Breaking News
light_mode
Beranda » Headline » BMKG: Potensi Cuaca Laut  Ekstrem Terjadi  Desember hingga Februari

BMKG: Potensi Cuaca Laut  Ekstrem Terjadi  Desember hingga Februari

  • account_circle Redaksi
  • calendar_month 16 jam yang lalu
  • visibility 15

Terjadi Merata, Termasuk di Laut Halmahera dan Laut Maluku   

Laut Halmahera dan laut Maluku yang berada di wilayah laut Maluku Utara masuk dalam potensi cuaca laut ekstrem yang terjadi Desember ini,Januari hingga Februari mendatang.

Setidaknya peringatan  kondisi ini disampaikan Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Kamis (4/11/2025). Dalam rilisnya  BMKG mengeluarkan peringatan cuaca laut ekstrem di periaran Indonesia termasuk di wilayah laut Maluku Utara. BMKG mengingatkan bahwa periode Desember, Januari, hingga Februari (DJF), gelombang tinggi akan lebih intens di wilayah Indonesia.

Berbagai fenomena atmosfer diperkirakan membuat gelombang laut meningkat dan kondisi perairan menjadi lebih bergejolak.

BMKG menyampaikan, selain curah hujan tinggi, secara klimatologis gelombang tinggi pada periode Desember-Februari cenderung lebih besar dibandingkan bulan lainnya.

Kondisi ini mempengaruhi perubahan pola angin muson dan interaksi berbagai fenomena atmosfer.

Pada bulan Desember, menurut BMKG monsun Asia akan mulai “pemanasan”.

Pola angin dari Laut China Selatan hingga perairan Kepulauan Natuna menunjukkan peningkatan dengan kecepatan lebih dari 18 km/jam (>10 knot). Namun, di wilayah perairan seperti Selat Karimata, Laut Jawa, dan Laut Banda, kecepatan angin masih relatif lemah di kisaran 11–18 km/jam (6–10 knot).

Dorongan angin yang belum maksimal membuat gelombang tinggi di area ini tetap rendah, umumnya di bawah 1 meter. Lalu, pada bulan Januari menjadi fase puncak monsun Asia.

Masih menurut BMKG, embusan angin tidak hanya lebih kuat. Tetapi juga merata di hampir seluruh wilayah perairan seperti Laut Jawa, Selat Karimata, Laut Maluku, Laut Halmahera, dan Laut Banda.

Adapun kecepatan angin meningkat hingga lebih dari 18,5 km/jam (>10 knot). Kondisi ini berdampak pada:

– Tinggi gelombang naik hingga lebih dari 1 meter

– Laut menjadi lebih bergejolak dan potensi bahaya pelayaran meningkat

BMKG juga mengimbau pelaku kegiatan laut. Termasuk nelayan dan operator transportasi laut, untuk lebih waspada pada periode ini.

Memasuki Februari, monsun Asia mulai melemah. Kecepatan angin di perairan dalam kembali turun ke kisaran 7–18 km/jam (4–10 knot). Penurunan itu menyebabkan gelombang di banyak wilayah menurun.

Namun perairan yang berhubungan langsung dengan samudra terbuka, seperti Laut Sulawesi, Laut Halmahera, Laut Sawu, serta perairan Kepulauan Tanimbar masih mengalami gelombang di atas 0,75 meter. Gelombang di wilayah tersebut belum sepenuhnya mereda.

BMKG menjelaskan bahwa dinamika cuaca dan laut Indonesia mempengaruhi kombinasi fenomena atmosfer dalam skala besar hingga lokal. Diantaranya:

– ENSO (El Niño–Southern Oscillation)

– Indian Ocean Dipole (IOD)

– Madden Julian Oscillation (MJO)

– Gelombang Kelvin dan Rossby

– Angin darat–laut (harian)

– Cold surge, Borneo pusaran, dan siklon tropis

Kondisi geografis Indonesia, dengan ribuan pulau serta ratusan gunung dan lembah juga membuat arah angin sering berbelok. Lalu menciptakan pola angin lokal yang kompleks dan berpengaruh pada karakter gelombang.

