagai Upaya Mendukung Program FOLU Net Sink 2030 Setelah melalui proses panjang selama  dua hari Rabu (22/2/2023) dan Kamis (23/2/2023)  menggelar seminar dan diskus, i para pihak yang terlibat dalam workshop Penyusunan Rencana Kerja (Renja) Sub Nasional Indonesia’s FOLU Net Sink 2030 di Provinsi Maluku Utara menetapkan sejumlah  poin simpulan  yang akan ditindaklanjuti. Salah satunya […]

  • Pemanfaatan Potensi Laut Maluku Utara Masih Minim

    • calendar_month Sel, 8 Jun 2021
    • account_circle
    • visibility 486
    • 0Komentar

    Setiap 8 Juni diperingati sebagai hari laut sedunia atau World Ocean Day. Peringatan ini untuk mengingatkan pentingnya lautan bagi kehidupan manusia karena   menutupi lebih dari 70% planet Bumi. Dikutip dari https://tirto.id/hari-laut-sedunia-2021-tema-8-juni-cara-rayakan-world-ocean-day-gg) menyebutkan bahwa   laut menjadi sumber kehidupan manusia, mendukung kesejahteraan umat manusia dan setiap organisme lain di bumi. Lautan menghasilkan setidaknya 50% oksigen Bumi, merupakan […]

  • KLHK dan Warga Tanam Mangrove di Desa Toseho Tidore Kepulauan

    • calendar_month Kam, 8 Feb 2024
    • account_circle
    • visibility 321
    • 2Komentar

    Penanaman pohon secara serentak seluruh Indonesia    dilakukan juga di Maluku Utara pada Rabu 7/2/2024). Kegiatan  Kementerian  Lingkungan Hidup dan Kehutanan (LHK) itu, dihadiri Staf Khusus Menteri LHK, Kelik Wirawan Wahyu Widodo mewakili Menteri LHK Siti Nurbaya. Hadir juga  pejabat dan pegawai  instansi di bawah KLHK, Dinas Kehutanan provinsi polisi dan TNI serta beberapa instansi pemerintah […]

expand_less