BMKG mengimbau masyarakat yang beraktivitas di laut, termasuk nelayan, operator transportasi, dan wisata bahari, agar selalu memperbarui informasi cuaca dan peringatan dini. Cuaca laut yang lebih aktif pada periode Desember-Februari perlu diantisipasi untuk mencegah risiko kecelakaan dan kerugian.(*)

Sumber:RRI online

  • Penulis: Redaksi

Rekomendasi Untuk Anda

  • Perkici dada-merah Sangat Terancam

    • calendar_month Kam, 29 Apr 2021
    • account_circle
    • visibility 224
    • 0Komentar

    Nuri Ternate yang dilepasliarkan setelah di tempatkan di kandang transit Ternte

  • Cara Menyiapkan Warga Adaptif Ketika Bencana (2 habis)

    • calendar_month Sab, 15 Agu 2020
    • account_circle
    • visibility 225
    • 0Komentar

    Bagaimana Melakukannya di Komunitas? Bencana baik alam maupun non alam berdampak cukup serius bagi warga.  Pandemi Covid-19 misalnya, membuat hampir semua orang menjadi kurang produktif.  Pemenuhan kebutuhan hidup di masa pandemi pun  jadi tantangan.   Warga menjadi sangat rentan terutama  dalam memenuhi kebutuhan pangan. Karena itu perlu membangun  ketangguhan. Menata kembali kehidupan sosial dan lingkungan, yang […]

  • Cerita Kehancuran Pulau  di Halmahera dan Sulawesi Hadir Dalam Diskusi COP di  Brazil

    Cerita Kehancuran Pulau  di Halmahera dan Sulawesi Hadir Dalam Diskusi COP di  Brazil

    • calendar_month Sab, 15 Nov 2025
    • account_circle Redaksi
    • visibility 117
    • 0Komentar

    Nikel jadi Sumber Kehancuran Ruang Masayarakat Adat  Di tengah  gegap gempita janji-janji iklim yang digaungkan para pemimpin dunia dalam ruang-ruang negosiasi COP30 di Belém, Brazil, nasib banyak Masyarakat Adat justru kian terancam oleh ambisi transisi energi global. Dalam diskusi side event COP30 Centering Justice and Responsible Critical Minerals Governance di Ford Foundation Pavilion, suara-suara masyarakat […]

  • Mengunjungi  Pantai Oma Moy Bacan yang Unik

    • calendar_month Jum, 10 Nov 2023
    • account_circle
    • visibility 293
    • 0Komentar

    Nikmati Laut dan Pantai Bening Bersih, hingga Batu Pipih Tersusun Rapi Angin laut bertiup perlahan. Keteduhan pepohonan pantai yang rimbun begitu menyejukkan. Meski siang terasa terik, kala tiba di pantai ini bagaikan berada di belantara hutan Gunung Sibela. Ya itulah suasana yang kami rasakan ketika mengunjungi pantai Oma Moy Dusun Oma Moy Panamboang Bacan Selatan […]

  • Nelayan Tuna Morotai Terpukul Covid- 19

    • calendar_month Sen, 21 Sep 2020
    • account_circle
    • visibility 194
    • 0Komentar

    Penulis: Indah Indriyani Morotai Pandemi covid-19 menghantam hamper semua lini kehidupan. Tidak terkecuali masyarakat bawah seperti nelayan. Pandemic ini juga mengubah banyak hal dalam kehidupan. Termasuk nasib para nelayan. Di Desa Sangowo Kecamatan Morotai Timur, Kabupaten Pulau Morotai,  nelayanikan tuna sangat terpukul akibat jatuhnya harga.  “Dampak pandemic covid-19 yang paling dirasakan nelayan yaitu harga ikan […]

  • Isu Kelautan dan Perikanan Tak Disentuh Saat Debat Cawapres

    Isu Kelautan dan Perikanan Tak Disentuh Saat Debat Cawapres

    • calendar_month Rab, 31 Jan 2024
    • account_circle
    • visibility 251
    • 0Komentar

    WALHI: Regulasi Abaikan Wilayah Tangkap Nelayan Tradisional   Putaran empat debat Calon Wakil Presiden Republik Indonesia periode 2024-2029  telah berakhir Minggu (21/1/2024) lalu. Banyak persoalan lingkungan diungkap ketiga Cawapres  dalam debat. Sayang, tidak ada satu pun  menyinggung langsung masyarakat pesisir dan pulau-pulau kecil. Padahal  tempat tinggalnya rentan tenggelam karena kenaikan muka air laut. Perspektif para […]

expand_less